Bila Kemacetan Jakarta Beraroma Kopi

Kamis, 11 Desember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Anda yang setiap hari terjebak dalam kemacetan kota Jakarta dan sekitarnya pasti sudah hafal dengan bau asap kemacetan yang semakin menyengat – karena kemacetan yang semakin parah. Dengan sedikit kreatifitas dalam meng-optimalkan energi terbarukan dari dalam negeri, bau asap kendaraan bermotor tersebut dengan teknologi yang ada saat ini bisa berubah menjadi aroma kopi – kok bisa ? Sebuah riset di University of Nevada – AS menghasilkan  sebuah proposal yang menarik bagi negeri penghasil kopi seperti Indonesia. Di dalam biji kopi mengandung 11-20 % minyak yang bisa menjadi biodiesel.
  


Yang diambil minyaknya-pun tidak harus kopi yang belum kita minum – cukup ampas-ampasnya saja sudah bisa menghasilkan minyak yang berpotensi sebagai tambahan alternatif bahan bakar terbarukan yang berasal dari tanaman.

Dalam studi yang sama misalnya diketahui bahwa seandainya ampas kopi dari Starbuck Amerika saja dikumpulkan, maka akan dapat dihasilkan biodiesel sebanyak 2.9 juta gallon per tahun. Setelah diambil minyaknya-pun ampas terakhir kopi masih mengandung energi tinggi yaitu sekitar 8,700 BTU/pound. Ampas terakhir Starbuck setelah diambil minyaknya – masih bisa menghasilkan 89,000 ton pellet bahan bakar padat per tahunnya.

Cerita di atas sebenarnya hanya untuk menggambarkan betapa bahan bakar terbarukan itu ada di sekitar kita – yang karena kita tidak sadari potensinya – terbuang begitu saja. Potensi biji kopi yang mengandung minyak misalnya, bila digarap akan meningkatkan harga jual kopi secara keseluruhan – akan menguntungkan para petani kopi.

Karena selain biji kopi ada lebih dari 60-an biji-bijian lain di Indonesia yang bisa menghasilkan minyak – bukan hanya untuk energi tetapi minyak berkwalitas tinggi untuk industri makanan, kosmetik, obat-obatan – maka sudah waktunya kita mengggarap industri ini secara lebih serius lagi.

Hanya saja masih ada kendala di lapangan sehingga tantangan dan peluangnya justru ada bila kita bisa mengatasi kendala-kendala semacam ini. Berbulan-bulan saya mencari mesin press dingin untuk mengambil minyak yang efektif dari biji-bijian ini di dalam negeri misalnya – hingga kini belum menemukannya yang pas.

Saya yakin mesin-mesin seperti ini bisa kita buat sendiri karena contohnya sudah banyak tersedia di luar negeri, bahkan gambar teknisnya bisa saya berikan bila ada yang berminat untuk membuatnya. Kita butuh mesin yang sederhana, kalau perlu yang bisa digerakkan secara manual – tetapi harus reliable dan bisa mengekstrak minyak semaksimal mungkin dari biji-bijian yang ada di sekitar kita – atau dari sisa-sisa ampas seperti pada industri kopi tersebut di atas.

Bayangan saya para ahli bubut presisi – lulusan politeknik permesinan , yang paling siap untuk diajak membuat mesin-mesin semacam ini. Bila diantara pembaca ada yang berkompetensi di bidang ini dan tertarik bergabung di team kami, insyaAllah akan banyak yang bisa kita lakukan bersama.

Bila Anda lulusan-lulusan politeknik permesinan yang familiar dengan pabrikasi mesin presisi, dan tertarik untuk mendirikan usaha Anda sendiri – barangkali inilah peluang terbaiknya, yaitu bergabung dalam startup permesinan di Startup Center – Depok, kami tunggu.


Bayangkan sekarang peluangnya bila mesin-mesin yang kita butuhkan tersebut tersedia di masyarakat dengan mudah, biji anggur-pun bisa menjadi minyak yang bernilai tinggi. Lho apa pentingnya kita bisa mengolah minyak biji anggur ? lha wong kita tidak punya tanaman anggur banyak, yang ada adalah anggur impor yang di makan individu-individu yang menyebar , bagaimana pula mengumpulkan bijinya ?

Justru disitulah awal peluangnya. Di negeri kita ini sudah ada riset anggur dataran rendah di Probolinggo sejak jaman Belanda dahulu, jadi banyak jenis anggur yang bisa tumbuh dan berbuah baik di negeri ini. Hanya saja karena kebanyakan kurang manis dan kurang besar, kita kalah dengan serbuan anggur impor.

Karena kalah dengan anggur impor, anggur yang tidak terlalu manis membuat para petani frustasi sehingga tidak mau menanamnya banyak-banyak lagi. Untuk dimakan langsung memang butuh anggur yang manis, tetapi bila untuk industri minuman – tentu harus yang halal -  yang kurang manis-pun tetap menarik.

Tetapi hanya dengan satu jenis produk – misalnya minuman halal dari anggur, industri anggur bisa jadi belum menjadi terlalu menarik – maka di negeri kita industri demikian juga belum tumbuh. Nah sekarang bayangkan dengan tambahan satu mesin sederhana, daging buah anggur dikumpulkan jadi minuman halal yang menarik – bijinyapun dikumpulkan menjadi minyak biji anggur, maka menanam anggur menjadi jauh lebih menarik.

Lihat sekarang peluang-peluang yang bisa dilahirkan dengan mesin-mesin yang presisi buatan dalam negeri ini. Itulah sebabnya kami di Startup Center tidak hanya fokus pada teknologi informasi – yang telah mengantarkan kami menjadi Juara pertama Startup Asia Arena, kami juga ingin melahirkan startup-startup teknologi permesinan – untuk menunjang industri yang kita memiliki kekuatan resources-nya seperti pertanian dan agroforestry.

Bila ini bisa kita lakukan dengan baik, insyaAllah akan mengurangi ketergantungan kita pada energi impor – sebaliknya bila tidak ada langkah yang berarti  akan menjadikan negeri ini pengimpor energi terbesar tahun 2019. Energi terbarukan yang berasal dari tanaman selain memiliki dasar petunjuk yang kuat, variasinya sangat luas – juga akan akan baik bagi lingkungan karena menurunkan pencemaran udara. Dengan energi jenis ini, kemacetan Jakarta-pun nantinya bisa beraroma kopi, anggur dlsb. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar