Leadership dan Leader Sheep…

Senin, 14 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dua kata ini memiliki pengucapan yang sangat mirip tetapi memiliki makna yang sangat berbeda. Leadership adalah kepemimpinan sedangkan Leader Sheep adalah domba pemimpin. Keduanya menjadi relevan untuk kita jadikan bahan dalam tulisan ini karena bulan-bulan ini bangsa yang besar ini tengah berada dalam kegamangan massal dalam memilih kepemimpinan nasional kita untuk lima tahun mendatang. Waktunya kita belajar Leadership dari Leader Sheep.


Domba adalah makhluk sosial yang luar biasa, mereka tidak cerdas tetapi mereka tahu betul siapa pemimpin mereka. Domba akan panik bila dia terpisah dari kelompoknya, bahkan ketika sedang asyik makan rumput-pun mereka selalu saling menjaga visual contact antar sesamanya – agar tidak terpisah dari rombongan.

Penggembala yang berpengalaman bisa dengan mudah mengetahui siapa di antara kawanan domba-domba tersebut yang menjadi Leader Sheep atau domba pemimpin bagi sesamanya. Dari pengetahuan ini dia mudah mengarahkan berapa banyak-pun domba dalam gembalaannya. Karena domba yang mudah diarahkan ini, domba-domba tersebut semua bisa makan dengan tenang dan akhirnya memberi hasil berupa domba-domba yang gemuk.

Sebaliknya juga demikian, penggembala yang amatiran tidak memahami struktur masyarakat domba dan tidak cukup empathy untuk bisa mengetahui siapa domba pemimpin diantara domba-domba dalam gembalaannya. Akibatnya dia akan susah payah mengarahkan domba-nya, domba akan ribut karena gelisah dan tidak tenang makan sehingga akan berdampak pada hasil yang tidak baik berupa domba-domba yang kurus.

Jadi meskipun padang rumputnya sama, seorang penggembala bisa memberi hasil yang sangat berbeda dengan penggembala lain – antara lain ya karena empathy-nya dan kemampuannya dalam mengidentifikasi Leader Sheep – domba pemimpinnya.

Nah dari sini kita bisa belajar memilih National Leadership kita dari karakter Leader Sheep – karakter domba pemimpin yang telah dipelajari manusia dalam perbagai tingkatan peradaban selama ribuan tahun.  

Dalam kawanan domba, seekor domba pemimpin biasanya relatif menonjol dibandingkan dengan yang lain – bukan karena fisiknya tetapi karena aktivitasnya. Dia cenderung bukan yang paling gemuk, bahkan cenderung lebih langsing bila dibandingkan domba-domba yang lain. Mengapa ?

Ketika domba-domba yang lain asyik makan, domba pemimpin memasang seluruh  panca inderanya untuk bisa mendeteksi perubahan lingkungannya – dia menjadi kurang konsentrasi ketika makan sehingga dia cenderung lebih kurus. Dari perilakunya inilah domba pemimpin kemudian menjadi domba paling peka terhadap lingkungan dan perubahannya.

Kepekaan domba-domba pemimpin ini misalnya terungkap dari berbagai cerita rakyat yang berkembang dari padang pasir yang sangat panas sampai di daerah dekat kutub yang sangat dingin.

Di padang pasir yang sangat panas berkembang cerita rakyat bagaimana domba-domba pemimpin menyelamatkan kawanannya dengan cara dia akan berlari dahulu kemudian diikuti yang lain ketika badai pasir datang. Bahkan dengan melihat perilaku dombanya ini, sang penggembala-pun bisa ikut berlarian menyelamatkan diri.

Di negeri Iceland yang sangat dingin, mereka memiliki domba kutub yang berbulu sangat tebal. Perilaku domba-domba ini secara tradisional menjadi instrument untuk ‘peramalan cuaca’ yang cukup efektif. Dari perilaku domba-domba pemimpin ini masyarakat kutub bisa mendeteksi kapan badai salju akan turun, kapan waktunya cukup aman untuk bekerja diluar rumah dlsb.

Kita tidak di padang pasir yang sangat panas dan tidak di negeri kutub yang sangat dingin, budaya menggembala kita juga tidak berkembang karena kita telah salah sangka bahwa menggembala hanya bisa dilakukan di padang-padang rumput yang luas.

Pelajaran menggembala tidak diajarkan secara cukup detil di perguruan-perguruan tinggi pertanian yang memiliki fakultas peternakan sekalipun. Pelajaran menggembalapun tidak didalami secara khusus di perguruan-perguruan tinggi Islam yang memiliki fakultas atau jurusan Al-Qur’an maupun hadits. Padahal ini adalah sunnah seluruh nabi – menggembala domba, juga secara spesifik ada tuntunannya di Al-Qur’an.

Menggembala adalah pelajaran yang teramat penting untuk dilewatkan begitu saja. Karena ignorance kita terhadap konsep menggembala inilah maka rakyat kita hanya makan daging ¼ dari rata-rata daging yang dikonsumsi penduduk dunia. Kita juga nyaris kesulitan untuk menemukan pemimpin yang memiliki empathy terhadap rakyat yang dipimpinnya.

Seandainya saja kita terbiasa menggembala, kita akan lebih mudah menentukan pemimpin kita antara lain dengan melihat karakter Leader Sheep tersebut di atas. Tetapi terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan tersebut, insyaAllah kita tetap bisa belajar dari domba pemimpin atau Leader Sheep ini.

Domba pemimpin dia adalah domba yang akan berlari pertama kali ketika kandang/pembatas dibuka meskipun semua domba  berkesempatan yang sama, dia akan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mendeteksi dimana potensi makanan berada, juga mendeteksi dimana akan ada bahaya.

Dia adalah domba yang visioner yang bisa ‘melihat’ sesuatu sebelum domba-domba yang lain melihatnya, dia me-lead kawanannya untuk menjauh dari bahaya. Dia tidak makan kenyang sementara kawanan domba yang dipimpinya dalam bahaya. Dia sensitif, dia peka dan domba-domba lain mengikutinya meskipun tidak ada yang memaksanya.

Inilah kata kuncinya, domba pemimpin dia berjalan dahulu kemudian kawanan domba yang dipimpinnya akan mengikutinya dari belakang. Dia di depan memberi contoh dan menanggung resiko pertama, bukan di belakang mengeluarkan instruksi demi instruksi. Kawanan domba secara otomatis akan mengikuti pemimpin yang ada  di depan mereka, bukan domba lain yang teriak-teriak di belakang.

Kita  harus belajar dari domba dan pemimpin domba atau Leader Sheep ini secara harfiah – domba ya domba fisik, gembala yang gembala fisik domba di ladang gembalaan - karena selama ini istilah domba atau gembala lebih sering digunakan umat lain untuk arti kiasan yang lain. Sesungguhnya kitalah yang lebih tepat untuk menggunakan dan menerapkan konsep domba dan gembala ini, kemudian mengambil manfaat dan pelajaran yang sebenarnya dari dua hal tersebut. Kita yang lebih berhak karena ada di kitab suci kita Al-Qur’an dan bahkan ada di hadits-hadits yang sahih.

Kitab kita Al-Qur’an memberi petunjuk jelas dan spesifik untuk kita menggembalakan ternak ; “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) itu kamu menggembalakan ternakmu.” (QS 16 : 10).

Keutamaan domba sebagai harta terbaik dan menggembala domba sebagai penghidupan atau pekerjaan terbaik setelah berjihad  terungkap antara lain melalui dua hadits sahih berikut :

Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)

Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Di antara penghidupan (pekerjaan) manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya.  Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).

InsyaAllah kita akan bisa memilih National Leadership kita yang baik bila kita mau belajar dari Leader Sheep ini. Insyaallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar