Negeri Seindah Surga...

Selasa, 21 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 
 
Karena semua yang dimakannya bermanfaat, manusia penghuni surga tidak buang air besar maupun air kecil. Yang paling banyak disebut makanan mereka adalah buah-buahan, di surat Ar-Rahman saja sampai ada 4 ayat yang menyebut buah-buahan untuk penghuni surga ini. Selain kurma dan delima, buah yang namanya disebut secara spesifik di surat lain adalah pisang – dan buah yang serupa buah surga ini melimpah di sekitar kita. Apakah kita sudah mendapatkan manfaatnya  secara maksimal ?


Bahwasanya buah yang ada di surga itu serupa dengan dengan buah-buahan yang ada di dunia, ini dijelaskan oleh Allah melalui ayat : “…Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (2:25)

Sedangkan kemanfaatan makanan penghuni surga sampai mereka tidak buang air besar dan air kecil dijelaskan dalam hadits sahih berikut :

“Dari Jabir R.A, Rasulullah Bersabda : “Penduduk surga akan makan dan minum di dalamnya. Mereka tidak buang air besar, tidak ingusan dan tidak buang air kecil. Makanan mereka menghasilkan sendawa yang baunya seperti minyak kasturi. Mereka bertasbih dan bertakbir (dengan mudah) sebagaimana mereka bernafas””. (HR. Muslim)

Lantas apa pentingnya kabar dari Allah dan RasulNya ini untuk kita ? Bayangkan di sekitar kita ada hal yang serupa dengan yang ada di surga, rugi sekali bila kita sampai tidak bisa memperoleh manfaatnya secara maksimal. Sementara kita masih berjuang menghadirkan tanaman kurma dan delima di sekitar kita, yang sudah melimpah adalah pisang. Bagaimana kita bisa memperoleh manfaat secara maksimal dari buah yang namanya pisang ini ?

Pertama mari kita perhatikan baik-baik dimana Allah letakkan pisang ini di surga : “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya”.(56:27-33)

Buah pisang diletakkan Allah diantara pohon bidara yang tidak berduri, di antara naungan yang terbentang luas, air yang mencurah, buah-buahan yang sangat banyak yang tidak berhenti buahnya.

Buah pisang tumbuh sangat baik di negeri tropis seperti kita ini, maka seharusnya negeri ini sejuk penuh pepohonan, airnya melimpah dan kita memiliki segala macam buah-buahan yang tidak berhenti berbuah. Kok kenyataannya belum seperti ini ?

Negeri kita menjadi negeri yang sangat panas – ibukotanya-pun bulan ini sempat mencapai 40 derajat Celcius panasnya !, pohonnya nyaris habis ditebang – kegersangan di mana-mana. Penduduk di sejumlah provinsi sampai di ibukota teriak kekeringan di musim kemarau yang panjang seperti saat ini. Dan yang paling menyedihkan impor buah-buahan kita naik lebih dari  dua kali lipat dalam jumlah dan lebih dari tiga kali lipat dalam harga dalam sepuluh tahun terakhir.

Artinya adalah meskipun kita diberi rezki buah-buahan yang serupa dengan yang ada di surga, kita belum memperoleh manfaatnya secara maksimal. Bersamaan hadirnya pohon pisang yang banyak, mestinya juga hadir keteduhan, air yang banyak dan segala macam buah-buahan. Bagaimana kita bisa menghadirkan situasi seperti ini ?

Di kalangan para pemerhati air dunia ada digunakan istilah Water Footprint (WF) – jejak air. Setiap bahan makanan kita bisa dilacak jejak airnya yaitu berapa banyak air yang diserap untuk memproduksi makanan tersebut. Ketika air menjadi semakin langka, maka pilihan kita terhadap jenis-jenis makanan yang kita makan menjadi semakin penting untuk menjaga yang langka tersebut agar tetap mencukupi untuk kebutuhan semua manusia, hewan dan tumbuhan yang hidup berdampingan di muka bumi ini.

Ada tiga jenis  Water Footprint yaitu Blue Water Footprint (BWF) – yaitu air yang diambil dari air tanah, Green Water Footprint (GnWF) – yaitu air yang ditangkap dari hujan, dan Grey Water Footprint (GyWF) – yaitu air yang dicemari.

Sebuah riset di Costa Rica membuktikan bahwa tanaman pisang dapat sepenuhnya hidup dengan menangkap air hujan (GnWF), tanpa butuh menyedot air tanah sedikitpun (BWF) dan juga sama sekali tidak mencemari air tanah karena bisa ditanam tanpa pemupukan sama sekali.

Ini menunjukkan bahwa pohon pisang tidak memboroskan air tanah untuk meproduksi buahnya, malah sebaliknya dia menangkap air hujan untuk menumbuhkan batang dan buahnya – sehingga air hujan tidak lari ke laut atau menguap begitu saja.

Selain tersimpan di batang dan buahnya – yang pada waktunya juga kembali ke tanah, perakarannya ikut mengamankan air hujan agar tidak mengalir di permukaan, sedangkan daun dan pelepah-pelepahnya yang menutupi tanah juga menurunkan suhu permukaan tanah dan mencegah penguapan.

Buahnya tentu sudah sangat banyak temuan ilmiah yang mengungkapkan khasiat dan manfaatnya sebagai sumber nutrisi yang komplit, bahkan kulitnya-pun masih mengandung sejumlah besar nutrisi.

Meskipun saya tidak menganjurkan Anda makan kulit pisang tentu saja, tetapi kulit pisang ini ternyata terkait langsung dengan ayat-ayat di atas – yaitu buah-buahan yang sangat banyak yang tidak berhenti berbuah.

Pada kulit pisang terkandung Kalium (K) dan (Phosphor) dan sejumlah mineral lainnya. Mineral-mineral ini – khususnya Kalium, sangat dibutuhkan tanaman untuk fase pertumbuhan generatif – yaitu fase untuk berbunga dan berbuah. Dari sini kita bisa tahu bahwa kulit pisang bisa menjadi pupuk organic yang sangat efektif untuk kebun buah ataupun kebun bunga.

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjadikan kulit pisang ini sebagai pupuk buah-buahan. Bisa langsung ditanam di sekitar pohon buah, bisa dikeringkan dan dicacah kemudian ditaburkan di sekitar perakaran, bisa direndam beberapa hari kemudian airnya disemprotkan ke tanaman dan sisa rendamannya ditanam ditanah, dan yang paling canggih adalah dikomposkan dengan bakteri pengurai agar lebih mudah terserap oleh tanaman.

Berbeda dengan penghuni surga yang semuanya sudah tersedia – termasuk paket pisang, mata air dan segala macam buah-buahan tersebut di atas – yang tinggal dinikmati, kita yang masih di dunia - diciptakannya hidup dan mati kita antara lain untuk diuji siapa yang paling baik amalnya ( QS 67 : 2).

Dan diantara bentuk ujian itu – saya bayangkan ada yang seperti exercise pada test IQ atau psychotest - kepada kita disediakan seluruh bahan yang kita butuhkan tetapi  dalam bentuk keping-keping puzzle yang sangat banyak.  Kepada kita juga diberikan lebih dari clue, kita diberi guidance – petunjuk yang jelas dan detil untuk semua masalah yang kita hadapi – yaitu Al-Qur’an dan sunnah-sunnah RasulNya.

Maka disitulah ujian kita, bisakah kita merangkai keping-keping puzzle yang sangat banyak dan komplit tersebut menjadi sebuah gambar besar yang sangat  indah – serupa keindahan di surga, yaitu sebuah negeri dengan naungan yang terbentang luas, air yang tercurah dan buah-buahan yang sangat banyak yang tidak berhenti berbuah. Semoga Allah selalu membimbing kita agar  kita bisa !  InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar