Satu Lagi Sumber Kesuburan Alami : Air Laut

Selasa, 11 Agustus 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
  Dalam sejumlah ayat ketika Allah mengabarkan proses tumbuh-nya tanam-tanaman, mayoritasnya dimulai dari turunnya hujan. Demikian pula ketika Dia bercerita tentang air, mayoritasnya adalah air hujan. Tetapi juga ada ayat dimana Allah langsung bercerita tentang tumbuhnya tanaman tanpa dimulai dari ayat tentang hujan – seperti di surat Yaasiin ayat 33 misalnya. Karena memang ada daerah tertentu yang meskipun sangat jarang hujan – buminya tetap subur, seperti bumi di delta sungai Nil. Lantas kalau kita lagi tidak ada hujan, tidak pula berada di delta sungai – dari mana kita bisa memperoleh kesuburan ? Salah satunya dari laut !



Air hujan adalah air yang paling baik kwalitasnya dan paling banyak kwantitasnya untuk digunakan sebagai sumber kehidupan bagi tanaman, hewan dan bahkan manusia – maka tidak heran bila air hujan ini yang paling banyak disebut Allah di Al-Qur’an. Pertanyaannya adalah dari mana air hujan memperoleh unsur-unsur mineral untuk kesuburan tersebut ?

Kita tahu air hujan timbul utamanya dari air laut yang menguap kemudian menggumpal menjadi awan sebelum akhirnya turun hujan. Jadi dari mana sumber kesuburan sebelum menjadi air hujan ? jawabannya adalah dari air laut tadi. Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin Muson barat membawa uap laut dari Laut China Selatan, Samudra Pacific dan Samudra Hindia.

Sebaliknya musim kering terjadi ketika angin  Muson timur yang membawa udara kering dari gurun di Australia melewati laut-laut sempit di sekitar Timor – sehingga tidak banyak uap air yang bisa dibawanya.

Jadi hujan yang penuh berkah itu adalah ketika angin membawa gumpalan awan yang mayoritasnya adalah hasil penguapan air laut yang kaya akan mineral. Hal ini di-confirm oleh sebuah penelitian di Universitas   Carleton – bahwa kandungan mineral air hujan bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya terhadap lautan.

Tetapi dari mana mineral-mineral air laut berasal ? Dahulunya selama jutaan tahun mineral itu menyebar di permukaan bumi. Di lapisan-lapisan permukaan tanah yang subur – hampir di seluruh dunia.

Kemudian bersamaan dengan berlalunya waktu, mineral-mineral itu terkikis sedikit demi sedikit oleh air hujan, kemudian mengalir sampai hulu sungai dan akhirnya ke laut. Proses ini kemudian dijaman modern ini terakselerasi ketika manusia semakin banyak menebang pohon dan membangun bangunan beton di permukaan bumi, air lebih mudah lagi lari ke laut dan membawa serta sumber-sumber kesuburan ke laut.

Beruntung masyarakat yang berada di hulu sungai, seperti masyarakat di Delta Sungai Nil tersebut di atas. Kesuburan lahan mulai dari Tanzania, Burundi, Uganda sampai Sudan terbawa air sungai dan paling banyak dinikmati oleh masyarakat di sepanjang sungai Nil di Mesir – sebelum akhirnya air sungai ini sampai ke laut.

Mayoritas kita tidak menikmati kesuburan dari akumulasi mineral seperti yang terbawa oleh air Sungai Nil tersebut, tetapi dari proses ini kita bisa ambil pelajaran yang sangat berharganya – yaitu mengambilnya dari akumulai mineral yang sudah mengumpul di laut.

Wilayah di Indonesia dikelilingi oleh sejumlah laut yang sangat kaya akan mineral tersebut. Seluruh unsur kimia yang kita pelajari di SMA IPA dahulu, yang disebut di dalam table periodik – semua unsur-unsurnya ada di laut - totalnya ada 90 unsur lebih.

Bayangkan sekarang air laut yang sangat kaya akan mineral ini bila dipakai untuk memupuk tanaman-tanaman kita, maka tanaman-tanaman kita akan subur dan buah atau daunnya ketika dikonsumsi oleh manusia juga akan menjadi makanan-makanan yang sehat.

Sekilas ini seperti teori yang ngawur, karena kita tahu tidak banyak tanaman yang bisa tumbuh di daerah yang airnya asin. Ini betul, bahkan  asinnya air garam bisa dijadikan pembasmi hama untuk membunuh tanaman-tanaman gulma yang tidak dikehendaki.

Tetapi bila kadarnya pas, air garam ini bisa menjadi pupuk yang efektif. Adalah seorang dokter THT Dr. Maynard Murray, M.D yang banyak melakukan riset penggunaan air laut untuk pupuk ini sejak tahun 1930-an. Karyanya ini dibukukan dengan judul Sea Energy Agriculture dan diterbitkan tahun 1976.

Buku tersebut cetakannya habis di pasar dan tidak dijual lagi selama  25 tahun lebih sampai diterbitkan lagi tahun 2003. Buku ini sekarang banyak diincar para penggerak tanaman organik di seluruh dunia , dan salah satunya Alhamdulillah sudah ada di saya atas rekomendasi salah satu pembaca rutin situs ini.

Pupuk dari air laut ini bisa mengisi missing link kebutuhan pupuk yang efektif bagi para penggerak tanaman organik. Cara penggunaannya-pun sederhana, tinggal Anda cari garam yang masih asli dari laut – yang sama sekali belum dikutak-katik dengan pemurnian, pemutihan dlsb. Warna aslinya agak mangkak dan terkesan agak kotor, tidak mengapa – inilah garam yang asli hasil penguapan air laut.

Garam seperti ini mudah diperoleh di daerah-daerah petani garam yang mengeringkan air laut langsung seperti di Madura dan beberapa daerah di sepanjang pantai Jawa Barat.  Garam yang masih asli inilah susunan mineralnya paling lengkap, bukan garam dapur yang warnya putih menarik tetapi isinya tinggal NaCl.

Lantas berapa banyak dosis penggunaannya ?, yang disarankan Dr. Murray tersebut adalah untuk mencoba diantara 1,000 – 8,000 ppm (part per million) atau gampangnya mulai dari 1 sendok garam asli dicampur satu gallon (3.8 liter) air. Dicoba disiramkan tanaman antara sekali sepekan atau sekali dalam dua pekan.

Masing-masing tanaman akan bereaksi secara berbeda, karena selain karakter tanamannya sendiri - kandungan mineral yang sudah ada di air yang Anda gunakan juga ikut mempengaruhi. Tetapi kalau tanaman Anda mati gara-gara disiram dengan air garam ini, kurangi dosisnya dan dicoba lagi. Bila tidak berefek, coba dinaikkan sedikit demi sedikit. Sampai ketemu dosis yang pas, kemudian ketika Anda berhasil – tolong kami dikasih tahu – agar bertani dengan cara yang murah dan sederhana ini bisa disebar luaskan lebih lanjut.

Menurut penuturan Dr. Murray tersebut, bukan hanya tanamannya menjadi tumbuh lebih baik dan lebih sehat, ternak maupun manusia yang diberi makan tanaman yang dipupuk dengan air laut ini-pun menjadi lebih kuat dan lebih sehat. Manfaat ini dijelaskan oleh beliau secara panjang lebar, lengkap dengan bukti hasil penelitiannya dan dibukukan dalam buku-nya tersebut di atas.

Selain dari pada itu, pemupukan dengan garam asli air laut juga akan sedikit-demi sedikit mengembalikan kelengkapan mineral yang seharusnya memang menyebar di permukaan bumi seperti aslinya bumi di awal penciptaannya dahulu. InsyaAllah bumi akan semakin subur secara gradual, seiring dengan pertumbuhan penghuninya.

Bila air laut begitu canggihnya untuk pupuk, mengapa sangat sedikit masyarakat yang tahu masalah ini ? Ada dua kemungkinan untuk ini. Kemungkinan pertama karena tidak adanya sosialisasi ilmu-ilmu semacam ini ke masyarakat, maka saya mengambil inisiatif untuk menulisnya agar lebih banyak yang tahu.

Kemungkinan kedua adanya interest pihak-pihak tertentu yang akan terganggu bisnis atau kepentingannya bila masyarakat bisa memperoleh pupuknya nyaris gratis, kemudian para pemilik kepentingan ini secara global bisa saja melakukan counter campaign terhadap hasil-hasil temuan yang bisa mengancam kepentingannya ini.


Maka tidak ada jalan yang lebih baik untuk membuktikannya selain mencobanya langsung, bila Anda berhasil sebar luaskan – agar banyak yang memperoleh manfaat. InsyaAllah kami juga akan mencobanya dan mengabarkan lagi pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar