Disruptive Business Model

Rabu, 24 juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Di dunia di mana teknologi informasi berkembang begitu cepat, yang mengganggu kemapanan suatu usaha sangat bisa jadi bukan lagi pesaing tradisionalnya. Penerbitan-penerbitan global misalnya tidak mati karena bersaing satu sama lain, tetapi mereka berguguran seiring dengan bermunculannya website, e-book dan segala informasi dan ilmu yang bisa digali secara elektronis. Pesaing usaha terbesar di era ini bisa berasal dari arah yang tidak disangka-sangka, karena bisa jadi model bisnis-nya sangat berbeda dengan yang selama ini ada. Dimana peluang terbaik kita ?


Model bisnis yang sangat berbeda yang mengganggu kemapanan suatu usaha yang sudah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun ini secara umum disebut Disruptive Business Model – model bisnis yang mengganggu.

Daftarnya kini sangat panjang, setelah Newsweek mengakhiri penerbitan majalah cetaknya December 2012 – setelah beroperasi selama 80 tahun lebih, di kanan kiri kita-pun kita saksikan banyak usaha mati atau setidaknya meredup karena bisnis modelnya memang tidak sustainable.

Dalam skala kecil tahun 90-an marak usaha wartel dan kemudian juga disusul warnet , sekarang sudah jarang dijumpai karena siapa yang butuh wartel dan warnet ketika nyaris semua orang bisa memiliki telepon dan akses internet-nya sendiri ?.

Dalam skala besar yang akan terus menggerogoti pendapatan perushaan telekomunikasi dari pendapatan percakan suara adalah percakakapan dan bahkan video conference yang nyaris gratis melalui Skypee, Line, Facetime dlsb. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar bisa akan tetap survive, hanya bila mereka juga bisa memperbaiki bisnis modelnya.

Demikian pula dunia perbankan, ketika Google Wallet semakin meluas penggunaannya - sangat bisa jadi dunia perbankan harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan eksistensi usahanya ditengah serbuan pesaing yang datang dari arah yang tidak disangkanya ini.

Tidak hanya di dunia komersial, dunia sosial seperti pendidikan-pun serbuan pesaing itu bisa datang dari mana saja. Bagi anak Anda yang tidak diterima di perguruan tinggi negeri tahun ini misalnya, tidak usah kawatir. Mereka bisa kuliah gratis di perguruan tinggi terbaik dunia seperti Harvard University, Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Stanford University. Anda yang masih semangat belajar-pun sekarang masih bisa kuliah lagi di perguruan tinggi-perguruan tinggi bergengsi ini, silahkan kunjungi situs www.academicearth.org untuk ini.

Yang ingin saya sampaikan dengan memberikan beberapa contoh tersebut di atas adalah bahwa gangguan eksistensi suatu usaha ataupun institusi itu kini bisa datang dari mana saja. Agar bila nantinya ada sumber Disruptive Business Model yang lain lagi, dunia usaha atau institusi juga bisa menerimanya tanpa prasangka yang penuh kecurigaan. Karena disinilah peluang kita sesungguhnya.

Disruptive Business Model yang sekarang dianggap terobosan baru di dunia usaha dan social tersebut, sesungguhnya telah dicontohkan jauh hari sebelumnya oleh Uswatun Hasanah kita beserta para sahabatnya.

Ketika orang Yahudi berjualan air, bisnis air ini mati dengan sendirinya ketika Utsman bin Affan R.A. mewakafkan sumur yang dibelinya. Di kota Yathrib sebelum menjadi Madinah pasca hijrahnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, pasar-pasar adalah milik pribadi-pribadi yahudi yang kaya seperti Bani Qainuqa’  dlsb, tetapi pasar-pasar pribadi seperti ini habis tidak sampai 10 tahun kemudian – digantikan oleh pasar kaum muslimin – yang tidak ada seorang-pun boleh mengkaplingnya.

Air atau sumber-sumber kehidupan yang diperjual belikan dan pasar milik pribadi (sekarang korporasi – yang ujungnya juga pribadi) itu kini menjadi hal yang dianggap lumrah. Mengapa kita tidak berjuang untuk menggratiskannya kembali melalui apa yang di jaman ini disebut Disruptive Business Model tersebut ?

Nature dari petunjuk kita itu adalah furqon atau pembeda (dari yang bathil) – yang bahasa business modelnya disebut disruptive tersebut di atas. Bila air bisa kembali digratiskan, akses pasar kembali untuk semua orang – maka secara otomatis komersialisasi air dan pasar yang telah mendarah daging kini - akan mati dengan sendirinya.

Di tengah dunia usaha yang berlomba menciptakan Disruptive Business Model – untuk saling mengalahkan pesaingnya masing-masing dari arah yang tidak disangka-sangka, sesungguhnya umat ini berpeluang terbaik untuk unggul. Kita punya manual, bahkan contoh aplikatif – bagaimana membuat ‘disruptive business model’  yang sesungguhnya.

Intinya ada pada nilai-nilai ajaran agama ini, bila nilai-nilai tersebut bisa kita implementasikan secara utuh – insyaAllah kita akan bisa mengalahkan business model  apapun yang ada di luar sana. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar