Satu Solusi Untuk Semua

Jum'at, 12 Juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Ketika ada sahabat yang bertanya kepada Siti Aisyah RA tentang Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia menjawab : “Akhlak Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam adalah Al-Qur’an”. Dengan Al-Qur’an uswatun hasanah kita itu mengelola keluarga, mengelola negara dengan segala aspeknya dan bahkan juga mengelola  segala urusan umat akhir jaman. Al-Qur’annya masih sama, mengapa seolah aneh bila kita ingin mengelola segala urusan kita dengan petunjuk yang ada di Al-Qur’an ? InsyaAllah hanya perlu pembiasaan saja.


Saya ambilkan contoh yang sebenarnya sangat sempit diantara sangat luasannya urusan kehidupan – yaitu urusan pertanian khususnya dan lingkungan pada umumnya. Jauh sebelum dunia ribut-ribut soal kerusakan lingkungan global, soal perlunya menjaga kelestarian lingkungan, soal sustainable development dan sejenisnya – Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membuat apa yang disebut Himaa.

Himaa adalah suatu kawasan yang dijaga kelestariannya, sebelumnya sudah ada – namun konsep yang diperkenalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah berbeda. Dimana perbedaannya ? Himaa dalam Islam hanya untuk Allah dan RasulNya, maksudnya adalah untuk kepentingan masyarakat secara luas lintas jaman. Himaa sebelumnya hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Himaa adalah satu dari sekian banyak contoh, bahwa uswatun hasanah kita mengurusi berbagai aspek kehidupan umatnya secara detil dan berbeda dengan yang dilakukan oleh umat lain.  Dari mana beliau menempuh cara yang berbeda ini ? dari Al-Qur’an – karena sesuai dengan hadits tersebut di atas bahwa akhlak beliau adalah A-Qur’an.

Bagaimana sekarang kalau prinsip yang sama tersebut kita gunakan juga untuk memajukan pertanian negeri ini sekaligus menjawab kebutuhan jaman di bidang tiga kebutuhan pokok yaitu Pangan , Energi dan Air – Food, Energy and Water (FEW) ?

Sekarang konon industri pertanian sebenarnya sudah sangat maju, tetapi ironinya begitu banyak orang tidak bisa makan. Akhir bulan lalu FAO me-release suatu laporan bahwa di Indonesia masih 19.4 juta orang kelaparan ! Bisakah kita tidur nyenyak sementara di negeri kita masih begitu banyak yang kelaparan ?

Maka inilah saatnya untuk kembali mencontoh uswatun hasanah kita, yaitu mengelola urusan pangan, energi dan air ini dengan Al-Qur’an yang sama. Apakah Al-Qur’an juga mengajari kita bertani ini secara sangat detil ? tergantung keseriusan kita dalam mentadaburinya. Bila kita sungguh-sungguh mencarinya di dalam Al-Qur’an, akan selalu ada jawaban di dalamnya.

“…Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS 16:89)

Ketika kami coba mendalami Al-Qur’an untuk menjawab masalah-masalah pertanian kita tersebut, ternyata jawaban Al-Qur’an itu sungguh-sungguh detil dan lengkap. Bahkan untuk setiap tahap dalam siklus bertani secara modern – selalu ada petunjukNya yang tepat untuk ini.


Petunjuk-petunjuk pada setiap tahapan untuk siklus pertanian modern yang disebut 7 P (Perencanaan, Persiapan, Penananam, Pemeliharaan, Perlindungan, Produksi dan Pasar ) dapat saya summary-kan dalam gambar di atas.

Ketika kita masih dalam perencanaan (P1 ) hendak menanam di mana, tanah seperti apa , kapan dlsb. PetunjukNya ada di sejumlah surat mulai dari surat Al-Baqarah  sampai surat An-Naba’. Inti petunjuknya menyangkut dataran tinggi, akses sinar matahari , akses air dan kwalitas tanah.

Untuk pengolahan lahan (P2) ada di  surat Al-A’Raaf, surat Hud, Ar-Ruum sampai surat Ar-Rahman. Inti petunjuknya adalah terkait dengan penjagaan keseimbangan.

Untuk penanaman (P3) petunjuknya ada di surat  Al-Baqarah, Al- An’aam, Ar-Ra’d, ‘Abasa dlsb. Intinya pada kwalitas benih/benih yang tidak di rusak, kwalitas pekerjaan dan kombinasi antara sejumlah jenis tanaman.

Untuk pemeliharaan tanaman  (P4) ada di surat Al-Baqarah, Yusuf, An-nahl, Al-Kahfi, Saba’ dan  Thahaa. Intinya pada kecintaan/keseriusan dalam melakukannya, menjaga kwalitas lahan dan tanamannya sendiri.

Untuk perlindungan hama dan penyakit tanaman (P5) ada pada surat Ali Imran, Al-Hijr, Al-Mukminun, Saba’ , Ar-Rahmaan dlsb. Intinya pada penjagaan  kwalitas lahan dan tanaman, dan penjagaan ecosystem lingkungan.

Untuk produksi (P6) ada di surat Al-Baqarah, surat Al- An’aam, surat Al-A’raaf dlsb. Intinya adalah menjaga keberkahan dan menjaga hak orang lain.

Untuk pasar (P7) ada pada surat Al-An’aam, Al-A’raaf, Huud dlsb. Intinya ada pada keadilan, keujuran pada timbangan dan takaran serta tidak merugikan orang lain.

Dari penerapan Al-Qur’an untuk tahapan-tahapan di pertanian tersebut, sesungguhnya tersirat pelajaran lain – yaitu akan selalu ada perunjuk yang pas dengan kebutuhan kita, kapan saja kita perlukan. Bila Akhlak uswatun hasanah kita adalah Al-Qur’an, setiap ucapan dan tindakan beliau berdasarkan wahyu yang diwahyukan (QS 53:4) – dan wahyu yang sama dalam bentuk Al-Qur'an  itu kini ada di sekitar kita, bukankah waktunya kita untuk juga menggunakan wahyu tersebut agar bisa menjawab seluruh tantangan jaman ini ? InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar