I’tikaf Ramadhan 1435 H : Rekonstruksi Peradaban

Rabu, 16 Juli 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Unsur-unsur kimia P (Phosphorus), N (Nitrogen) dan K (Kalium) baru ditemukan para ilmuwan masing-masing di abad 17, 18 dan 19. Ilmuwan lain kemudian di pertengahan abad 19 (1843) menemukan bahwa tiga unsur tersebut adalah unsur-unsur utama yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, berbunga dan menghasilkan buah. Banyak sekali unsur-unsur lain yang belum bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan yang paling modern sekalipun, tetapi Al-Qur’an sudah menjelaskannya. Peradaban mestinya dimulai dari petunjuk, bukan dari ilmu manusia yang terbatas.


Sebelum unsur-unsur tersebut ditemukan – yang kemudian dikenal luas sebagai NPK, dengan apa tanaman tumbuh ? yang antara lain dengan unsur-unsur yang sama tersebut, hanya manusia belum bisa menjelaskannya saja. Ketika manusia mulai menemukan zat apa yang mendorong pertumbuhan tanaman ini, kemudian manusia mulai melakukan rekayasanya.

Hanya saja rekayasa manusia yang ilmunya terbatas – hanya sebatas dzon atau dugaan, kelihatan benar untuk sementara tetapi kemudian diketahui kekeliruannya, maka rekayasa yang dilakukan oleh manusia ini tidak selamanya berbuah kebaikan.

Seabad setelah diketahui NPK menopang pertumbuhan tanaman misalnya, pasca Perang Dunia II – pupuk kimia NPK yang diproduksi dari sisa-sisa bahan amunisi perang mulai meluas di seluruh dunia. Untuk sesaat pupuk kimia ini dipandang sebagai penyelamat dari problem pangan dunia karena meningkatkan produksi hasil pertanian secara luar biasa.

Namun kegembiraan dunia atas peningkatan hasil pertanian karena pemupukan ini-pun segera berakhir. NPK yang belum juga seabad lalu dipandang sebagai pahlawan, kini mulai dikambing hitamkan sebagi sumber-sumber kerusakan tanah, pencemaran lingkungan, pencemaran air bahkan juga dituduh sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

Dimana letak salahnya ? ilmu manusia yang serba terbatas – sangat sulit untuk bisa melihat segala sesuatu dari segala sudut pandang, sangat sulit untuk melihat segala sebab akibat yang terkait dengan ilmunya tersebut.

Untuk sekedar mengetahui berapa tepatnya NPK yang dibutuhkan oleh sebuah tanaman saja tidak mudah – sama dengan pertanyaan berapa bayak Anda perlu makan dan apa yang dimakan supaya Anda kenyang dan tumbuh sehat ? Jawabannya adalah tergantung begitu banyak factor, maka demikian pulalah tanaman.

Tanaman tertentu misalnya dari jenis legume, bahkan bisa tumbuh di tanah yang mati yang belum ada unsur N-nya sekalipun. Maka tanaman seperti ini yang diresepkan oleh Allah untuk menghidupkan bumi yang mati (QS 36:33). Bintil-bintil di perakaran legume mengandung bakteri tertentu sehingga bisa meng-asimilasi nitrogen dari udara untuk menjadi bentuk nitrogen yang dibutuhkan tanaman – tanaman jenis lain tidak mampu melakukan hal yang demikian.


Lantas dari mana unsur NPK bisa diperoleh bila tidak dari bahan kimia ? Disinilah kesesuaian segala ciptaan Allah itu, sambung menyambung satu sama lain, tidak terputus dan tidak ada celah – semuanya pas pada tempatnya dan pada peruntukannya – sebagaimana ayat berikut :

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak sesuai (tidak pas – dalam bahasa Inggris miss/irregularity/disparity/discordance). Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak cocok ? (tidak sambung/bercelah/retak – dalam bahasa Inggris ruptures/fissure/cracks)” (QS 67:3)

Pasti bukan suatu kebetulan bila NPK dan bahkan unsur-unsur lain seperti Calcium dan Magnessium  yang juga dibutuhkan tanaman – semuanya pada terdapat kotoran ternak, baik kotoran padat maupun kotoran cairnya. Inilah mengapa kita disuruh menggembala di tempat-tempat tumbuhnya pohon dan di tempat-tempat turunnya hujan (QS 16 :10), karena dengan demikian kita menebarkan pupuk-pupuk alami di area pepohonan itu.

Bila ini (menggembala) telah kita lakukan, maka akan tumbuh subur segala macam tanaman, zaitun, kurma, anggur dan seluruh buah-buahan (QS 16:11). Kok bisa ? Para ilmuwan telah bersusah payah untuk bisa menjelaskannya. N mendorong peerumbuhan vegetative tanaman seperti perbanyakan daun, P mendorong perakaran dan pertunasan sedangkan K mendorong perbungaan dan pembuahan. Lagi-lagi ilmu manusia hingga kinipun baru bisa menjelaskan sebagiannya saja.

Begitu banyak yang belum bisa dijelaskannya seperti bagaimana pohon yang ditanam di tempat yang sama, dengan segala macam unsur (yang diketahui manusia) sama, tetapi memberi rasa yang berbeda-beda ?

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Berbeda pula dengan pemupukan kimia yang memiliki efek samping yang sudah kita bahas di atas, pemupukan melalui penggembalaan tidak memiliki efek samping seperti rusaknya tanah, pencemaran lingkungan dan sejenisnya. Kandungan zat-zat N,P,K, Ca, Mg dlsb yang dikeluarkan oleh ternak gembalaan melalui kotorannya – semuanya sudah tertakar rapi sesuai dengan kebutuhan pepohonan dan tanam-tanaman – tidak berlebih dan tidak berkurang. Inipun dijelaskan melalui ayatNya :

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS 15:19)

Ini hanyalah sekedar contoh bahwa betapa sempurnanya ciptaan Sang Maha Pencipta itu, tidak semuanya bisa dijelaskan oleh ilmu manusia. Ketika hanya ilmu manusia saja yang dijadikan alat untuk mengelola segala urusan manusia di dunia ini – yang kemudian disebut peradaban, hasilnya tidak jauh-jauh dari keruskan alam dan lingkungan seperti pada kasus pupuk untuk pertanian tersebut. Kerusakan yang sama terjadi di bidang ekonomi, politik, budaya, kesehatan, pendidikan, militer dlsb. yang hanya dikelola dengan menyandarkan pada kemampuan ilmu manusia semata.

Maka segala urusan manusia, pengelolaannya harus mengandalkan petunjukNya. Bukan berarti ilmu pengetahuan tidak perlu, sangat perlu tetapi harus diberi huda (guide) berupa petunjuk-petunjukNya di kitab yang sempurna yaitu Al-Qur’an.

Maka inilah peradaban manusia yang seharusnya kita bangun, tata kelola segala urusan manusia dengan menyandarkan pada petunjukNya – baru kemudian ilmu pengetahuan manusia digunakan untuk melengkapinya dengan penjelasan dan operasionalisasinya yang sesuai.

Tadinya kita mau menjadikan tema peradaban ini sebagai tema I’tikaf kami di masjid pusat peradaban ilmu yang kami bangun di Sentul, namun ternyata sampai menjelang hari H I’tikaf masjid belum sepenuhnya rampung. Dalam jumlah yang sangat terbatas – sekitar 50 orang – kami tetap akan I’tikaf di sana, dan Anda yang berminat tetap boleh bergabung bila kapasitas masih ada – hanya first come first saja.

Silahkan kontak panitia, Pak Syahril di no 081289821045  atau email : syahril_aksi@yahoo.com. Anda yang siap bergabung-pun diingatkan bahwa kali ini kita akan I’tikaf di masjid yang belum jadi, agar siap dengan segala kekurangan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar