Benteng Kehidupan

Sabtu, 18 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 

Kita sadari atau tidak, kita kini sesungguhnya senantiasa hidup dalam bahaya. Ada yang mengancam kehidupan kita secara fisik dan accidental seperti pembegalan dan perbagai bentuk kejahatan kemanusiaan lainnya, ada yang fisik tetapi gradual seperti masuknya berbagai jenis racun/toxin yang memasuki tubuh kita, ada yang non fisik tetapi accidental seperti pembungkaman pemikiran kita dan ada pula yang non fisik dan gradual seperti perang dingin pemikiran dan budaya yang menggerogoti keimanan kita. Namun, Alhamdulillah ada satu obat yang bisa kita gunakan untuk membentengi diri kita dari semua jenis bahaya tersebut.


Hanya Allahlah yang menjadi sebaik-baik pelindung kita itu, Allah dan RasulNya-pula yang memberikan contoh jalannya agar kita bisa berikhtiar. Seperti sakit misalnya, Hanya Allah yang bisa menyembuhkan penyakit kita – tetapi berupaya mencari penyembuhan yang baik juga menjadi sunnah yang dicontohkan.

Maka membentengi diri dari berbagai bahaya yang mengepung kita dari segala penjuru tersebut juga ada yang dicontohkan berdasarkan petunjukNya dan sunnah yang dilakukan oleh NabiNya. Kisah dibawah ini bisa menjadi inspirasi yang komplit bagaimana ayat dan sunnah itu bekerja membentengi diri kita dari bahaya yang mengancam.

Diriwayatkan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa setelah turunnya surat Al-Lahab : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa…” (QS 111:1-5), Ummu Jamil – istri Abu Lahab menjadi kalap, dengan berteriak sambil membawa alu (alat penumbuk) dari batu dia hendak mencelakai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam sedang duduk bersama Abu Bakar Radliallahu ‘Anhu, melihat gelagat tidak baik dari istri Abu Lahab tersebut, Abu Bakar  menyampaikan kekawatirannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “ wanita ini telah datang dan saya takut dia melihat engkau”. Rasulullah ‘Alaihi Wasallam-pun menjawab “innahaa lan taraanii – sungguh dia tidak akan melihat aku”, kemudian beliau membacakan ayat berikut :

 
Dan apabila kamu membaca Al Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tidak terlihat.”

Pelajarannya adalah bahwa melalui membaca Al-Qur’an-lah umat ini dilindungi Allah dari segala macam bahaya yang mengancamnya – yang datang dari orang-orang yang tidak beriman.

Bisa saja yang (berusaha) mencelakai kita itu juga sesama muslim, karena di negeri yang mayoritas penduduknya (ber-KTP) muslim seperti kita ini – tentu besar pula peluangnya bahwa yang merampok di jalan juga muslim, yang menyengsarakan rakyat dengan korupsinya juga muslim, yang membunuh juga muslim. Hanya saja semua kejahatan itu dilakukan oleh muslim yang (sedang) kehilangan imannya. Kok bisa ? dasarnya adalah Sahih Bukhari berikut :

Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Radliallahu ‘Anhu, Rasulullallah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda : “ Tidaklah berzina seorang hamba yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, tidaklah mencuri ketia ia mencuri dalam keadaan beriman,  tidaklah meminum khamr ketika meminumnya dalam keadaan beriman, dan tidaklah membunuh sedang ia dalam keadaan beriman” Kata Ikrimah, aku bertanya kepada Ibnu Abbas, bagaimana iman bisa dicabut padanya ? Ia menjawab begini, sambil menjalinkan jari-jemarinya lalu dia keluarkan, maka jika dia bertaubat, iman itu kembali kepadanya, sambil ia menjalin jari –jemarinya.

Dalam kisah pembacaan ayat  oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut diatas untuk menghadapi ancaman istri Abu Lahab, pembacaan ayat-nya itu sendiri yang menyebabkan Allah menurunkan dinding yang tidak terlihat sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terlindung dari bahaya yang mendatanginya.

Pengertian yang lebih luas juga mencakup membaca ayat-ayatnya, memahaminya dan kemudian mengamalkannya. Sama dengan pengertian Al-Qur’an sebagai obat (QS 17:82), dibacakannya ayat-ayat Al-Qur’an sudah bisa menjadi obat, apalagi bila dipahami maknanya dan diamalkannya sebagai petunjuk – maka Al-Qur’an secara keseluruhannya akan menjadi jawaban untuk segala macam penyakit yang ada hingga kini dan bahkan hingga akhir jaman nanti.

Bahwasanya kita sekarang dalam bahaya dari segala penjuru seperti di awal tulisan ini,  bisa jadi instrospeksi kita semua bahwa kondisi kita sekarang yang sangat kurang dalam membaca Al-Qur’an apalagi memahaminya dan mengamalkannya. Maka inilah jalan keselamatan kita di dunia dan di akhirat, membaca banyak-banyak Al-Qur’an itu sambil terus dalam bahasa jawa disebut angen-angen sak maknane – mebaca sambil membayangkan maknanya.

Membaca Al-Qur’an banyak-banyak (beserta shalat dan berinfaq) juga bukan hanya perlindungan dari bahaya, tetapi  menjadikannya perniagaan yang tidak akan merugi, mendatangkan pahala yang berlipat dan karunia/rezeki yang terus bertambah. Ini yang dijanjikan Allah dalam dua ayat berukt :

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS 35:29-30)

Bukankan ini semua yang kita butuhkan saat ini ? bebas dari segala macam mara bahaya, perdagangan yang tidak akan merugi, kesempurnaan pahala dan terus bertambahnya karuniaNya ? maka jalannya jelas yaitu selalu membaca Al-Qur’an ! tentu sambil diikuti upaya terus menerus untuk memahaminya dan mengamalkannya . InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar