Bersaing Dengan Over Supply

Senin, 16 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Teori ekonomi yang melandaskan pada sumber daya yang terbatas, nampaknya memang perlu mulai dikaji ulang. Pertama karena janji Allah akan kecukupan rezeki bagi seluruh makhlukNya, kedua karena hal ini juga terbukti secara empiris dalam perdagangan global saat ini. Sumber-sumber ekonomi berupa modal, tenaga kerja dan kapasitas produksi itu nampak sungguh berlebihan sehingga kita sebenarnya bukan berebut untuk menguasainya, tetapi berebut untuk bisa menggunakannya.


Kita dapat lihat sinyalemen tersebut pada realita perdagangan global saat ini, siapa yang paling unggul ? dapat kita lihat angkanya langsung pada nilai export masing-masing negara dan akumulasi cadangan devisanya. Saya ambilkan saja 30 besar dunia agar tidak terlalu panjang tabelnya.

Di antara 30 besar negeri pengekspor dunia, China menduduki nomor 1 (data terakhir adalah 2013) dengan nilai ekspor di angka US$ 2.21 trilyun. Sementara Indonesia, negeri dengan penduduk nomor 4 di Dunia setelah China, India dan Amerika – nilai ekspornya hanya menduduki rangking 28 dengan nilai US$ 178.9 milyar  pada tahun yang sama.


To 30 Negara Pengekspor 2013

Bila dirata-rata dengan jumlah penduduk, posisi kita malah turun di rangking 29 dengan rata-rata ekspor hanya US$ 740 /capita. Sementara negeri jiran kita Singapore yang nyaris tanpa sumber daya alam, menduduki rangking pertama dalam nilai ekspor per capita yaitu mencapai US$ 75,981/capita atau lebih dari 100 kali rata-rata ekspor per capita kita !

Kemampuan ekspor ini juga berdampak langsung pada cadangan devisa yang dikumpulkan oleh masing-masing negara. China yang ekspornya secara absolut paling tinggi, juga menduduki cadangan devisa yang paling tinggi yaitu mencapai US$ 3.95 trilyun – lebih tiga kali dari urutan berikutnya Jepang yang berada pada angka US$ 1.26 trilyun. Akhir tahun lalu kita menduduki urutan ke 21 dengan US$ 112 milyar.


Cadangan Devisa Dari 30 Besar Negara Pengekspor

Lagi-lagi bila cadangan devisa ini dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka kita kembali turun ke rangking 29 dari 30 besar tersebut. Cadangan devisa kita per capita hanya di angka US$ 450 per capita. Yang tertinggi adalah Swiss dengan angka US$ 67,333 disusul negeri jiran Singapore dengan angka US$ 46,567.

Apa makna dari angka-angka ini sesungguhnya ? ini adalah cerminan kemampuan kita dalam bersaing secara global untuk memperebutkan pasar dunia. China yang begitu perkasa mendominasi pasar global karena terjadi over supply di negeri itu.

Sumber daya ekonomi berupa capital, SDM dan kapasitas produksi melimpah, dampaknya mereka tidak ada kesulitan untuk nyaris memproduksi apapun yang dibutuhkan dunia dengan tingkat daya saing dari sisi harga yang tidak tertandingi.

Dan ini belum akan segera berakhir, tahun lalu ketika  kita ngos-ngosan menumbuhkan GDP 5.0 % dan negeri adidaya seperti Amerika GDP-nya hanya tumbuh 2.4 % , GDP China masih tumbuh di angka 7.3 %.

Bahkan menurut kajiannya McKinsey tahun 2012 lalu, untuk lima tahun terakhir yang dikaji yaitu 2007-2012, produktifitas tenaga kerja China tumbuh sangat tinggi yaitu di angka 11% per tahun – sementara di negeri kita tingkat pertumbuhan produktifitas itu hanya 7 % per tahun.

Ibarat berlari, mereka sudah sangat jauh di depan dan dengan akselerasi yang jauh lebih tinggi pula dari kita  – mana mungkin kita mengejar ? Memang kalau kita lihat angka-angka ini, kemudian juga kita lihat barang-barang apa yang ada di pasar-pasar kita, mulai dari tekstil, peralatan rumah tangga, mesin-mesin sampai kepada buah-buah yang kita beli – kita dibanjiri produk mereka, dan belum nampak ada upaya untuk bagaimana mengakhirinya.

Lantas apa yang bisa kita lakukan ? dalam tataran kehidupan professional – ini adalah tantangan besar bagi para ahli di segala bidang di negeri ini. Tantangan besar bagi para penemu dan para pelaku usaha, untuk dapat menghadirkan terobosan-terobosan yang mampu berlari amat sangat cepat untuk menyusul ketertinggalan yang semakin jauh.

Tidak juga harus penemuan yang canggih dan njlimet yang akan perlu waktu untuk diterjunkan ke pasar, inovasi dari sisi nilai barangkali akan lebih cepat dihasilkan dan ditebarkan di pasar.

Sebenarnya ada peluang lain untuk melompatkan daya saing ini, tetapi saya sendiri tidak yakin dalam skala negara mau melakukannya. Bagaimanapun penduduk mayoritas negeri ini adalah Muslim, andaikata penduduk mayoritas ini bisa ditingkatkan menjadi Mukmin dan Muttaqiin – janji Allah akan berlaku bahwa umat inilah yang paling tinggi derajatnya.

(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3:138-139)

Umat ini direndahkan bila mengabaikan Al-Qur’an – angka-angka tersebut di atas menunjukkan hal ini sekarang, peluang terbaik kita untuk meninggikan umat ini hanya satu yaitu bila kita bener-bener mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita – kemudian dengan itulah kita akan mau dan mampu menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pelajaran – saat itulah kita akan diunggulkanNya. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar