Leadership Manual Dari Zulkarnain

Senin, 22 Juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bagi Anda yang ingin menjadi pemimpin di tingkat apapun baik swasta maupun pemerintahan, ada cara yang terbaik membekali diri Anda dengan manual kepemimpinan yang baku – yang berlaku sepanjang jaman. Bila manual ini cocok untuk pemimpin sekaliber Zulkarnain yang menguasai ujung peradaban di barat dan di timur, dengan keragaman masyarakat yang tiada duanya – maka siapapun yang Anda pimpin insyaAllah akan lebih mudah, karena seluas dan sekompleks apapun wilayah kerja Anda insyaAllah tidak lebih luas dan tidak lebih kompleks dari wilayah kepemimpinan Zulkarnain. Maka gunakanlah petunjuk ini sebagi leadership manual terbaik Anda !


Kisah Zulkarnain ini diceritakan oleh Allah dalam rangkain 16 ayat di surat Al-Kahfi (Ayat 93 s/d ayat 99), sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin Mekah yang saat itu masih ragu atas kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Jawaban ini menurut Sayyid Abul Ala Maududi seolah ingin mengatakan kepada yang menanyakannya  : “Wahai para pemimpin Mekkah, - Anda harus belajar dari kepemimpinan Zulkarnain. Meskipun dia adalah pemimpin yang agung, penakluk seluruh negeri, memiliki segala kekuatan yang dibutuhkan untuk memimpin – tetapi dia selalu berserah diri kepada Sang Maha Pencipta. Sedangkan Anda, melawan (kebenaran) yang datang dariNya padahal Anda pemimpin yang tidak seberapa dibandingkan Zulkarnain…”.

Ungkapan Maududi tersebut relevan untuk kita-kita, pemimpin di tugas kita masing-masing yang tidak seberapa ini, bahkan pemimpin negeri ini maupun negeri terbesar di dunia saat inipun masih tergolong tidak seberapa dibandingkan pencapian Zulkarnain yang menaklukkan barat dan timur !

Seperti apa kepemimpinan Zulkarnain yang diceritakan di Al-Qur’an tersebut ?  Berikut detilnya.

Pertama untuk bisa melaksanakan tugas kepemimpinan, dia harus memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjalankan kepemimpinan tersebut – bahasa sekarangnya memiliki segala resources yang dibutuhkan. Ini bisa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sarana- prasarana, kekuatan pasukan (team) dan segala hal lainnya yang di Al-Qur’an disebut  min kulli syai’. Inilah yang diberikan Allah kepada Zulkarnain ( QS 18:84), dan juga diberikan kepada pemimpin negeri lain yang diceritakan di Al-Qur’an karena kesejahteraannya – yaitu Ratu Balqis (QS 27:23).

Ayat tersebut seolah ingin memberitahu kita, jangan coba-coba ingin memimpin bila kita tidak memiliki segala resources yang diperlukan (sababa) untuk bisa terlaksananya tugas kepemimpinan itu.

Kedua, pemimpin menggunakan segala resources yang dimilikinya tersebut untuk me-manage masyarakatnya yang paling jauh sekalipun – baik di barat maupun di timur, artinya pemimpin harus mengunjungi dan memahami setiap wilayahnya dan menegakkan keimanan dan keadilan di seluruh wilayah.


Pemimpin harus menghukum orang-orang yang dhalim, dan sebaliknya juga  memberi kemudahan bagi orang-orang yang  beriman dan beramal shaleh. Keadilan harus bisa ditegakkan di seluruh wilayah.

Artinya pemimpin harus benar-benar turun ke bawah dan tahu betul apa yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya. Dalam kisah Zulkarnain ini deceritakan dalam perjalanan dia ke ujung barat dan ujung timur wilayah kekuasaannya (QS 18 :85-91).

Ketiga, pemimpin haruslah mampu berkomunikasi terbaik – dia harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat yang dipimpinnya seberapa sulit-pun mereka diajak komunikasi.

Perjalanan ketiga Zulkarnain adalah bertemu dengan masyarakat yang  digambarkan di Al-Qur’an sebagai hampir-hampir tidak bisa diajak bicara (QS 18:93), tetapi kok Zulkarnain bisa berkomunikasi dengan mereka ? Itulah tugas pemimpin, harus bisa berkomunikasi dengan yang dipimpinnya  !

Keempat, pemimpin harus lebih pinter dari yang dipimpinnya dan dapat memberi lebih dari yang diharapkan rakyatnya. Kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak tahu apa yang dimauinya, tetapi pemimpin harus lebih tahu dan bisa memberi yang terbaik untuk  rakyatnya.

Masyarakat ketiga yang dikunjungi Zulkarnain hanya minta dibuatkan tembok (sadda) untuk membentengi mereka dari Yakjuj dan Makjuz. Tetapi Zulkarnain tahu, kalau hanya tembok biasa yang dibuat – pastilah tidak cukup untuk membentengi mereka dari kejahatan Yakjuz dan Makjuz. Maka yang dibuatkan oleh Zulkarnain untuk rakyatnya bukanlah tembok seperti permintaan mereka, tetapi lebih baik dari itu yaitu tembok yang  berlapis-lapis dari besi panas dan tembaga tuang yang sangat kokoh yang di A-Qur’an tidak lagi disebut sebagai sadda,  disebutnya radma.

Kelima, sungguhpun rakyat tidak keberatan untuk memberi sesuatu kepada pemimpin – sesungguhnya pemimpin tidak memerlukan pemberian dari rakyatnya. Diberi-pun pemimpin harus menolak, apalagi kalau sampai meminta upah atas segala sesuatu yang dilakukannya – sama sekali tidak boleh. (QS 18:95)

Keenam, pemimpin harus bisa memotivasi dan mengajak rakyatnya untuk bekerja. Tidak benar juga kalau hanya pemimpin yang bekerja, sementara yang dipimpinnya bermalas-malasan. Ajak mereka untuk bekerja keras sesuai dengan kemampuan mereka. Hal-hal yang paling sulit yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan rakyat, nanti tugas pemimpin  tersebut untuk menyelesaikannya.

Dalam kisah Zulkarnain, tugas mengumpulkan besi-besi sampai membakarnya hingga menyala dilaksanakan oleh masyarakat yang dipimpinnya, tetapi tugas yang perlu keahlian tinggi dalam melaksanakannya – yaitu menuang tembaga mendidih dilakukan sendiri oleh Zulkarnain. (QS 18:96)

Ketujuh, pemimpin tidak boleh sombong. Sebesar apapun  karyanya, itu bukan karya dia sendiri – itu adalah Rakhmat Allah. Sebesar dan sekuat apapun bangunan yang dibangunnya, bila Allah kehendaki bangunan itu akan hancur luluh (QS 18:98).

Bangunan yang dibuat oleh Zulkarnain bersama rakyat yang dipimpinnya adalah tembok besi bercampur tembaga setinggi gunung dan selebar jarak dua gunung, dan jangan tanya kekuatan dan ketahanannya – tembok tersebut insyaAllah akan bertahan sampai menjelang hari kiamat tiba. Sekarang  karya apa yang dicapai pemimpin jaman ini – siapapun dia – yang sebanding karya jaman Zulkarnain tersebut? jadi tidak ada yang perlu dibanggakan sampai melupakan rakhmat Allah !

Maka bila Anda bisa mengumpulkan unsur-unsur kepemimpinan seperti Zulkarnain tersebut, insyaAllah karya-karya yang Agung akan dapat Anda hasilkan dengan rakhmatNya tentu saja.


Kajian kepemimpinan Zulkarnain ini adalah bagian dari kajian Ramadhan di lingkungan Kuttab Al-Fatih pusat – di Depok, dibawah pimpinan Ustadz Budi Ashari, Lc dan team. Lebih detil bila Anda ingin bergabung di dalamnya dapat mend-download pamphlet-nya terlampir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar