Menanam Pohon, Melestarikan Kehidupan

Ahad, 29 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Ada satu amalan yang begitu pentingnya sehingga diperintahkan untuk tetap dilakukan meskipun peristiwa kiamat sudah terjadi, amalan tersebut adalah menanam pohon. Menanam pohon juga menjadi sedekah berkelanjutan selama pohon itu masih ada, bahkan juga dilanjutkan oleh benih-benih yang tumbuh dari pohon tersebut hingga hari kiamat. Kini peristiwa kiamat yang sesungguhnya belum terjadi, tetapi kita sudah begitu sulitnya untuk menanam pohon – apa kendalanya ?


Bagi kita yang hidup di perkotaan, menanam pohon bisa menjadi sangat mahal karena pertama kita harus memiliki tanah untuk menanamnya. Semakin rindang sebuah pohon , semakin luas tanah yang diperlukan. Bila Anda ingin menanam pohon dengan radius kerindangan 4 m saja, diperlukan areal lahan sekitar 50 m2. Bila ingin menanam pohon dengan radius kerindangan 2 kalinya menjadi 8 meter, maka luas tanah yang dibutuhkan melompat 4 kalinya – yaitu menjadi sekitar 200 m2.

Ingat rumus luas lingkaran yang  22/7 x r2, luas area yang akan dinaungi oleh pohon akan selalu mendekati bentuk luas lingkaran dengan radiusnya berupa panjang maksimal cabang plus rantingnya - untuk pohon yang bercabang, atau panjang maksimal pelepah daunnya untuk pohon yang tidak bercabang seperti kurma dan sejenisnya.

Bayangkan untuk daerah perkotaan dimana harga tanah bisa dengan mudah mencapai angka Rp 10 juta/m2 misalnya, maka ongkos lahannya saja nilainya sudah Rp 500 juta untuk bisa menanam pohon dengan radius kerindangan  4 m. Atau Rp 2 milyar untuk bisa menanam pohon dengan radius kerindangan 8 m.

Atas alasan inilah jumlah pohon terutama di kota-kota semakin sedikit karena berebut dengan kebutuhan lahan untuk perumahan, kantor, mal, jalan raya dlsb. Para pemilik  tanah yang tanahnya semula penuh dengan kehijauan tanaman dengan mudah tergoda untuk melepaskan lahannya ke para developer yang membelinya untuk perumahan .

Mahalnya Tanah Untuk Menanam Pohon-Pohon

Pemandangan dalam foto di atas adalah contoh godaannya, dimana kami berusaha mengamankan lahan agar tetap hijau dengan pepohonan zaitun, kurma, tin, delima dlsb. yang baru kami tanam, sementara berbatasan dengan tanah ini developer perumahan raksasa terus membuldozer lahan-lahan sekitar kami yang semula masih hijau juga untuk menjadi rumah-rumah yang seolah tidak pernah cukup.

Alasan kedua orang tidak menanam adalah bisa jadi  karena kurang adanya kesadaran tentang manfaat pohon bagi kehidupan manusia. Pohon-pohon ini adalah instrument untuk pelestari kehidupan, selain dia berfungsi menjaga udara agar tetap sehat ketika kita hirup, pohon-pohon tertentu menyediakan makanan untuk kita, menjaga mata air kita, menyediakan energi untuk kita dan secara keseluruhan menjadi bagian dari rantai ecosystem kehidupan yang tidak boleh terputus.

Ketika jumlah pohon yang ditebang lebih banyak dari yang ditanam, rantai ecosystem kehidupan itu terputus. Udara yang kita hirup dan air yang kita minum kwalitasnya terus menurun, dan rantai makanan kita-pun terganggu kesinambungannya.

Alasan ketiga adalah bisa jadi kesadaran itu sudah mulai muncul, tetapi kebanyakan kita salah sangka dengan mengira bahwa menanam pohon itu tugas orang lain. Kita mengira itu tugas pemerintah, tugas korporasi besar, tugas para petani dan pekebun – bukan tugas kita.

Pemerintah memiliki tugas untuk ini, korporasi-korporasi besar juga sudah mulai banyak yang menyadarinya, para petani dan pekebun juga telah melakukannya dengan berbagai keterbatasannya – tetapi di atas itu semua menanam pohon juga menjadi tugas kita semua.

Tiga alasan tersebut di atas-lah yang antara lain telah membuat amal yang diperintahkan untuk dilakukan siapapun sampai hari kiamat sebagaimana hadits berikut – nampaknya belum banyak yang meresponnya – yang bisa kita lihat dari banyaknya kerusakan alam yang ada.

Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon kurma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad]

Bahkan insentif besar berupa pahala sedekah yang mengalir-pun nampaknya belum cukup untuk membalik arah negeri ini misalnya dari negeri yang senang menebang pohon menjadi negeri yang senang menanam pohon. Menurut penuturan salah sati capres, di negeri ini setiap 10 menit, terjadi kerusakan hutan seluas 6 lapangan bola !

Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim dengan narasi yang sedikit berbeda).

Lantas apa solusinya agar kita suka menanam pohon ?, agar kita bisa menanam pohon tanpa terkendala lahan  tersebut di atas ? agar kita menerima tugas menanam pohon ini sebagai tugas kita semua – bukan tugas orang lain ?. Agar kita bisa merasakan penugasan langsung itu ketika membaca ayat  : “…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” ? (QS 11:61).

Salah satu yang kami pikirkan adalah bagaimana mendaya-gunakan teknologi informasi dan social media yang ada saat ini untuk menggerakkan lifestyle atau gaya hidup baru, yaitu gaya hidup menanam. Bagaimana kalau kegiatan tanam-menanam ini menjadi semudah mengupdate status Anda di Facebook atau Twitter misalnya?  Maka perintah menanam tersebut diatas akan dapat dilakukan oleh sebanyak mungkin orang, bahkan yang tidak memiliki tanah dan tidak memiliki keahlian sekalipun.

Solusi yang kemudian kami jadikan project Ramadhan kami ini merupakan tindak lanjut dari project Memberi Makan Dunia yang kami canangkan tahun lalu yang progressnya juga sudah kami tulis Jum’at lalu. Proyek berupa infrastruktur social media ini kami beri nama iGrow yang artinya cara cerdas untuk menanam, atau bisa juga dibaca I Grow – yang artinya saya menanam, agar kita tidak melempar tugas menanam pohon ini ke orang lain !

iGrow - Project Ramadhan 1435 H
Oret-oretan idenya kurang lebih seperti ilustrasi di samping. Setiap pohon yang ditanam melalui project iGrow ini, akan memiliki Tree Story yang lengkap dan detil antara lain sebagai berikut :

Setiap pohon atau sekelompok pohon akan memiliki nomor ID sendiri, dalam nomor ID ini akan tersimpan segala informasi yang terkait dengan pohon tersebut. ID ini akan menyimpan antara lain dia dari jenis pohon apa, ditanam dimana (sampai kordinat detilnya), siapa sponsornya, siapa yang merawatnya, siapa independent surveyor yang memverifikasi perkembangannya , perjalanan hidupnya tahap demi tahap, bahkan juga lengkap dengan transaksi finansial yang terkait dengan pohon tersebut sejak bibitnya.

Pohon-pohon tersebut akan ditanam dan dirawat oleh operator yaitu pihak yang mengelola tanaman tersebut, dia bisa saja menglola tanaman-tanaman di tanahnya sendiri atau di tanah orang lain yang dia memiliki dokumen legal untuk hak pengelolaannya.

Karena para petani yang pandai menanam pohon tersebut belum tentu adalah orang yang memiliki dananya sendiri, maka dibutuhkan sponsor yaitu orang seperti saya dan Anda, kita pingin bisa menanam ini dan itu tetapi kadang terkendala dengan ketidak adaan lahan yang sesuai dan juga ketidak adaan pengalaman untuk melakukannya secara benar. Maka saya dan Anda bisa mensponsori tanaman-tanaman tertentu untuk ditanam di tanah-tanah tertentu.

Kalau saya tidak bisa menanam pohon banyak-banyak di rumah saya yang sempit di kota misalnya, saya masih bisa mensponsori ditanamnya sekian puluh atau ratus pohon di tempat-tempat tertentu yang sesuai – demikian pula dengan Anda.

Bisa jadi karena lokasinya yang jauh - karena kalau di kota kan tanahnya sangat mahal - kita tidak sempat melihat pohon tersebut dari waktu ke waktu, maka si operator yang akan melaporkan progress dari tanaman-tanaman yang kita sponsori tersebut.

Lantas bagaimana agar operator bener-bener menanam sejumlah pohon yang kita sponsori dan juga bener-bener melaporkan progress dari pohon kita – bukan pohon orang lain.  ID pohon tersebut di atas yang akan mencatatnya.

Secara berkala laporan dari operator tersebut akan diverifikasi oleh surveyor independent yang akan mengecek satu persatu tanaman yang ditanam tersebut – agar data elektronisnya yang kita baca benar-benar sesuai dengan kondisi fisik tanamannya di lapangan.

Jadi selain operatornya yang tentu saja kita seleksi dengan ketat, keberadaan surveyor independent adalah untuk memastikan bahwa benih pohon bener-bener ditanam dan bener-bener dirawat sebagaimana mestinya.

Infrastruktur dan database menanam pohon secara modern yang melibatkan sponsor, operator dan independent surveyor inilah yang kemudian akan menjadi alat untuk membangun komunitas atau klub dari orang-orang yang memiliki kepedulian untuk nenanam pohon ini - sebut saja namanya iGrow Club.

Awalnya tentu ini adalah kerja sosial, ini adalah ibadah umum kita untuk merespon perintah memakmurkan bumi tersebut di atas. Tetapi bisa saja di kemudian hari juga memberikan keuntungan financial bagi semua pihak yang terlibat.

Pohon-pohon tersebut bisa saja pada waktunya di- monetized atau diuangkan ketika pohon-pohon ini sudah siap untuk berbuah maka diambil buahnya, diambil daunnya untuk teh, diambil getahnya, menjadi bagian dari carbon credit dlsb –dlsb.

Pertimbangan sosial lebih kami utamakan untuk tahap awal ini karena ini pekerjaan besar yang penuh resiko dan belum tentu memberikan financial reward dalam waktu dekat. Bila diniati ibadah, insyaAllah semua akan menjadi sedekah kita bersama sebagaimana hadits tersebut di atas. Ketika kita mengharapkan dunia, dunia belum tentu kita dapat apalagi akhirat. Tetapi ketika akhirat yang kita harapkan, insyaAllah kita akan dapatkan akhirat itu dan dunia akan datang merunduk menyertainya.

Lebih detilnya silahkan ditunggu dalam satu bulan ini – karena ini project Ramadhan maka insyaAllah kami selesaikan selama bulan Ramdhan ini, insyaAllah nantinya kita luncurkan di www.igrow.club pada hari kemenangan Iedul Fitri nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar