Belajar Dari Muhammad Yunus …

Muh Yunus
Banyak orang mengenal Dr. Muhammad Yunus sebagai pemenang hadiah nobel tahun 2006 dan pendiri konglomerasi bisnis  the Grameen Family of Companies yang meliputi tidak kurang dari 25 bidang usaha. Dia pernah diundang ke Indonesia dan ketemu pemimpin-pemimpin negeri ini, tetapi sejauh ini saya belum melihat negeri ini belajar dari pemenang hadiah nobel yang satu ini.


Saya ceritakan perjalanan karir Dr. Muhammad Yunus disini dengan harapan kita dapat belajar dari beliau dan tidak malu-malu untuk meniru hal-hal yang luar biasa yang telah dilakukannya, khususnya dalam memberi akses kapital terhadap kaum miskin.

Ketika lulus dari perguruan tinggi di Amerika dengan gelar doctor ekonomi, Dr. Muhammad Yunus memilih pulang ke kampung halamannya Bangladesh untuk mengajar dan menjadi professor di salah satu perguruan tingggi di sana.

Sementara dia menikmati posisi yang nyaman dengan pekerjaannya, pikirannya terteror oleh kenyataan bahwa tidak jauh dari tempat dia mengajar – ratusan ribu orang menderita kelaparan di negerinya.

Dari investigasi yang dia kemudian lakukan, dia mendapati bahwa sebenarnya orang-orang yang dihimpit oleh kemiskinan dan kelaparan tersebut bukan karena mereka malas bekerja. Mereka adalah pekerja-pekerja yang sangat keras, hanya saja penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dari 42 orang yang di interview dia dalam suatu kampung, dia dapati bahwa masalah utama dari kemiskinan yang akut ini ternyata bukan masalah kemauan untuk bekerja keras ataupun ketidak adanya ketrampilan, penyebab utamanya ternyata adalah kapital. Orang-orang yang di interview tersebut rata-rata punya ketrampilan yang memadai untuk membuat kerajinan tangan dan sejenisnya, tetapi mereka tercekik oleh rentenir yang bunganya bisa mencapai 1000 %.

Begitu tingginya bunga tersebut , sehingga masyarakat yang tersandera oleh rentenir ini tidak akan pernah mentas dari kemiskinan. Sebaliknya dari waktu-kewaktu hidupnya akan semakin berat.

Dr. Yunus kemudian bereksperiman berikutnya dengan mengidentifikasi berapa sebenarnya kapital yang dibutuhkan oleh 42 orang tersebut untuk keluar dari lingkaran setan rentenir; Dia dapati total hanya butuh pinjaman US$ 27 (1974) untuk membiayai pekerjaannya !.

Ironinya ketika Dr. Yunus berusaha merekomendasikan 42 orang tersebut untuk mendapatkan pinjaman dari bank, Dr. Yunus ditertawakan oleh eksekutif bank yang ditemuinya. Intinya bank tidak bisa memberikan pinjaman karena orang-orang tersebut tidak memiliki jaminan. Tentu saja mereka tidak memiliki jaminan karena untuk makan sehari-hari saja mereka tidak cukup.

Dr. Yunus menceritakan pengalaman hari itu dengan kata-katanya sendiri sebagai berikut :


“Biasanya saya bisa tidur nyenyak begitu kepala saya menyentuh bantal, tetapi malam itu saya tergeletak di tempat tidur dengan rasa yang sangat malu. Saya bagian dari masyarakat yang tidak bisa memberi pinjaman US$ 27 terhadap 42 orang yang memiliki ketrampilan dan mampu bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.”

Kini lebih dari 30 tahun sejak Dr. Yunus gelisah tidak bisa tidur,  lebih dari 100 juta orang telah terbantu keluar dari lingkaran setan kemiskinan di Bangladesh oleh bank yang didirikannya yaitu Grameen Bank. Kinerja yang luar biasa karena 39 dari setiap 40 orang yang dibantunya berhasil mentas dar kemiskinan !.

Kita memang tidak perlu menunggu pemerintah atau pemimpin-pemimpin kita meniru apa yang dilakukan oleh Dr. Yunus; kita sendiri sesungguhnya bisa berbuat untuk membantu mengatasi kemiskinan di sekitar kita.

Bagaimana caranya ? saya melihat Baitul Mal wa Tamwil (BMT) bisa menjadi solusinya. Setiap 20 orang dari kita bisa bergabung dan mempelopori pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau BMT. Dari fungsi Baitul Mal (fungsi sosial) – BMT, kita bisa memberi pinjaman tanpa beban kepada kaum miskin yang membutuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar