Komitmen GDM



Rabu, 25 Maret 2015
Oleh: Umi Rohimah
Dinar dan Dirham, betapa seringnya kedua kata itu saya dengar dulu di masa kanak-kanak saat guru ngaji menceritakan suatu riwayat dari masa lampau. Seiring bertambahnya usia hingga umur 40 tahunan, pemahaman tentang Dinar dan Dirham masih sama bahwa keduanya adalah mata uang zaman dulu. Hingga suatu hari pada awal 2011 saya melihat salah seorang anak buah suami sedang mengecek akun m-dinarnya. Ternyata dia sudah mengenal Dinar sejak 2008 saat harganya masih sejuta sekian. Dia mencari di internet untuk mahar yang unik dan dia menemukan Dinar.

Big Data, Big Threats and Big Opportunities

Selasa, 24 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila selama ini di pagi hari Anda dibangunkan oleh alarm HP Anda, itu biasa karena Anda telah set alarm tersebut untuk bunyi pada jam tertentu. Bila di siang hari reminder telephone Anda berbunyi lagi, itu juga biasa karena reminder-nya Anda set untuk mengingatkan Anda pada event tertentu. Tidak lama lagi Anda akan bisa dibangunkan oleh HP Anda tanpa Anda perlu men-set alarm-nya, dan diingatkan oleh handphone Anda juga tanpa Anda perlu set sebelumnya reminder HP Anda tersebut – dan lebih jauh dari itu. 

Meningkatkan Kecerdasan Rata-Rata

Senin, 23 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sebuah studi terhadap IQ rata-rata dari 113 negara yang dilakukan oleh Richard Lynn dan Tatu Vanhanen beberapa tahun lalu menempatkan rata-rata IQ kita pada urutan ke 20, sementara itu Singapore, Korea Selatan dan Jepang masing-masing di urutan 1,2 dan 3. Pada urutan ke 20 ini IQ kita berada pada angka 88, yaitu masih berada pada range rata-rata normal antara 85 – 115. Bisakah angka IQ rata-rata ini ditingkatkan secara massal ? InsyaAllah bisa ! 

Penguin Di Tanah Tropis

Jum'at, 20 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sekeluarga burung penguin terbawa arus sampai ke tanah tropis, dijumpainya bumi yang panas namun indah berwarna-warni. Di negerinya mereka hanya melihat dua warna yaitu hitam dan putih, hitam adalah warna punggung teman-temannya sedangkan putih adalah warna alamnya (es) sejauh mata memandang.  Melihat keindahan warna bangsa burung tropis, anak penguin bertanya kepada bapaknya : “ Ayah bisakah aku tumbuh seperti mereka, bersayap lebar warna-warni dan bisa terbang di antara pohon-pohon yang tinggi ?

Ayah penguin ragu sejenak, kemudian menjawab dengan bijak ke anaknya : “Tidak anakku, tetapi itu bukan masalah. Kemerdekaan kita bukan pada kemampuan kita terbang tinggi, dan keindahan kita juga bukan karena gemerlapnya tatawarna. Kemerdekaan kita ada pada keterbukaan pikiran kita untuk menerima pemikiran(ide) saudara-saudara kita, keindahan kita ada pada hati kita yang menerima dan mensyukuri pemberianNya”.


Dialog di atas hanyalah imajinasi saya, membayangkan apa jadinya ketika burung-burung penguin datang ke negeri ini dan menyaksikan keragaman alam kita. Belajar dari bangsa burung ini termasuk yang dicontohkan di dalam Al-Qur’an.

Bangsa burung adalah binatang yang sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, saya menemukan setidaknya ada 20 ayat yang menyebutkannya dalam berbagai konteks. Bahkan ada dua ayat yang sangat spesifik menggambarkan burung-burung itu seperti kita.

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS 6:38)

Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS 24:41)

Lalu dialog tersebut berlanjut, penguin kecil masih belum paham tentang keindahan yang ada dalam baju hitam putihnya. Dia bertanya lagi ke bapaknya : “Tetapi ayah, dimana keindahan kita ketika warna kita hanya hitam dan putih, dimana kebanggaan kita ketika kita tidak bisa terbang tinggi ?

Seolah ayahnya memahami ayat-ayatNya yang ditujukan untuk bangsa manusia tersebut di atas : “Begini anakku, lihatlah ke bangsa manusia – makhluk yang diciptakanNya paling sempurna diantara makhluk-makhlukNya. Merekapun disuruh belajar kepada bangsa kita bangsa burung. Bahkan golongan masyarakat mereka yang terpandang, para pemimpin-pemimpin mereka suka sekali berusaha meniru gaya hidup kita”.

Masyarakat Penguin
Anak penguin semakin penasaran, : “ Meniru kita ayah ?”. Dengan mantap sang ayah menjawab : “Benar, mereka berusaha meniru kita tetapi tidak banyak yang berhasil”. “Lihatlah para pemimpin dan golongan yang makmur diantara mereka, mereka suka sekali memakai baju kita – baju hitam putih (maksudnya jas !). Tetapi mereka tidak bisa disiplin seperti kita-kita. Dengan baju hitam putihnya, di rapat-rapat mereka berantem bahkan sampai menggulingkan meja – hanya baju kita  saja yang mereka bisa tiru tetapi tidak perilaku kita.”

Sang ayah penguin belum puas meng-edukasi anaknya tentang bangsa manusia ini : “Sementara kita bahagia, hidup rukun dengan rakyat kita yang semua berbaju hitam putih  - baju hitam putih mereka hanya untuk segolong yang elit di masyarakat mereka. Baju-baju hitam putih mereka dibeli dengan uang rakyat yang tidak mampu membeli baju hitam-putih, dan ironinya lagi – baju-baju hitam putih tersebut seolah mejadikan mereka berwenang untuk bicara atas nama rakyat mereka, demi rakyat mereka – padahal realitanya adalah atas nama kepentingan mereka sendiri, demi mengamankan diri atau kelompoknya sendiri-sendiri”.  Ayah penguin masih melanjutkan : " Generasi pertama mereka anak Adam berhasil meniru perilaku bangsa kita - bangsa burung dalam menguburkan saudaranya. Tetapi generasi kini mereka gagal meniru kita dalam bermasyarakat, dalam bersidang dlsb."

Si penguin kecil manggut-manggut memahami nasihat ayahnya, dia tidak lagi ingin menjadi burung aneka warna yang bisa terbang tinggi. Si penguin kecil sadar bahwa  makhluk yang paling sempurna-pun tetap diminta untuk belajar dari bangsa burung, bahkan golongan elit dari makhluk yang paling sempurna ini berusaha meniru busana para penguin tetapi kebanyakan mereka gagal dalam meniru perilakunya dalam bermasyarakat .

Mungkin karena rasa malu yang hanya bisa merubah baju tetapi tidak bisa merubah perilaku inilah bangsa manusia sekarang mulai juga menanggalkan baju para penguin, kembali kepada bajunya yang asli berwarna-warni – batik maksudnya !

Business Model Tahu

Rabu, 18 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbaltahu,
 
Dalam suatu ceramah saya mengutip perintah kepada para Rasul untuk makan makanan yang thoyyibaat (baik/murni) mendahului perintah untuk beramal shaleh (QS 23:51) , juragan tahu yang hadir pada majlis tersebut-pun angkat bicara. Menurutnya amat sangat sulit standard makanan thoyyibaat ini dicapai saat ini, mulai dari kedelainya yang hampir pasti kedelai impor yang GMO sampai prosesnya yang nyaris tidak mungkin tidak memakai pengawet dlsb. Padahal justru disinilah peluang itu hadir untuk yang bisa mengatasinya ! 

Bersaing Dengan Over Supply

Senin, 16 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Teori ekonomi yang melandaskan pada sumber daya yang terbatas, nampaknya memang perlu mulai dikaji ulang. Pertama karena janji Allah akan kecukupan rezeki bagi seluruh makhlukNya, kedua karena hal ini juga terbukti secara empiris dalam perdagangan global saat ini. Sumber-sumber ekonomi berupa modal, tenaga kerja dan kapasitas produksi itu nampak sungguh berlebihan sehingga kita sebenarnya bukan berebut untuk menguasainya, tetapi berebut untuk bisa menggunakannya.

GDP, Food Miles Dan 7 Tanah

Kamis, 12 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Mengimpor  bahan makanan dari tempat yang sangat jauh seperti perjalanan gandum dan kedelai yang kita makan adalah buruk bagi ekonomi karena menguras devisa dan menurunkan GDP. Buruk bagi lingkungan karena semakin jauh makanan perlu diangkut dari tempat produksi sampai tempat konsumsi - semakin banyak pula dihabiskan bahan bakar yang merusak lingkungan, jejak perjalanan bahan makanan inilah yang disebut food miles. Yang belum banyak kita ketahui adalah sangat bisa jadi makanan yang didatangkan dari tempat yang jauh itu juga buruk bagi kesehatan.
  

Buah Dan Sayur Yang Tidak Lagi Ber-aroma

Selasa, 10 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sewaktu saya kecil sampai remaja, ketika bepergian naik bus sepanjang terminal bisa mencium bau harumnya jeruk keprok. Dalam jarak beberapa meter harum segarnya tomat juga tercium, bahkan krai – sejenis mentimun-pun aromanya bisa sangat menggoda. Dimana sekarang aroma buah-buahan dan sayur ini ? kapan terakhir kali Anda mencium aroma jeruk, tomat dan mentimun ? kemana hilangnya aroma ini ? siapa yang menghilangkannya ? Bisakah kita mengembalikan aroma buah dan sayur ini untuk anak cucu kita ?

Integrasi Wakaf Dalam Ecosystem Ekonomi

Jum'at, 6 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Bahwasanya perbuatan baik atau amal shaleh itu nampak semakin langka di masyarakat dapat kita saksikan buktinya hari-hari ini di televisi. Berita-berita yang ada seputar begal saja seolah terintegrasi dari yang skala kecil yang dilakukan preman kampung, sampai skala ibukota negeri dalam permainan APBD – entah siapa yang memainkannya. Amal shaleh menjadi langka karena makanan masyarakat yang tidak thoyyib dari sisi zat maupun cara perolehannya. Dari mana kita bisa memperbaikinya ? salah satunya adalah melalui apa yang saya sebut wakaf kreatif !

Memperbaiki Semampu Yang Kita Bisa

Kamis, 5 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal


Tinggi batang tebu bisa tinggal sedengkul dalam seabad mendatang, tetapi bisa pula sebaliknya biji kedelai  menjadi sebesar bawang – keduanya dimungkinkan. Yang  jarang kita sadari adalah bahwa kita sebenarnya ikut berperan dalam mengarahkannya, apakah bumi akan semakin rusak atau kita ikut memperbaikinya. Bila kita diam saja, maka yang merusak akan menang dan itulah yang sedang terjadi – tinggi batang tebu akan tinggal sedengkul – dan bukti visualnya kini dapat kita saksikan bersama.

Inovasi Nilai

Selasa, 3 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila kita mendengar kata inovasi, yang langsung terbayang adalah sesuatu yang canggih, sophisticated njlimet dlsb. Padahal inovasi bisa menyangkut hal-hal yang sederhana, yang kita anggap sepele di sekitar kita – tetapi dari hal yang sederhana dan sepele ini dihasilkan nilai yang baru. Inilah yang disebut inovasi nilai, dan kita membutuhkannya di perbagai bidang kehidupan kita. Bidang inovasi nilai ini bisa menjadi peluang terbesar bagi orang awam seperti kita-kita yang bukan scientist dan bukan professional innovator.

Memperbaiki Semampu Yang Kita Bisa

Kamis, 5 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Tinggi batang tebu bisa tinggal sedengkul dalam seabad mendatang, tetapi bisa pula sebaliknya biji kedelai  menjadi sebesar bawang – keduanya dimungkinkan. Yang  jarang kita sadari adalah bahwa kita sebenarnya ikut berperan dalam mengarahkannya, apakah bumi akan semakin rusak atau kita ikut memperbaikinya. Bila kita diam saja, maka yang merusak akan menang dan itulah yang sedang terjadi – tinggi batang tebu akan tinggal sedengkul – dan bukti visualnya kini dapat kita saksikan bersama.

Membangkitkan Kembali Sumber Daya Wakaf

Sabtu, 28 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila zakat pada umumnya hanya sekitar 2.5 % sampai 10 % dari objek zakat, wakaf bisa sebagian besar dari harta-harta terbaik wakif – orang yang mewakafkan hartanya. Artinya bila kesadaran umat untuk berwakaf sama dengan kesadaran untuk berzakat, akan ada sumber daya yang luar biasa dari umat ini yang bisa digunakan untuk mengatasi perbagai persoalan yang ada. Contoh-contoh yang sudah terjadi sepanjang sejarah kejayaan Islam sangat banyak, tinggal kita copy-paste dan menyesuaikannya dengan kebutuhan jaman ini.

Antara Kewajiban, Kebutuhan dan Kenikmatan

Kamis, 26 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Aktivitas kita sehari-hari setidaknya dapat kita golongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu yang berupa kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan. Ini berlaku hampir di semua aspek kehidupan, dalam hal pakaian, makanan, maupun aspek-aspek lainnya. Dalam hal berpakaian misalnya, menutup aurat adalah kewajiban. Memakai baju hangat di musim dingin adalah kebutuhan, dan memakai baju bagus ketika hadir dalam acara tertentu adalah kenikmatan. Bagaimana aplikasinya di bidang lainnya ?


Lelaki Dan Benang Kusut

Selasa, 24 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Beberapa dasawarsa lalu kalau kita mendengar berita tentang perkelaian biasanya terkait dengan pelajar SLTA, kini perkelaian itu meluas hingga anak –anak SD yang mem-bully temannya, perkelahian antar anak-anak SLTP maupun antar mahasiswa. Bahkan ‘perkelaian’ tingkat tinggi disajikan bak tontonan sehari-hari di televisi, ‘perkelaian’ semacam ini ada di gedung DPR dan di antar institusi negara yang seharusnya saling kerjasama mengurusi dan menjaga rakyat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan bangsa ini ? dari mana meluruskan kembali benang kusut ini ? 

Agar Visi Bukan Sekedar Mimpi

Jum'at, 20 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Untuk kesekian kalinya pekan lalu dalam acara Food Security Summit – 3 kita mendengar visi pemerintah, bahwa negeri ini akan bisa swasembada pangan dalam waktu tiga tahun. Visi seharusnya jelas, bisa dijabarkan detil ke dalam misi, strategy dan sampai action plan. Tanpa didetilkan, visi akan lebih mendekati mimpi – dan inilah yang terjadi selama ini. Swasembada pangan dijadikan visi dari satu kampanye ke kampanye, satu pemerintahan ke pemeritahan – tetapi hingga 70 tahun merdeka kita belum juga swasembada pangan.


Food 2.0 : Daging Analog

Selasa, 17 Februari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Ketika dunia sedang berpacu menghasilkan pangan berteknologi tinggi untuk mengatasi kemahalan harga pangan khususnya daging, televisi di Indonesia pekan lalu menghebohkan masyarakat dengan kasus pemalsuan daging bakso dengan daging celeng. Masalahnya sama yaitu mahalnya harga daging, reaksi mengatasinya yang berbeda – yang satu mengatasinya dengan ilmu pengetahuan, yang satu mengatasinya dengan nafsu keserakahan. Di atas ilmu pengetahuan itupun dibutuhkan iman, agar solusi-solusi masalah kehidupan tidak berdampak malah membahayakan kehidupan itu sendiri. 

Pak Timin dan GDP Nasional

Kamis, 12 Fenruari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Konon di tengah ekonomi Amerika yang melemah beberapa tahun lalu, satu produk dari Apple saja bisa berkontribusi mendongkrak GDP (Gross Domestic Product) negeri itu hingga 0.5 %. Ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh pihak yang terkait di negeri ini, bahwa GDP kita yang oleh World Bank diperkirakan tahun ini hanya tumbuh 5.2 % - sebenarnya bisa didongkrak hingga mencapai 5.7 % bila ada satu saja produk negeri ini yang istilah anak mudanya bener-bener ‘killing !’ – produk yang massif, yang dibeli/dikonsumsi begitu banyak orang.  Saya melihat peluang itu ada di kedelai ! 

Nasrettin Hoca

Rabu, 11 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal 

Dalam suatu kunjungan ke Panorama – Musium Al-Fatih – Turki , saya menyempatkan mampir di toko buku yang ada di dalam bangunan museum tersebut. Sayangnya semua buku berbahasa Turki kecuali satu yang berbahasa Inggris, yaitu buku berjudul Nasrettin Hoca (dibaca Ho-dja yang artinya guru) - Hoca ini adalah tokoh humor dan satire di Turki sejak abad ke 13. Cerita-cerita tentang Hoca yang penuh anecdote – rupanya merupakan imaginasi kolektif bangsa Turki untuk mengatasi masalah hidup yang berat dan kompleks dengan cara mentertawakannya.