Tantangan Inovasi

Kamis, 23 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dari 243 negara yang ada di dunia saat ini, ada 15 negara yang dianggap maju dan menguasi 94.5 % dari patent yang didaftarkan di seluruh dunia. Secara bersama-sama 15 negara ini juga menguasai sekitar 70 % dari ekonomi dunia yang diukur dari GDP-nya. GDP per capita rata-rata di 15 negara tersebut adalah US$ 21,908 , sedangkan rata-rata GDP per capita di 228 negara-negara lainnya  kurang dari ¼ nya yaitu hanya US$ 4,676. Fakta ini mengingatkan kita tentang pentingnya inovasi, namun pada saat yang bersamaan juga harus ada pengendaliannya agar inovasi tidak menjadi alat untuk eksploitasi manusia atas manusia lainnya. 


Fakta bahwa 15 negara maju yaitu Jepang, Amerika, China, Korea Selatan, Jerman, Perancis, Rusia, Inggris, Swiss Italy, Nedherland, Swedia, Canada, Australia dan Finlandia – yang secara bersama-sama menguasai 70 % ekonomi dunia tersebut tidak terlepas dari inovasi mereka dari berbagai bidang. Tentu amat sangat banyak inovasi mereka yang baik, yang dibutuhkan untuk peningkatan kwalitas kehidupan manusia seluruhnya.

Namun karena tidak adanya pengendalian – paling tidak dari sisi moral values, tidak jarang inovasi tersebut justru digunakan untuk mengesploitasi manusia lain. Contohnya adalah inovasi terhadap benih-benih tanaman unggulan, tidak jarang oleh para pelakunya ini disertai perusakan baik terhadap benih yang dihasilkannya maupun benih lain yang seharusnya tersedia bebas di alam.

Perusakan pada benih yang dihasilkannya adalah dengan maksud agar benih-benih tersebut hanya bisa ditanam sekali, kemudian ketika petani akan menanam berikutnya harus membeli benih lagi. Perusakan benih-benih lainnya adalah agar semua yang membutuhkan terpaksa membeli benih dari pemilik patent dari benih tersebut – karena memang tidak lagi tersedia benih lainnya.

Bahwasanya akan ada manusia yang merusak tanaman dan keturunannya ini, kita sudah diingatkan oleh Allah lebih dari 14 abad lalu.  Mereka ini pandai menguasai panggung dunia seolah yang mereka lakukan adalah suatu kebaikan, tetapi sejatinya mereka merusak sumber-sumber makanan bagi seluruh manusia di muka bumi.

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2:204-205)

Lantas apakah salah negeri-negeri maju dengan inovasinya kemudian berhasil mengambil porsi ekonomi yang jauh lebih besar – sampai menguasai ekonomi dunia sedemikian rupa ? Bisa jadi ini bukan salah mereka, ini salah kita sendiri mengapa  bukan kita yang menguasai ekonomi itu ?

Uswatun Khasanah kita membangun kekuatan negeri Madinah dalam segala bidang tentu juga antara lain membangun kekuatan ekonomi rakyatnya. Enam abad penguasaan ekonomi Yahudi di kota yang semula namanya Yathrib berhasil digantikan sepenuhnya dalam periode kurang dari 10 tahun saja.

Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun, rakyat di negeri baru Madinah terlepas dari kungkungan pasar, monopoli produksi dan jeratan riba. Kondisi ini tergambar baik ketika di tahun 9 H Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menggerakkan pasukan untuk perjalanan perang yang sangat jauh ke Tabuk.

Para sahabat berlomba membiayai perjalanan perang ini, Usman RA menyediakan 200 unta yang dibekali 200 ounce emas dan menyerahkan 1000 Dinar ke pangkuan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi  Wasallam - sampai-sampai beliau berucap “Mulai dari sekarang dan selanjutnya, tidak ada apapun yang bisa merugikan Usman dari apapun yang dilakukannya” (HR Tirmidhi). Usman terus menambah sedekahnya sampai mencapai 900 unta dan 100 kuda.

Selain Usman, Umar RA juga menyerahkan separuh kekayaannya, sedangkan Abu Bakar bahkan menyerahkan seluruh kekayaannya. Begitu pula sahabat-sahabat yang lain mayoritasnya minimal bisa membiayai dirinya sendiri untuk ikut berperang. Dengan semua perbekalan tersebut – umat ini saat itu mampu memberangkatkan 30,000 orang pasukan untuk menyerang musuh yang kekuatannya diperkiraan sampai sekitar 200,000-an.

Hanya sedikit sekali sahabat yang tidak bisa berangkat karena tidak memiliki bekal, mereka ini sangat ingin berangkat tetapi hanya karena tidak ada bekal yang mereka miliki atau untuk dibagi lagi – mereka menangis bercucuran air mata. Begitu memilukannya kesedihan mereka ini sampai Allah menceritakannya di Al-Qur’an untuk menjadi pelajaran kita.

Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS 9:92)

Dari pelajaran tersebut mestinya umat di jaman ini juga harus lebih banyak yang seperti Abu Bakar, Umar , Usman dan sahabat-sahabat lainnya yang minimal mampu untuk membiayai ‘perang’-nya sendiri. Dan disinilah letak perlunya kekuatan ekonomi itu.

Karena di jaman modern ini kekuatan ekonomi juga tidak terlepas dari inovasi-inovasi di berbagai bidang, maka umat ini juga harus pandai ber-inovasi. Bila dari 15 negara pengumpul 94.5 % patent dunia tersebut tidak satupun yang memiliki penduduk muslim mayoritas di negerinya, maka disinilah kesalahan kita. Mengapa dengan petunjuk kita yang sangat jelas, kita belum berhasil ber-inovasi  secara massif ?

Padahal dengan petunjukNya inovasi-inovasi itu mestinya jauh lebih mudah karena kita akan mencari di tempat yang sudah jelas. Sedangkan orang lain yang tidak mendapatkan petunjuk, mereka mencarinya dari tempat yang tidak jelas – kadang dapat, kadang juga tidak.

Saya beri contoh misalnya para penggerak lingkungan dunia, setelah susah payah meneliti – mereka menemukan akhirnya bahwa pohon zaitun-lah yang paling efektif untuk bisa menyerap emisi carbon dunia. Dari temuan inilah kemudian muncul dagangan  baru di Global Carbon Offset  yaitu Anda bisa meng-offset emisi CO2 dari seluruh aktifitas Anda dengan membeli atau membiayai penanaman pohon zaitun dimanapun di seluruh dunia.

Contoh lain adalah apa yang dilakukan perusahaan obat di California yang  dalam serangkaian penelitiannya akhirnya menemukan bahwa obat herbal yang paling efektif menyerap radikal bebas adalah ekstrak daun zaitun. Kemampuan menyerap radikal bebas yang diukur dengan apa yang disebut ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) dari ekstrak daun zaitun bisa mencapai angka 6,857,600 sementara tanaman terdekatnya hanya kurang dari 1/20-nya.

Pohon Zaitun Usia Sekitar 2 Tahun
Jauh sebelum penemuan-penemuan tersebut, kita sudah diberitahu olehNya lebih dari 1400 tahun lalu bahwa pohon zaitun adalah  “… pohon yang banyak berkahnya…” (QS 24:35). Lucunya adalah setiap orang yang melihat pohon-pohon zaitun saya yang sudah mulai tinggi seperti gambar disamping – mereka selalu bertanya apakah ini bisa berbuah ?

Dengan sami’na wa atho’na kita menanam zaitun bukan hanya karena berharap berbuah, tetapi ada yang lebih penting dari itu – yaitu membenarkan petunjukNya dan mengharapkan keberkahan yang dijanjikanNya – karena berkah bernilai tidak terhingga bila dibandingkan dengan buah. Jadi yang kita harapkan adalah berkah – didalamnya bisa juga ada buah, tetapi bila tidak ada buah-pun tidak akan mengurangi keberkahan.

Maka melalui forum ini saya juga mengundang teman-teman para peneliti dan para penemu untuk meneliti phon-pohon zaitun yang sudah ribuan kami tanam. Bila orang di luar Islam bisa menemukan pohonnya untuk carbon offset dan ekstrak daunnya untuk obat yang sangat efektif – apa yang bisa kita temukan ? Inovasi apa yang bisa kita hasilkan dari pohon yang banyak berkahnya ini untuk membangun kekuatan umat ?

Jangan sampai orang lain lagi yang menguasai segala hal yang baik dari pohon yang penuh berkah ini, dan jangan sampai pula kita hanya bisa bercucuran air mata karena ingin berjuang dan berbuat banyak menolong sesama tetapi tidak ada daya dan kekuatan – padahal seluruh petunjukNya yang jelas dan meliputi segala sesuatu itu ada di depan kita.

Ini kesempatan terbaik bagi kita semua, dari para peneliti dan pengkaji maupun bagi Anda yang memiliki kelonggaran rezeki – Anda sudah bisa memiliki kebun zaitun Anda sendiri dalam program KKP kita, siapa tahu dengan ini kita bisa bersama-sama mendulang inovasi antara lain mulai dari pohon-pohon yang sudah ditunjukkan olehNya. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar