Sustainable Balance

Selasa, 9 Desember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Ketika lebah pekerja keluar sarang untuk mencari makan bagi koloninya, dia sesungguhnya mencari nectar (madu bunga) dari bunga-bunga yang dikunjunginya. Tetapi dalam pencarian ini kaki-kaki lebah menginjak pollen (serbuk sari) yang kemudian ikut terbawa kemana lebah pergi, ketika dia hinggap di bunga yang lain dia juga meninggalkan sebagian pollen yang terbawa di kakinya tersebut. Dari situlah awal terjadinya pembuahan, yang nantinya akan berujung pada lahirnya tanaman baru. Sambil mencari makan lebah juga melahirkan sumber makanan berikutnya, inilah contoh keseimbangan yang berkelanjutan. 


Lebah Dalam Keseimbangan Alam
Bagaimana lebah bisa melakukan ini ? karena lebah mengikuti wahyuNya untuk mencari makan : “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS 16:69)

Dia Yang Maha Tahu, menciptakan dunia ini secara seimbang – kemudian juga memerintahkan manusia untuk menjaga keseimbangan ini dan tidak merusaknya : “Dan langit telah ditinggikanNya, dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kami mengurangi keseimbangan itu”. (QS 55 : 7-9)

Bagaimana manusia bisa mengakkan keseimbangan di alam ? Sama persis dengan yang dilakukan oleh lebah di atas, yaitu mengikuti petunjuk wahyuNya. Karena Dialah Yang Maha Tahu sebab akibat dari setiap perbuatan kita. Perbuatan baik yang diperintahkanNya – pasti akibatnya juga kebaikan, demikian pula sebaliknya perbuatan buruk yang dilarangNya – pasti juga karena berakibat keburukan.

Nah melalui ayat-ayat tersebut di atas Dia memerintahkan kita untuk menegakkan keseimbangan – karena melalui keseimbangan inilah kehidupan yang ada di bumi akan bisa berkesinambungan atau sustainable. Sebaliknya kita dilarang merusak keseimbangan itu, karena bila kita merusaknya itu akan mengancam kehidupan di bumi itu sendiri.

Lantas bagaimana konkritnya ? apa yang bisa kita lakukan untuk menegakkan keseimbangan di alam dan agar kita tidak merusaknya ? Manusia diberi akal yang tentu saja jauh lebih tinggi dari lebah. Dengan akalnya ini manusia bisa berpikir dan membuat pilihan-pilihan.

Pilihan-pilihan yang benar akan membuatnya makhluk mulia yang jauh melampaui makhluk-makhluk lainnya, pilihan-pilihan yang salah akan membuatnya terhina bahkan lebih hina dari binatang. Yang mulia adalah yang mengambil keputusan-keputusan berdasarkan petunjuk wahyuNya, sebaliknya yang hina adalah yang mengabaikannya.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS 7 : 179)

Lantas bagaimana kita bisa berbuat seperti yang dilakukan para lebah dalam mengikuti petunjuk wahyuNya ? bagaimana sambil kita mencari penghidupan kita juga melahirkan sumber-sumber penghidupan baru bagi kita sendiri dan generasi berikutnya ? disitulah pentingnya kita menggunakan telinga, mata dan hati kita untuk bisa memahami perintah dan laranganNya kemudian mentaatinya. Bila kita melakukan ini, maka Dia menjamin kelangsungan ketersediaan makan (rezeki) kita.

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS 5:66)

Ketika kita berdagang dan tidak berbuat curang seperti mempermainkan timbangan (keadilan), maka insyaAllah kita ikut menjaga keseimbangan di dunia perdagangan. Perdagangan kita akan menjadi berkah yang berkelanjutan, untuk kita sendiri maupun untuk orang lain dan penerus-penerus kita.

Itulah mengapa riba dilarang, juga kartel atau monopoly penguasaan pasar, mempermainkan harga , menimbun barang dlsb. karena ini semua merusak keseimbangan di pasar.

Ketika bertani-pun demikian, bila kita berbuat adil terhadap alam ini – tidak mengambil lebih dari yang kita berikan, tidak menebang lebih dari yang kita tanam, tidak merusak tanah dan air di dalamnya dengan zat-zat yang tidak dibutuhkannya – maka dengan itulah kita menjaga keseimbangan dan kehidupan yang berkelanjutan.

Lebih jauh di dunia pertanian/pertanahan – Islam juga melarang tanah-tanah ditelantarkan, tanah yang tidak dimakmurkan oleh pemiliknya lebih dari tiga tahun sudah dianggap bukan miliknya lagi. Ini semua juga agar kesimbangan di alam terjaga, sumber-sumber penghidupan bagi manusia yang terus bertambah dapat terus terpenuhi.

Yang bergerak di dunia industri, kesehatan, budaya, teknologi, media dan berbagai bidang kehidupan manusia yang lainnya juga berlaku prinsip yang sama seperti proses lebah mencari makan tersebut di atas. Yaitu dalam proses Anda mencari penghidupan Anda, apakah keseimbangan (keadilan) itu dibangun atau malah sebaliknya dirusak.

Bila sambil mencari penghidupan , Anda juga menegakkan keseimbangan/keadilan – maka insyaAllah Anda ikut menjaga keseimbangan yang berkelanjutan – sustainable balance – di kehidupan ini, yang juga berdampak pada kehidupan berikutnya. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar