Unprecedented Strategy

Jum'at, 17 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Seperti juga dalam berbagai bidang kehidupan lainnya, ekonomi umat saat ini terkepung oleh berbagai kekuatan dan kepentingan yang sangat besar.  Musuh utamanya sudah diberitahukan oleh Allah langsung ke kita yaitu riba (QS 2 : 279) – yaitu strategi yang telah digunakan oleh Yahudi  selama hampir 2000 tahun – untuk menguasai aset-aset dan sumber daya alam yang mereka kehendaki. Butuh strategi yang luar biasa, yang belum pernah ada sebelumnya – unprecedented strategy untuk mengalahkannya. 
 riba,

Bahwasanya  Yahudi itu akan terus bergerak menguasai sumber-sumber daya alam khususnya untuk produksi kebutuhan dasar kita pangan dan air, itu kita sudah juga diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melalui hadits dari Mughirah bin Syu’bah, dia berkata : “ Tidak ada orang yang lebih banyak bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam tentang Dajjal daripadaku, dan beliau bersabda kepadaku : “Hai anakku ! engkau tidak usah terlalu risau memikirkannya. Dia tidak akan mencelakakanmu ! “ Kataku : “Orang-orang menganggap bahwa Dajjal itu mempunyai sungai mengalir dan bukit roti”. Beliau bersabda : “ Itu sangat mudah bagi Allah Ta’ala untuk menciptakannya”. (Shahih Muslim no  4005 dan Shahih Bukhari no 6589 dengan teks yang sedikit berbeda).

Lho di hadits tersebut yang disebut Dajjal, bukan Yahudi dan bukan riba – apa kaitannya dengan riba dan Yahudi ? Sebelum munculnya Dajjal yang sesungguhnya, muncul dahulu Dajjal-Dajjal kecil (yaitu Yahudi atau systemnya) yang nantinya akan menjadi pasukan (instrument) Dajjal besar pada saat kemunculannya.

Barangkali karena bahayanya (strategy) Yahudi atau systemnya inilah kita diberitahu oleh Allah begitu banyak tentang karakter dan perilaku mereka ini di masa lampau. Bila makanan yang dalam hadits disebut akan mencegah kelaparan – yaitu kurma – disebut Allah 21 kali dalam Al-Qur’an, Yahudi disebut sampai 37 kali ! Hanya Allah yang tahu makna yang sesungguhnya dari penyebutan-penyebutan ini.

Pemahaman sederhana saya adalah makanan (dan air) yang semestinya cukup untuk seluruh manusia itu, bisa menjadi tidak cukup bila dikuasai hanya oleh pihak-pihak tertentu sebagaimana Dajjal menguasai bukit roti dan sungai dalam hadits tersebut di atas.

Lantas bagaimana kita bisa melawannya ? Secara umum kita mengikuti uswah kita – sebagaimana Yathrib yang seluruh aspek kehidupannya dikuasai Yahudi bisa berubah menjadi Madinah yang seluruh aspek kehidupannya diatur sesuai syariat – hanya kurang dari 10 tahun.

Secara khusus kita juga harus mampu menyusun strategy yang sesuai jaman kita untuk menghadapi masalah spesifik yang sedang kita hadapi  – yang tentu juga tidak terlepas dari dua petunjuk kita yaitu A-Qur’an dan Hadits.

Misalnya di jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam perang Ahzab, ada strategi yang luar biasa yang tidak dikenal oleh musuh-musuh Islam saat itu – yaitu dengan membuat benteng pertahanan dari parit-parit.

Kemudian sekitar 800 tahun kemudian, panglima terbaik pada jamannya yang memimpin pasukan terbaik dari umat ini juga memiliki strategi yang luar biasa yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia sebelumnya – ketika mereka menaklukkan Konstantinopel. Pemimpin umat – Al-Fatih – saat itu menggunakan strategi kapal-kapal dalam jumlah besar yang mendaki dan menyeberangi bukit dalam waktu satu malam.

Persamaan dari keduanya adalah keduanya melawan kekuatan yang sudah terbangun berabad-abad, dengan pertolonganNya keduanya menang, dan kemenangannya menjadi momentum kejayaan umat ini atas umat-umat lain yang sebelumnya mendominasi dunia.

Khusus dalam bidang ekonomi, saat ini yang kita hadapi sangat mirip dengan situasi yang dihadapi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam situasi perang Ahzab.

Ada berbagai kekuatan di luar sana yang saling bersekutu untuk siap menyerbu kita  - kekuatan yang jauh lebih besar dari yang kita miliki. Dalam perang Ahzab yang bersekutu itu antara lain adalah Yahudi Bani Nadhir  dan Bani Qainuqa yang bersekutu dengan suku-suku Arab di seputar kota Madinah sampai ke suku Quraish di Makkah.

Sementara dikepung dari luar dengan kekuatan sekitar 10,000-12,000 tentara musuh, pertahanan di dalam nyaris ambrol oleh pengkianatan Yahudi – yang harusnya menghormati perjanjiannya dengan kaum Muslimin. Yahudi Bani Quraizah ternyata sudah bersiap-siap dengan 1,500 pedang dan 1,500 tameng untuk memerangi kaum muslimin yang tengah dikepung oleh kekuatan hebat dari luar.

Di tengah kaum muslimin sendiri yang kekuatannya hanya sekitar 3,000 orang, tidak semuanya tulus berjuang. Sebagiannya adalah orang-orang munafik yang memiliki agenda sendiri-sendiri. Maka perang Ahzab ini djadikan pula oleh Allah untuk menguji keimanan kaum muslimin.

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (QS 33: 10-11)

Sebagaimana ujian pada umumnya, ada yang lulus dan ada yang tidak. Yang tidak lulus adalah kaum munafik :

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (QS 33:12)

Sedangkan yang lulus adalah orang-orang yang imannya benar dan membenarkan janji-janji Allah :

Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS 33 : 22)

Apa relevansinya Al-Ahzab tersebut dengan kondisi ekonomi kontemporer yang kita hadapi saat ini ? Pada peristiwa Al –Ahzab, tidak sampai terjadi perang fisik – setelah sekitar satu bulan mengepung kaum muslimin – dalam suatu malam musuh dihalau oleh Allah melalui petir, badai topan dan angin dingin yang memporak-porandakan mereka.

Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS 33:25)

Yang kita hadapi saat ini-pun bukan perang fisik, tetapi perang urat syaraf dan perang strategy – tetapi Allah sendiri yang menyebutnya dan mengumumkannya sebagai perang:

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS 2:279)

Maka seperti soal ujian multiple choice, dalam perang dingin Al-Ahzab setidaknya ada 4 pihak yang terlibat di dalamnya :

a)     Kaum Yahudi  dan sekutu-sekutunya suku-suku Arab seputar Madinah sampai Mekkah.
b)     Kaum Yahudi di Madinah yang  sebenarnya terikat perjanjian dengan kaum muslimin tetapi kemudian terang-terangan mengingkarinya.
c)     Kaum munafik dan orang-orang yang hatinya ada penyakit yang tidak yakin dengan janji Allah (QS 33:12).
d)     Orang beriman yang membenarkan janji Allah dan RasulNya dan terus bertambah keimanannya (QS 33: 22).

Dengan mudah dalam ‘perang dingin’ ekonomi ini kita akan menemukan pihak-pihak yang kurang lebih sama. Untuk (a) dan (b) jelaslah kita tahu siapa mereka ini, mereka yang kini mengelola keuangan dunia sejak Breton Woods Agreement (1945), sampai pengingakarannya tahun 1971 dan para pelakunya hingga kini yang melanggengkan system riba yang diperangi Allah tersebut di atas – hingga kini.

Yang (c) adalah orang-orang yang disekitar kita – sepertinya berjuang bersama kita – tetapi tidak pernah yakin hatinya atas janji-janji Allah, bahkan berprasangka buruk terhadap Allah seolah janjiNya adalah tipu daya belaka. Allah menjanjikan derajat tertinggi untuk umat ini (QS 3:139), menjanjikan kecukupan pangan dari bawah kaki dan dari langit (QS 5:66), menjanjikan keberkahan juga dari langit dan dari bumi (QS 7:96) – seolah ini semua isapan jempol belaka – maka orang-orang ini tetap menempuh jalannya sendiri-sendiri dan mengabaikan petunjuk-petunjukNya.

Golongan (d) – semoga kita semua bisa masuk ke golongan ini, yaitu orang-orang yang yakin akan kebenaran janjiNya. Kemudian ikut bersungguh-sungguh ‘menggali parit’ untuk membangun pertahanan ekonomi umat ini dari serangan musuh-musuh kita dan musuh Allah (karena Allah yang menyatakan perang terhadap mereka sebagaimana QS 2:279 di atas).

Bisa jadi upaya kita sangat terbatas, bahkan seandainya dengan strategy yang paling canggih sekalipun – strategy yang tidak ada sebelumnya – unprecedented strategy, itupun hanya bagian dari ikhtiar. Hanya Allah-lah yang menentukan kemenangan itu, maka di perang dingin Al-Ahzab kita juga diajari untuk berdo’a khusus dalam situasi demikian.

Allahumma munzilalkitabi, sarii'al hisaabi, ihzimil Ahzaabi – ya Allah yang Menurunkan Kitab, Yang Cepat perhitunganNya, Aku mohon kepadamu untuk mengalahkan yang bersekutu” (HR. Bukhari)

Sebagaimana perang dingin  Al-Ahzaab, strategy yang luar biasa –unprecedented strategy – sekalipun tetap hanya ikhitar maksimal yang bisa dilakukan oleh manusia. Dia harus dilakukan tetapi bukan dia penentu kemenangan. Kemenangan mutlak prerogatifnya ada di tanganNya semata, maka itulah perlunya do’a, agar yang kita lakukan ini menjadi wasilah atau sarana untuk turunnya pertolongan Allah. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar