Pertanian Dalam Al-Qur’an (Bagian II)

Jum'at, 5 Juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Selain tanah, komponen yang sangat vital dalam pertanian adalah tersedianya air. Karena tingkat kepentingannya yang sangat tinggi, maka prasyarat adanya air untuk tumbuhnya pohon ini disebutkan di sejumlah ayat dalam Al-Qur’an – saya menemukan tidak kurang dari 40 ayat ! Tetapi air saja tidak cukup, tanaman juga sangat membutuhkan nitrogen dan mineral. Dari mana nitrogen dan mineral ini ? dan apa yang diajarkan Al-Qur’an tentang sumber-sumber-nya ? Saya akan bahas ini dahulu sembelum kembali membahas air.


Indahnya mahakarya dari Sang Pencipta itu antara lain nampak pada detil dan konvergensi ciptaanNya – untuk menunjukkan bahwa semua itu hanya ada satu Sang Pencipta. Untuk menjelaskan ini saya ajak Anda untuk melihat perspektif yang lebih luas dari pertanian, yaitu kehidupan itu sendiri – yang saya sederhanakan dalam tiga pelaku utamanya yaitu manusia, hewan dan tanaman.

Manusia seperti kita mengalami pertumbuhan sejak lahir sampai usia tertentu, ketika kita tumbuh – milyaran sel-sel baru terbentuk setiap hari. Pada usia tertentu pertumbuhan ini berhenti, milyaran sel-sel rusak setiap hari. Meskipun kita tetap makan banyak tetapi yang rusak lebih banyak dari yang baru – itulah proses penuaan.

Dari mana asal sel-sel baru tersebut terbentuk ? dari makanan yang kita makan, baik dari hewan ternak maupun dari tanam-tanaman. Pada hewan ternak prosesnya mirip manusia, sel-sel baru terbentuk setiap hari yang berasal dari makanannya – yaitu tumbuh-tumbuhan.

Jadi kita tahu bahwa sumber produksi makanan yang sesungguhnya adalah tanaman, melalui pabriknya yaitu pada daun-daun tanaman – melalui proses yang disebut photosynthesis. Photosynthesis memerlukan air (H2O), carbon dioksida (CO2) dan butuh energi.

Tetapi bila hanya dengan tiga komponen Hidrogen (dari H2O), Carbon (dari CO2) dan Oxygen (dari air H2O maupun CO2), proses photosynthesis hanya akan menghasilkan dua dari setidaknya lima komponen makanan yang kita butuhkan – yaitu baru menghasilkan karbohidrat dan lemak.

Untuk menghasilkan tiga yang lain yaitu protein, vitamin dan mineral – tanaman membutuhkan nitrogen dan perbagai mineral. Nitrogen bisa diperoleh langsung oleh tanaman tertentu dari udara ( keluarga legume), tanaman yang lain harus mengambilnya dari nitrogen yang sudah ada di dalam tanah – demikian pula mineral diambil dari dalam tanah.

Masalahnya adalah ketika manusia bertambah banyak, makan ternak juga lebih banyak – manusia dan ternak membutuhkan makanan dari tanaman yang lebih banyak lagi. Nitrogen dan mineral terus tersedot oleh tanaman untuk memproduksi makanan yang dibutuhkan manusia dan ternak tersebut, lama-lama menipis dan akhirnya habis.

Ketika hara tanah ini menipis atau bahkan habis, tanaman tidak tumbuh sempurna atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Maka manusia modern berusaha menggantikan hara tersebut dengan pupuk-pupuk kimia hasil industri.

Karena ilmu manusia hanyalah dzon – dugaan, sementara kelihatan benar tetapi di belakang hari akan ketahuan kelemahannya. Demikianlah yang terjadi dengan pupuk kimia, setelah berpuluh tahun dianggap berjasa mendongkrak produksi pertanian – kini begitu banyak riset yang mulai menunjukkan sebaliknya.

Kandungan phosphor yang berlebihan dari penggunaan pupuk kimia menyebabkan tanah-tanah mengeras karena phosphor tidak larut dalam air. Demikian pula dengan kandungan nitrogen yang berlebihan dalam pupuk kimia – justru membuat tanah kehilangan kesuburannya dalam jangka panjang.

Barangkali inilah salah satu bentuk kerusakan nyata jaman ini di darat akibat ulah tangan-tangan manusia yang disebutkan di ayat : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30 :41)

Nah sekarang kita tentu ingin kembali ke jalan yang benar – termasuk dalam urusan bertani ini. Agar kita tidak merusak tanah dan kesuburannya, agar bumi ini terus bisa mencukupi kebutuhan makanan untuk kita dan anak cucu serta ternak-ternak kita – yang ujungnya juga untuk kita ! Apa yang harus kita lakukan ?

Karena kita disuruh kembali olehNya, pasti Dia juga memberikan solusi dan petunjukNya. Bentuk petunjuk specifik untuk Nitrogen dan mineral yang dibutuhkan tanaman itu ada setidaknya pada dua ayat berikut :

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya itu) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS 16:10)

Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)

Kita diberi petunjuk spesifik untuk menggembala, bahkan di ayat yang kedua menggunakan kalimat perintah – untuk menekankan pentingnya untuk dilaksanakan. Karena berupa perintah, kalau tidak kita laksanakan pasti ada akibatnya. Kita diperintah untuk makan, bila tidak makan – kita tidak akan survive. Demikian pula kita diperintahkan menggembala, bila tidak kita laksanakan maka bumi kita yang tidak survive dalam menunjang kebutuhan makanan kita. Dan bila bumi tidak survive dalam menunjang tumbuhnya tanaman-tanaman secara berkelanjutan, maka manusia juga tidak akan survive ! 

Maka melalui penggembalaan ternak inilah Allah antara lain hendak mengembalikan nitrogen dan berbagai mineral – yang telah disedot tanaman untuk memberi makan manusia dan ternak – agar tanaman tetap dapat tumbuh secara berkelanjutan.

Ketika digembalakan, ternak menebarkan kotoran padat dan cair. Kotoran padat domba misalnya mengandung N,P dan K masing-masing sekitar  0.9 % ; 0.5 % dan 0.8 %. Untuk kotoran cairnya malah mengandung K sekitar 2.1 %. Unsur K inilah yang sangat dibutuhkan tanaman di fase pertumbuhan generatifnya – yaitu menghasilkan buah yang kita makan.

Dari begitu pentingnya penggembalaan pada rantai keseimbangan makanan yang baik di alam inilah kita bisa lebih menghayati hadits sahih yang menyebutkan bahwa seluruh nabi (pernah) menggembala dalam hidupnya. Para nabi adalah orang-orang pilihan terbaik, orang-orang yang adil – maka perilakunya menunjukkan tingkat keadilannya termasuk terhadap alam dimana mereka tinggal.

Ini juga terkait pada yang diperintahkan kepada para Rasul untuk makan makanan yang baik, baru kemudian diperintahkan untuk ber-amal shaleh. “Hai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 23:51)

Dari ini semua kita bisa melihat saling keterkaitan antara ayat-ayatNya dan sunnah-sunnah nabiNya, mengapa kita harus makan yang baik (thoyyib) – karena kalau makanan kita tidak thoyyib pasti kita sulit beramal shaleh (prasyarat untuk beramal shaleh tidak terpenuhi).

Untuk bisa makan yang baik kita harus menanam tanaman yang baik, dan juga memelihara ternak yang baik. Menanam dan memelihara ternak khususnya menggembala adalah dua hal yang tidak terpisahkan – dan untuk keduanya ada petunjuk yang begitu detail di Al-Qur’an mapun sunnah nabiNya.

Masihkan kita ragu untuk kembali ? insyaAllah tidak ada keraguan, bersambung ke masalah Air. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar