Kurva Normal Jamaah

Jum'at, 24 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Ada pelajaran yang sangat penting dari sangat dianjurkannya laki-laki untuk shalat fardhlu berjama’ah di masjid-masjid. Dari hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hanya saya temukan tiga golongan laki-laki yang tidak sholat berjamaah di masjid yaitu orang munafik yang jelas kemunafikannya, orang sakit yang sangat parah sehingga berjalan dipapah-pun tidak bisa lagi dan orang yang tinggal begitu jauh dari masjid yang bahkan tidak bisa mendengar adzan. Selama kita tidak termasuk dalam salah satu golongan tersebut, insyaAllah kita akan mendapat manfaat dari sholat berjamaah. 


Berjamaah sebenarnya juga bukan hanya pada urusan sholat, dalam mengurusi segala keperluan sehari-hari-pun kita seharusnya berjamaah. Maka ada hadits yang menganjurkan muslim itu bersyirkah untuk urusan lahan (pangan), air dan api (energi).

Untuk urusan yang lebih besar seperti mengurus negara dan kesejahteraan rakyatnya lebih-lebih lagi mestinya umat ini menjadi jamaah yang satu – karena kalau tidak maka yang terjadi adalah seperti yang kita alami sekarang ini. Umat ini masih mayoritas di negeri ini, tetapi sendi-sendi kehidupannya dikuasai oleh orang lain.

Pentingnya bersatu dalam tali jamaah dan tidak bercerai berai ini diperintahkan langsung oleh Allah dalam ayat berikut :

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS 3:103)

Bahkan secara ilmiah, kehidupan berjamaah juga bisa dibuktikan manfaatnya melalui apa yang disebut pergeseran kurma normal. Nilai suatu populasi (bisa nilai apa saja), akan cenderung membentuk distribusi normal atau visualisasi grafiknya disebut kurva normal.

Misalnya bila ada 100 orang jamaah dan diukur bacaannya terhadap Al-Qur’an, maka mayoritasnya akan berada di sekitar rata-rata, kemudian sedikit yang berada sangat baik diatas rata-rata dan sedikit pula yang jauh dibawah rata-rata.

Kemudian orang-orang yang dibawah rata-rata akan berusaha mengejar ketinggalannya, yang berada di sekitar rata-rata akan berusaha melebihi rata-rata, dan yang sudah di atas rata-rata akan terus memperbaikinya agar tidak terkejar oleh rata-rata. Maka dampaknya secara keseluruhan akan menggeser kurva normal itu ke kanan – yang artinya semuanya memperoleh perbaikan nilai. Begitu seterusnya hal ini berulang, sehingga membentuk gerakan  fastabichul khairat - perlombaan dalam kebaikan yang berjalan terus menerus dalam jamaah itu.

Hidup berjamaah ini terus dianjurkan sampai menjelang akhir jaman, yang bisa jadi saat itu tidak lagi ada jamaah yang layak diikuti. Dasarnya adalah hadits shahih berikut :


Dari Khuzaifah Ibnul Yaman mengatakan : “ Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam kejahiliahan dan keburukan, lantas Allah membawa kebaikan ini. Maka apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan lagi ? Nabi menjawab : Tentu . Aku bertanya lagi : “ Apakah sesudah keburukan itu ada kebaikan lagi ? “Tentu” jawab beliau, dan ketika itu ada dakhan. Saya bertanya lagi : “Apa yang dimaksud dakhan itu ?” Nabi menjawab “ Yaitu sebuah kaum yang menanamkan pedoman bukan dengan pedomanku, engkau mengenal mereka tetapi juga mengingkarinya”. Aku bertanya lagi ; “ Adakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?” Nabi menjawab “Iya”, ketika itu ada penyeru-penyeru menuju pintu jahannam, siapa yang mengikuti seruannya, mereka akan menghempaskannya ke pintu-pintu itu. Aku bertanya lagi “Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kami ciri-ciri mereka!, Nabi menjawab : “ mereka adalah seperti kulit kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita. Aku bertanya lagi : “lantas apa yang engkau perintahkan kepada kami ketika menemui hari-hari seperti itu ? Nabi menjawab : “Hendaklan engkau selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam mereka ! Aku bertanya lagi : “Kalau tidak ada jamaah kaum muslimin dan tidak ada pula imam ?” Nabi menjawab : Hendaklah engkau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun engkau menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu – engkau tetap seperti itu!”. (HR Bukhari no 6557).

Saking sulitnya memilih jamaah yang benar karena kondisi umat yang berpecah belah dalam kelompok-kelompok di jaman ini, ada salah satu ustadz saya yang sudah mengganggap jaman ini waktunya kita  untuk “… menggigit akar-akar pohon…” !

Saya sendiri berpendapat, insyaAllah kita masih akan bisa menyongsong setidaknya satu lagi jaman kebaikan. Maka kita berusaha keras untuk mewujudkannya dengan mendidik anak-anak untuk menjadi generasi yang lebih baik dari kita, kemudian  untuk kita-kita yang sudah terlanjur tua – juga kita gerakkan untuk rame-rame berjamaah mendekatkan diri dan menguasai petunjukNya – Al-Qur’an dan sunnah-sunnah NabiNya – agar kurva normal kita terus bergeser ke kanan ! InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar