Manusia Yang (Tidak ) Belajar

Selasa, 30 September 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 

Deadline harian Republika hari ini (30/09/2014) adalah “Jakarta Mulai Sulit Air”, bisa ditebak sekitar 3 – 4 bulan dari sekarang akan ada headline yang berjudul sebaliknya “Jakarta Lumpuh Dikepung Banjir” . Dua kondisi ekstrem yang biasanya hanya berjarak 3-4 bulan saja di Jakarta, dan ini terus berulang. Masalah yang sebenarnya nampak sederhana, namun belum juga teratasi meskipun gubernur berganti gubernur entah yang ke berapa kalinya. Mengapa demikian ? Karena manusianya belum juga mau belajar. 


Mungkin juga sudah belajar, tetapi sumber pelajarannya yang idak memberikan solusi yang seharusnya. Atau mungkin juga sudah belajar dan mendapatkan solusi yang seharusnya, tetapi tidak kunjung diterapkan. Yang jelas bahwasanya problem tersebut terus berulang bahkan dengan kecenderungan intensitas yang semakin tinggi – menunjukkan masih ada something seriously wrong dalam pengelolaan air di Jakarta dan sekitarnya.

Lantas bagaimana kita mengatasi problem kekeringan ini yang sekaligus juga mengatasi problem banjir ? Tidak ada solusi yang lebih tepat selain belajar dari petunjukNya semata. Dia Yang Maha Tahu bahkan mengingatkan sampai 4 kali dalam satu surat,  agar manusia belajar dari Al-Qur’an yang sudah dibuatNya mudah untuk menjadi pelajaran atau peringatan.

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS 54 : 17, 22, 32, 40)

Bahwa solusi Al-qur’an itu mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja – tidak harus menjadi gubernur Jakarta – untuk mengatasi banjir, ini misalnya ada di surat Yaasiin ayat 33-34. Yaitu bila kita menghidupkan bumi dengan biji-bijian yang dimakan dan kemudian menaman kurma dan anggur, maka bumi ini akan memancarkan mata air ! Inilah solusi yang paling murah agar Jakarta kembali memiliki mata air.

Dari mana air yang muncul di mata air tersebut ?, dari air hujan yang ‘dikelola’ oleh perakaran pohon kurma. Maka dengan satu solusi ini , dua masalah teratasi yaitu masalah banjir dan sekaligus masalah kekeringan.

Mungkin Anda membayangkan bahwa solusi ini hanya efektif dalam jangka panjang. Bisa jadi demikian, tetapi perhitungan saya mestinya tidak lebih lama dari dua kali masa jabatan gubernur saja atau tepatnya 7 tahun berdasarkan sejumlah referensi (usia kurma, surat Yusuf dan surat Al-Fath). Ini bukan sekedar teori, tetapi hasil pengamatan dari petunjuk Allah di surat Yaasiin tersebut setelah kita amalkan.


Bibit Kurma 1.5 Tahun Setelah Disemai Dari Biji
Perhatikan pada bibit kurma yang berumur sekitar satu setengah tahun di samping, perhatikan khusus perakarannya yang sengaja saya buka sedikit – betapa kurma usia 1.5 tahun ini memenuhi pot yang besar dengan system perakarannya. Bibit kurma inilah yang angkatannya saya foto sekitar 1.5 tahun lalu dalam tulisan : “Mencari Kebahagiaan Dengan membibit Sendiri Kurma”.

Struktur perakaran semacam inilah yang insyaAllah akan sangat efektif ‘menangkap’ air hujan yang turun kemudian menahannya untuk bertahan di tanah selama mungkin, kemudian mengeluarkannya bertahap dalam bentuk mata air-mata air. Bila setelah membaca tulisan satu setengah tahun lalu tersebut Anda melakukan hal yang sama dengan yang kami lakukan, maka bibit kurma yang sama insyaAllah juga sudah Anda miliki.

Yang belum berhasil kemungkinan hanya karena factor tanah yang kurang porositasnya – tinggal dicampur pasir dan kompos. Atau kurang panasnya, tinggal ditaruh di tempat yang mendapatkan panas maksimal di sekitar rumah Anda – bisa di atap rumah Anda kalau perlu.

Bibit-bibit yang seusia ini sebenarnya sudah waktunya untuk ditanam di tanah, yang satu ini saya biarkan di pot karena untuk pengamatan perkembangan perakaran dan daunnya lebih lanjut.


Pohon Kurma Usia Satu Tahun Sejak Penanaman Di Tanah
Bila kurma seusia ini ditanam di tanah, setahun kemudian kurang lebih akan menjadi seperti pada foto di samping. Lihat pada bonggolnya yang besar dan daun-daunnya yang semakin kokoh. Ini adalah foto kurma yang kami tanam di kebun KKP di Jonggol.

Melihat perkembangan pertumbuhan pohon-pohon kurma yang tumbuh sangat baik di tanah yang semula gersang di Jonggol ini, kita bisa melihat betapa dekatnya janji Allah akan mata air-mata air yang insyaAllah akan memancar dari kebun-kebun yang ditanami kurma tersebut. Bahkan kebun ini sekarang dapat Anda miliki dalam program KKP !

Jadi untuk mengatasi kekeringan sekaligus juga banjir Jakarta, masyarakat mestinya tidak usah berharap atau tergantung terlalu banyak pada apa yang dilakukan oleh gubernur dan jajarannya. Sudah 69 tahun merdeka, nyatanya belum ada yang bisa mengatasinya kok !, mau ditunggu sampai kapan ?

Yang bisa dilakukan adalah masyarakatlah yang mengambil langkah konkrit, belajar dari sumber ilmu yang hak – yang kebenarannya abadi sepanjang jaman dan kemudian bener-bener berbuat mengikuti petunjukNya tersebut. Maka insyaAllah keberkahan itu akan datang dari langit dan dari bumi – termasuk tentu saja teratasinya masalah kekeringan dan banjir tersebut di atas. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar