Madrasah Al-Filaha

Senin, 1 Juni 2015
Oleh Muhaimin Iqbal
 
http://geraidinar.com/images/2015/madrasah_alfilaha.jpgSetelah berusaha memperkenalkan cara bertani menurut Islam dalam konsep Kebun Al-Qur’an dalam beberapa tahun terakhir, konsep itu kini menjadi lebih lengkap dan terstruktur setelah kami menemukan Kitab Al-Filaha karya Ibnu Awwam dari masa kejayaan pertanian Islam di abad ke 6 H (12 M) di Andalusia. Maka konsep utuh dari Islamic Agriculture itu kini siap diajarkan kembali di jaman ini melalui program yang kami sebut Madrasah Al-Filaha, program ini tersedia untuk segala usia dan segala jenjang pendidikan.


Kita tahu dunia saat ini sedang mencari berbagai bentuk untuk bisa bertani secara berkelanjutan dengan berbagai sebutannya seperti permaculture, sustainable farming, organic farming, holistic farming, regenerative farming, biodynamic farming dlsb. Semua ini saat ini masih dalam pencarian-nya masing-masing, belum ada yang menjadi baku.

Dalam Islam pecarian itu menjadi jauh lebih mudah karena kita memiliki petunjuk berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits, dalam bidang apapun kita bisa merujuk pada dua petunjuk ini. Setelah itu ada karya para ulama di bidang-nya masing-masing; dalam sejarah Islam semua yang mengkaji dan mendalami Ilmu disebut ulama.

Ada semacam kaidah dari para ulama ini , yaitu apa yang disebut ‘…memulai dari yang diakhiri…’. Ulama yang datang kemudian, tinggal meneruskan karya-karya ulama sebelumnya di bidang masing-masing. Dengan konsep yang ‘tinggal meneruskan’ inilah maka karya para ulama menjadi bertambah sempurna dari waktu ke waktu.

Di bidang pertanian, puncak karya inovasi pertanian itu sudah terjadi di abad 6 H atau lebih dari 8 abad yang lalu. Setelah itu tidak banyak perkembangannya, meskipun terus diamalkan sampai abad 19 dan bahkan di awal abad 20. Maka kini ‘hutang’ kita pada ulama-ulama sebelumnya tersebut, untuk meneruskan karya-karya mereka tersebut dan mengamalkannya kembali.

Meskipun inovasi-inovasi pertanian berhenti di abad ke 6 H tersebut, tidak berarti kita akan bertani kembali ke cara yang yang kesannya kuno – justru inilah yang sedang dicari masyarakat modern dewasa ini untuk bisa bertani secara holistic farming, sustainable farming dlsb.

Kita tidak memberinya nama seperti mereka, karena perbedaannya sangat jelas dan inilah karakter petunjuk yang datang kepada kita  “…petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya tentang petunjuk itu dan pembeda…” (QS 2:285). Jadi sesungguhnya amat sangat jelas pembeda itu, maka di bidang pertanian-pun sesungguhnya amat sangat berbeda antara bagaimana mereka bertani dengan bagaimana seharusnya kita bertani.

Saya beri contoh misalnya, perbedaan niat dalam bertani saja sudah bisa mempengaruhi hasil. Bertani untuk mengeruk keuntungan sendiri dengan niat untuk tidak memberi hak fakir miskin – sudah bisa membuat kebun itu dihancurkan oleh Allah ( QS 68 :17-29), demikian pula bertani untuk membanggakan karya sendiri juga bisa berakibat fatal (QS 18 : 32-42). Sebaliknya bertani dengan niat mensedekahkan hasilnya, bisa menghadirkan hujan kita sendiri bahkan ketika orang lain sedang kekeringan (Hadits).

Begitu banyak ayat-ayatNya yang mengkaitkan langsung antara keimanan, ketakwaan, istigfar dan taubat kita terhadap hasil bumi kita. Begitu banyak pula petunjuk yang sangat detil di Al-Qur’an yang terkait dengan pertanian ini, seperti bagaimana menghidupkan bumi yang mati, apa urut-urutan tanaman yang harus ditanam, bagaimana menyusun kebun yang baik, tanaman apa yang harusnya ada di negeri yang baik, dimana sebaiknya kita menggembala, apa yang perlu dilakukan penggembala di pagi dan sore hari dlsb.

Empat hal yang mendasar yang harus diketahui seorang petani sebelum menanam adalah pengetahuan tentang tanah, air, udara (musim) dan hara (nutrisi tanah). Empat hal inipun ada bahasan detilnya di Al-Qur’an. Ada tujuh jenis tanah yang disebutkan di Al-Qur’an untuk penciptaan manusia, jenis-jenis tanah yang sama ternyata juga diperlukan untuk tananam bisa hidup dengan baik.

Ada lebih dari 40 ayat di Al-Qur’an yang membahas tentang air yang menjadi prasyarat rumbuhnya tanaman dan pepohonan, sekitar 4/5-nya terkait dengan air hujan dan sekitar 1/5-nya terkait dengan mata air. Maka negeri ini sebenarnya sungguh beruntung karena kita memiliki hujan yang banyak, yang merupakan sumber utama untuk hidupnya tanaman dan pepohonan.

Untuk udara atau musim ada sejumlah petunjuk detil kapan biji itu tumbuh, maka saat itulah waktu terbaik untuk menanam. Untuk unsur hara tanah ada petunjuk dari mana datangnya unsur-unsur ini ?  yaitu dari binatang ternak maupun dari tanaman-tanaman tertentu – khususnya biji-bijian.

Maka kurikulum lengkap modul basic - Madrasah Al-Filaha itu kurang lebih akan sebagai berikut :

·       Belajar tentang nilai-nilai Islam dalam pertanian yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadits : Niat, Iman, Taqwa, Tawakkal, Shalat, Taubat, Infaq, Tugas memakmurkan bumi, Tugas menjaga keseimbangan, karakter negeri yang baik, karakter negeri yang diberkahi.
·       Pengetahuan tentang 4 komponen utama pertanian : Tanah, Air, Udara dan Hara.
·       Manajemen Tanah, Air, Udara dan Hara.
·       Pengetahuan tentang tanaman-tanaman utama penghasil karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
·       Proses pembenihan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan sampai panen dari masing-masing jenis tanaman.
·       Pengetahuan tentang hama dan penyakit tanaman serta cara mengatasinya secara alami.
·       Penanganan pasca panen, produksi dan pasar.
·       Praktek lapangan dengan pendekatan 7 P (Perencanaan, Persiapan, Penanaman, Pemeliharaan, Perlindungan, Produksi, Pasar).

Target dari modul basic ini adalah menghasilkan petani-petani professional yang memiliki pola pikir dan pola tindak yang sesuai dengan petunjuk-petunjukNya. Bila dilakukan langsung di lokasi magang atau mondok, program basic ini insyaAllah bisa selesai dalam 3 bulan.

Programnya dilakukan paralel, yaitu praktek langsung di lapangan di sebagian pagi, siang dan sore hari. Selebihnya di waktu malam hari dan waktu-waktu luang lain dipakai untuk mendalami Al-Qur’an, Hadits dan kitab ulama yang terkait. Untuk yang terakhir ini kita gunakan Kitab Al-Filaha karya Ibnu Awwam baik dari bahasa aslinya Bahasa Arab ataupun terjemahannya yang insyaAllah siap pada waktunya.

Di atas modul basic tersebut ada tiga modul pendalaman yang sifatnya optional yaitu Modul Tanaman-Tanaman Khusus, Modul Peternakan dan Modul Pengolahan Hasil Pertanian. Sama dengan modul basic, masing-masing modul lanjutan ini juga bisa diselesaikan dengan mondok/magang tiga bulan. Bila dilakukan tanpa mondok/magang maka kurang lebih akan diperlukan waktu 2 sampai 4 kalinya tergantung seberapa instensif program akan dijalankan.

Setelah kurikulum siap, maka tantangannya kini adalah bagaimana mengajarkannya langsung ke sebanyak mungkin masyarakat yang berminat – sehingga umat ini bisa mengurusi kebutuhan pangannya sendiri dan bahkan bisa bersedekah ke umat lainnya.

Maka seperti penyebaran Kuttab Al-Fatih yang kini sudah ada di sepuluh kota dan insyaAllah terus bertambah, demikian pula dengan Madrasah Al-Filaha ini. Awalnya program ini insyaAllah akan tersedia di Jonggol Farm yang kini sudah siap untuk menjadi pusat pelatihan sekaligus praktek dari keseluruhan kurikulum Madrsah al-Filaha tersebut, kemudian program yang sama juga bisa ditempelkan ke institusi-institusi atau lembaga lain yang relevan dan berminat.

Meskipun namanya madrasah – ini tingkatan ilmunya sama dengan perguruan tinggi. Karena dalam konsep pendidikan Islam sesungguhnya hanya ada dua tingkatan yaitu Kuttab untuk anak 5-12 tahun, dan di atas itu hanya ada jenjang Madrasah yang bisa melahirkan segala macam ahli di bidangnya masing-masing – yaitu para ahli yang kini dilahirkan di perguruan tinggai dari S1, S2 sampai S3.

Jadi Madrasah Al-Filaha bisa ditempelkan ke perguruan tinggi pertanian misalnya, seperti bagaimana sekarang perguruan tinggi peranian-pun menghadirkan jurusan ekonomi syariah untuk belajar tentang ekonomi syariah. Mengapa tidak dengan pertaniannya sendiri juga dengan konsep Islam ?

Bisa pula ditempelkan ke pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah yang sudah ada sekarang. Yaitu dengan cara memberi opsi kepada para lulusannya sebelum terjun ke masyarakat, yaitu untuk masuk dahulu di Madrasah Al-Filaha ini sehingga ketika terjun ke masyarakat mereka bener-bener siap untuk memakmurkan bumi.

Kelas Perdana Madrasah Al-Filaha di Jonggol Farm adalah penyempurnaan dari program yang sudah jalan sebelumnya yaitu Agroforestry Apprenticeship Program, insyaallah dimulai di bulan Syawal dan yang berminat bisa mulai mendaftarkan diri dengan mengirimkan email yang disertai Curriculum Vitae-nya.

Inti program ini adalah gratis, karena baik fasilitas, materi dan lahan percobaannya disediakan oleh Yayasan Dana Wakaf Indonesia. Namun bila ada peserta ataupun pihak-pihak lain ingin berkontribusi dalam mempersiapkan generasi para pemakmur bumi ini – tentu juga dipersilahkan untuk berinfaq ataupun berwakaf ke Yayasan Dana Wakaf Indonesia ini langsung. Dengan demikian secara bersama-sama kita akan bisa terus mengajarkan dan menyempurnakan teknik-teknik memakmurkan bumi yang terbaik dengan mengikuti petunjuk-petunjukNya. 

Dengan konsep ini pula kita ingin menghidupkan kembali tradisi pendanaan program-program pendidikan dan latihan. Peserta didik digratiskan agar sebanyak mungkin orang bisa belajar, dan agar tidak ada kendala biaya bagi yang ingin belajar tetapi tidak mampu secara finansial. Sumber dana pendididikan dicari melalui jalur terpisah yaitu infaq dan wakaf, untuk memberi peluang yang sama bagi masyarakat luas - yang ingin terlibat dalam gerakan pendidikan dan memakmurkan bumi ini tetapi dirinya sendiri tidak bisa melakukannya karena faktor kesibukan pekerjaan, faktor tempat tinggal dlsb. Dengan demikian semuanya berkesempatan yang sama untuk beramal. InsyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar