Super Informasi

Kamis, 21 Mei 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Belanja teknologi informasi dunia tahun ini diperkirakan mencapai sekitar US$ 3.9 Trilyun atau lebih dari 4 kali GDP Indonesia yang berada di kisaran US$ 900 Milyar. Bisa dibayangkan bila Indonesia bisa mengambil proporsi yang agak banyak dari belanja IT dunia tersebut, maka negeri ini akan bisa mencapai target pertumbuhannya tanpa harus banyak mengorbankan sumber daya alam dan kelestarian lingkungannya. Negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini sangat berpeluang untuk menguasai IT dunia, karena kitab kita adalah sumber dari segala sumber informasi.


Bahwasanya saat ini penguasaan IT dan pasarnya masih lebih banyak dikuasai umat lain, bisa saja ini terjadi karena umat ini belum mengoptimalkan sumber informasi, ilmu dan teknologi yang berasal dari petunjukNya itu.

Ada cerita menarik tentang ilmu ini yang bisa menjadi dasar bahwa seharusnya umat ini bisa mengungguli umat lain khususnya Yahudi dalam penguasaan informasi yang kemudian menjadi ilmu pengetahuannya.

Dalam tafsir At-Tabari ada mengutib hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas :  Bahwasanya para pendeta Yahudi bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Madinah : “Wahai Muhammad, ayat : “dan tidaklah kalian diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja” (QS 17:85), kepada kami itu engkau maksudkan ?, atau kepada kaummu ?”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : “Keduanya !”.  Mereka berkata : “ Apakah engkau tidak membaca ayat yang diwahyukan kepadamu, bahwa kami diberi Taurat yang menjelaskan segala sesuatu di dalamnya ?” Beliau menjawab : “Itu dalam ilmu Allah SWT adalah sedikit, dan yang ada pada kalian itulah yang cukup untuk kalian”.

Setelah itu turunlah ayat : “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 31:27)

Nah, kepada kita diberikanlah kitab Al-Qur’an yang merupakan jawaban untuk seluruh persoalan (QS 16:89), yang bila kita gunakan kitab tersebut sebagai petunjuk dan pelajaran kita dijanjikan olehNya langsung bahwa kita akan menjadi umat yang tertinggi (QS 3:138-139).

Namun kok kenyataannya untuk saat ini kita belum mencapai derajat paling tinggi dalam penguasan IT, baik dari sisi ilmu dan teknologinya apalagi pasarnya ? kita masih menggunakan semua produk orang lain sehingga pasar IT-pun juga dikuasai mereka ? Barangkali karena kita masih belum mencari dan mengolah sumber-sumber informasi dan ilmu pengetahuan itu dari sumber yang seharusnya – yaitu Al-Qur’an.

Bayangkan sekarang kalau kita bisa menggali langsung dari sumber yang seharusnya, kemudian mengolahnya menjadi jawaban untuk seluruh persoalan kehidupan manusia di jaman ini hingga akhir jaman nanti – maka insyaAllah kita akan bisa menjadi umat yang paling unggul – seperti yang dijanjikan oleh Allah tersebut di atas.

Berikut adalah salah satu contoh model pendekatannya – menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber jawaban untuk solusi segala persoalan. Dari pendekatan ini kemudian bisa dikembangkan aplikasi teknologi informasi yang terstruktur untuk segala persoalan yang ingin dipecahkan dengan Al-Qur’an.

Dari data, informasi, ilmu sampai hikmah
Kita tahu bahwa Al-Qur’an adalah sumber segala sumber ilmu, sedangkan ilmu adalah kumpulan informasi yang terorganisir – maka Al-Qur’an juga menjadi sumber segala sumber informasi.

Karena informasi adalah tersambungnya elemen-elemen data yang semula terpisah, maka Al-Qur’an juga sebenarnya sumber segala sumber data. Jadi dimulai dari data, menjadi informasi dan kemudian menjadi ilmu.

Ketika ilmu itu bener-bener diamalkan, digunakan oleh si empunya ilmu untuk mengatasi perbagai persoalan – maka ilmu akan menjadi semakin mendalam. Hal-hal yang tidak tersurat secara langsung, bisa muncul dalam pengamalan, yang semula rahasia menjadi terungkap. Di atas ilmu itulah hikmah,  yaitu pemahaman ilmu yang sangat dalam dari yang tersurat maupun yang tersyirat.

Maka di Al-Qur’an disebutkan orang yang diberi hikmah inilah yang diberi kebaikan yang amat sangat banyak, dan tidak bisa mencapai hikmah ini orang yang tidak berfikir atau memiliki akal.

Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS 2:269).

Lantas bagaimana menuangkan konsep dari dasar data, informasi, ilmu sampai hikmah yang bersumber dari Al-Qur’an tersebut menjadi solusi aplikatif dari Tekonologi Informasi ? Karena Al-Qur’an adalah kitab yang amat sangat teratur, setiap kata, posisinya, urutannya, jumlahnya dlsb tidak ada yang kebetulan – maka kita bisa mulai dari elemen dasar atau data ini.

Misalnya di Al-Qur’an ada data berupa kata sebut saja contohnya kurma, ada data berupa angka atau pengulangannya – untuk kurma muncul angka pengulangan 20 (ada 21 tetapi yang satu tidak disebutkan sebagai kurma). Dalam hal sumber data yang akan menjadi fondasi bangunan di atasnya berupa informasi, ilmu sampai hikmah ini - validitas data di Al-qur'an adalah tiada duanya. Tidak ada istilah garbage in - garbage out seperti yang ada di aplikasi teknologi informasi pada umumnya, karena semua data dari Al-Qur'an valid dan bernilai tinggi.

Dari data ini kemudian muncul informasi dalam bentuk kalimat-kalimat yang mulia yaitu ayat-ayat yang ada di Al-Qur'an. Misalnya : “…kebun kurma dan anggur yang dibawahnya mengalir sungai-sungai…” ; “Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air” dan seterusnya.

Ketika informasi berupa ayat-ayat atau kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan satu sama lain, kemudian dikaitkan pula dengan data atau informasi yang relevan dari sumber yang sama, kemudian lagi diolah menjadi teori atau konsep – maka lahirlah ilmu. Ilmu yang terlahir-pun menjadi ilmu yang sempurna dan berkwalitas tinggi karena didukung oleh data yang terjamin validitasnya - yang tersaji dalam informasi berupa kalimat-kalimat yang mulia.

Dari data awal kurma dan ayat-ayat terkait misalnya, kini telah lahir ilmu mengelola sumber atau mata air dengan tanaman kurma, ilmu tentang makanan yang akan mencegah kelaparan. Ilmu tentang makanan yang membangkitkan motivasi dan gairah hidup, ilmu pengobatan penyakit fisik maupun psikis berbasis kurma dlsb.

Dan ketika ilmu ini tidak berhenti sekedar ilmu, tetapi benar-benar kita berusaha mengamalkannya di lapangan – maka lahirlah hikmah yang tidak tersurat secara eksplisit baik ditingkat  data maupun tingkat informasi. Misalnya kita jadi semakin yakin bahwa tanaman yang disebut sampai 20 kali di Al-Qur’an ini benar-benar untuk kita, bukan hanya untuk orang Arab. Kita bisa benar-benar menanamnya di negeri ini, kita menjadi semakin mengimani bahwa segala petunjuk yang ada di dalam Al-Qur’an ini adalah berlaku untuk seluruh alam hingga akhir jaman, dst.

Maka sekarang menjadi waktunya bagi para ahli Al-Qur’an untuk bergabung dengan para Ahli IT dan sebaliknya, untuk membangun solusi yang komprehensif – untuk mengatasi berbagai persoalan multi dimensi bagi umat yang hidup di jaman belantara informasi yang serba tidak jelas, simpang siur dan penuh fitnah  ini.


Tujuannya tentu bukan berebut dengan orang lain dalam meraih pangsa pasar yang nilainya lebih dari 4 kali GDP kita tersebut di atas – meskipun bisa saja nanti hasil sampingnya atau hadiah jangka pendeknya adalah penguasaan pasar  tersebut – tetapi tujuan utamanya adalah meninggikan kalimat Allah - Li ila i kalimatillah. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar