Badr Milestone

Senin, 13 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dalam tulisan saya “Ketika Usaha Harus Bermula Dari 3 F” saya menampilkan kurva “J” yang titik terendahnya adalah Death Valley – kuburan para pemula usaha – karena mayoritas usaha gagal di tahap ini.  Dengan konsep kapitalis murni yang hanya melihat usaha sebagai satu dimensi ekonomi – ketika gagal mereka selesai di Death Valley. Dengan furqon kita memang harus berbeda, usaha kita memang juga memperjuangkan keunggulan ekonomi tetapi bersamaan dengan itu juga harus bernilai sosial dan menyelamatkan kehidupan. 


Sehingga ketika kita  belum berhasil atau gagal-pun, kegagalan tersebut adalah setelah kita berusaha mati-matian atau bahkan mati beneran sekalipun dalam memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Masalahnya adalah apakah suatu usaha itu layak untuk diperjuangkan sampai mati ? tergantung dari usaha itu, yang hanya mencari keuntungan ekonomi mungin memang tidak layak untuk diperjuangkan sampai mati.

Tetapi bila usaha itu adalah memperjuangkan nilai-nilai yang lebih tinggi, memperjuangkan kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik dan menyelamatkan kehidupan berikutnya – maka usaha itu layak diperjuangkan sampai mati – itulah yang saya sebut Death Values.

Inilah jawaban saya merespon pertanyaan teman-teman yang ketika usahanya mengalami kegagalan, terus bertanya layakkah terus diperjuangkan ? sampai mana  atau sampai kapan ? sampai matikah ?

Lantas apa parameternya supaya usaha kita bisa kita perjuangkan sampai mati atau deangan kata lain memiliki Death Values tersebut ?

Parameternya utamanya adalah usaha kita harus memperjuangkan yang hak untuk menggantikan yang batil, “agar Allah menetapkan yang hak dan menghilangkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (QS 8:8)

Sebagai contoh bila kita melihat riba begitu mendominasi ekonomi kita, maka memperjuangkan ekonomi yang bisa melepaskan diri dari riba adalah hak – kita rela mati untuk memperjuangkannya. Bukan karena memperjuangkan ekonominya sendiri, tetapi memperjuangkan kebenaran yang datangnya dai Allah.

Bila ekonomi yang ada sekarang adalah merusak alam yang berarti juga merusak kehidupan - dengan bukti yang begitu nyata sampai-sampai suhu udara di Jakarta Sabtu (11/10/14) kemarin sudah menyentuh 40 derajat Celcius, maka kegiatan ekonomi yang mengajak untuk kembali mengikuti petunjukNya – insyaAllah juga layak diperjuangkan sampai mati.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30:41)

Kerusakan itu begitu nyata dan sudah kita rasakan langsung, berupa asap yang semakin pekat dan semakin sering mengepung kota-kota di Sumatra, suhu yang begitu panas – yang bahkan kota-kota di Jawa kini sudah sepanas kota-kota di negeri padang pasir – maka kita sudah tidak bisa lagi menganggap ini semua adalah normal – business as usual.

Harus ada upaya untuk kembali ke jalanNya, memperjuangkan yang hak dan menggantikan yang batil – yang hak sudah jelas dan demikian pula yang batil, tinggal kita memilihnya mana yang kita perjuangkan.

Bila pilihan kita benar, kemudian kita usahakan secara sungguh-sungguh dan bersamaan dengan itu kita secara sungguh-sungguh pula sampai merengek-rengek memohon pertolonganNya  - insyaAllah dengan pertolonganNya kita akan bisa berhasil.

Apalah kekuatan yang kita miliki untuk memperjuangkan perbaikan lingkungan misalnya bila dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan raksasa yang sengaja maupun tidak sengaja merusaknya untuk kepentingan bisnis mereka. Panasnya Jakarta adalah karena habisnya ruang terbuka hijau, siapa yang menghabiskannya ? ya raksasa-raksasa ekonomi dengan perbagai kepentingannya.

Asap yang terus menghantui kota-kota di Sumatra sampai seolah tidak ada daya pemerintah untuk menghentikannya, mengapa  ? karena ada kekuatan-kekuatan raksasa dibelakangnya yang memiliki kepentingan untuk terus mengolah lahannya dengan cara yang mereka lakukan sekarang – karena dengan itu keuntungan ekonominya maksimal – tanpa memperhatikan kerusakan yang ditimbulkannya.

Namun tidak ada kekutan yang terlalu besar untuk kita hentikan bila Allah berada di pihak kita dan menolong kita, itulah sebabnya mengapa kita perlu sampai merengek-rengek mohon pertolonganNya – sampai datang pertolongannya seperti dalam perang Badr.

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu dengan sungguh-sungguh, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".” (QS 8 : 9)

Bila Allah menolong kita, tidak ada yang bisa mengalahkan kita – maka inilah yang amat sangat penting dalam menemani perjalanan usaha kita yaitu bagaimana menghadirkan pertolongan Allah itu.

Dengan pertolonganNya  resources yang terbatas menjadi cukup, celah-celah kelemahan akan tertutupi dan ketika yang hak ini dibenturkan dengan yang batil – yang hak akan unggul mengantikan yang batil.

Dalam perjalanan usaha kita – tentu kita berharap semuanya smooth dari awal langsung sukses. Tetapi yang terjadi di lapangan tidak  selalu demikian, kadang kala kita harus menghadapi crash test – yang kita tidak suka untuk menghadapinya – tetapi Allah hadapkan kita dengn situasi ini untuk membenarkan yang benar dan memusnahkan yang batil.

Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir” (QS 8:7)

Bila kita berhasil melalui crash test ini, maka inilah batu loncatan kita untuk perjuangan ke tingkat berikutnya. Batu loncatan yang saya sebut Badr Milestone, yaitu ketika values atau nilai-nilai yang kita usung (dalam bisnis disebut value proposition) – dengan pertolonganNya sukses pada crash test pertamanya, values kita unggul ketika dibenturkan langsung dengan yang batil. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar