Belajar Penguasaan Pasar Dari China

 Senin, 27 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Istilah belajarlah sampai ke negeri China itu berlaku hingga kini, khususnya tentang penguasaan pasar. Empat tahun lalu dari top 10  merek handphone yang ada di China, hanya dua yang lokal yaitu Huawei dan Lenovo. Hanya dalam waktu tiga tahun, situasi ini berbalik 180 derajat, tahun 2014 tinggal 2 merek impor yang bertahan di top 10 China yaitu tinggal Samsung dan Apple. Bagaimana China menguasai pasarnya – di dalam dan di luar negeri ? itulah yang kita perlu belajar.



Doing Business In Indonesia 2015

Kalau dilihat satu per satu dari tingkat kemudahan business yang dikeluarkan oleh Bank Dunia misalnya, tidak ada yang luar biasa dari China ini. Mereka berada di urutan 90, sedangkan kita di posisi 114. Beda dengan Singapore yang jelas dominan di posisi pertama dalam beberapa tahun terakhir.


Doing Business In China 2015

Memulai usaha baru juga sulit di China, yang ditunjukkan di rangking 128 sementara Indonesia berada di tingkat sangat sulit 155. Tetapi mengapa di China bisa tiba-tiba lahir Xiaomi - Startup terbesar di dunia dengan modal mencapai US$ 45 milyar ? modal startup satu ini saja ini kurang lebih setara dengan 1/3 APBN 2015 kita !.

Yang kemudian saya lihat keunggulan China yang tidak terpotret secara lengkap oleh data bank dunia tersebut diatas adalah ukuran pasarnya yang sangat besar, yang kemudian mereka garap secara amat serius. Dalam hal ukuran pasar dan penggarapan inilah mestinya kita bisa banyak belajar dari mereka.

Untuk produk konsumers yang menyedot pendapatan rakyat sampai tingkat paling bawah seperti fenomena handphone misalnya, bila China dalam tiga tahun terakhir bisa membalik 180 derajat dari dominasi produk impor menjadi dominasi produk lokal – mengapa kita tidak ?

Apakah kita tidak bisa membuat handphone yang canggih ? saya rasa sangat banyak pemuda cerdas Indonesia yang bisa membuatnya. Apakah kita tidak ada modal untuk melakukannya ? Tidak sebesar modal yang ada di China, tetapi mestinya modal juga bukan kendala utama. Lantas apa yang membuatnya berbeda ?

Dari interaksi saya langsung dengan para pelaku industri di China, kegigihan mereka yang pantang menyerah dalam memenuhi kebutuhan pasarnya inilah yang mungkin kita harus banyak meniru.

Ketika saya berusaha mengimpor mesin ekstraksi minyak misalnya. Mesin yang baik dan memiliki reputasi secara global lebih dari  50 tahun adalah mesin dari pabrikan ternama  di Eropa. Namun karena harganya sangat mahal dibandingkan dari produk China dan responnya terhadap pertanyaan-pertanyaan saya terkesan ogah-ogahan, kami tidak jadi mengimpor produk Eropa ini meskipun sangat tertari dalam kwalitasnya.

Di lain pihak, produsen China hanya perlu tahu bahwa kami butuh mesin produksinya – selanjutnya mereka yang bekerja mati-matian untuk mengatasi segala problem yang ada sampai mesin tersebut bener-bener sampai di lokasi kami.

Pengalaman di produk konsumers juga demikian, ketika sebuah perusahaan biotech  di China mengetahui teknologi Big Data yang kami miliki untuk herbal yang ada di ww.olea.id – serta merta mereka menyanggupi untuk memback-up-nya dengan membuat industri produksi herbalnya untuk pasar global dengan menggunakan teknologi Big Data yang kami miliki tersebut.

Ketika saya sampaikan requirement produk kita harus halal dari ujung ke ujung, mereka ternyata juga sangat siap memenuhinya melalui jalinan kerjasama dengan lembaga halal dari negeri-negeri yang penduduknya mayoritas muslim.

Mereka unggul dan bahkan over supply dalam hal modal, kapasitas produksi, tenaga kerja dan passion untuk melayani/memenuhi kebutuhan konsumennya. Bila modal dan kapasitas produksi belum menjadi strength points kita, setidaknya dalam kwalitas dan passion tenaga kerja ini mestinya kita bisa.

Di depan mata kita kini membentang pasar yang sangat besar, di dalam negeri saja ada 250 juta orang atau setara dengan 40 % dari pasar ASEAN secara keseluruhan. 250 juta orang ini tentu butuh makanan setiap hari, pakaian yang terus berganti, dan perbagai kebutuhan sehari-hari lainnya – yang tentu sangat besar.

Ketika kita tidak gigih dalam menggarapnya, maka pasar yang besar tersebut dengan mudah bisa di aneksasi oleh China untuk ditambahkan terhadap pasar mereka sendiri yang kini ukurannya lebih dari lima kali kita ! Ayo kita bangkit dan rebut kembali pasar kita, insyaAllah kita bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar