Ketika Usia Mencapai 40 Tahun…

Do'a"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat ‘amal yang saleh yang Engkau ridlai ; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS : 46 : 15)

Dengan adanya krisis finansial yang sangat serius di dunia saat ini, sudah seharusnya semua pelaku bisnis introspeksi – termasuk kita -  terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini. Introspeksi ini bahkan juga dilakukan oleh sekolah bisnis paling bergengsi di Amerika yaitu Harvard Business School (HBS). Publikasi mereka yang terkenal Harvard Business Review (HBR)-pun memfasilitasi perdebatan panjang tentang apakah mereka telah gagal dalam mendidik mahasiswa-nya sehingga krisis ini terjadi ?, lantas bagaimana seharusnya mereka mendidik mahasiswanya kedepan ? dst.

Karena jengah dengan kegagalan mereka di industri dan pasar  yang glamour seperti industri mobil di AS dan pasar modal Wall Street, mereka kini mulai belajar dari pasar yang selama ini disebut pasar Base of the Pyramid (BoP). Yaitu pasar di negara-negara yang penduduknya mayoritas paling miskin seperti India dan beberapa negara Afrika. Para peneliti dari sekolah bisnis terkemuka tersebut mulai mencari-cari nilai-nilai apa yang mereka bisa pelajari dari negeri-negeri miskin ini untuk bahan  ajar pada murid-muridnya  kedepan.
Salah satu temuan mereka yang dipublikasikan di HBR edisi bulan ini adalah cara pandang terhadap sukses yang tidak semata dinilai dari kacamata ekonomi. Selain kriteria-kriteria ekonomi, mereka kini mulai memandang penting kriteria lainnya seperti pertumbuhan kemampuan dan hubungan antar manusia-manusianya.

Kalau saja HBS mau belajar dari Islam, mereka akan dapat dengan mudah dan lebih akurat dalam menilai kesuksesan individu ataupun korporasi. Dalam Islam ada konsep barakah yang luar biasa, sampai –sampai permohonan barakah ini ada di sekian banyak do’a-do’a kita mulai dari do’a mau makan, do’a minta rizki, do’a untuk pengantin baru, do’a hubungan suami istri dlsb.

Meskipun barakah ini sifatnya intangible, tidak berarti kehadirannya tidak bisa dirasakan. Ini seperti angin, biar kita tidak bisa melihat tetapi dengan mudah dapat merasakan kehadirannya atau bahkan mengukur kecepatannya, arahnya dlsb.

Barakah juga demikian, karena bagi seorang muslim pencapaian sukses utama hidupnya adalah mencapai ridla Allah semata – maka kehadiran akan hal-hal yang mencerminkan ridla Allah inilah yang bisa kita jadikan rujukan barakahtidaknya rizki kita (dalam arti luas bisa harta, anak, ilmu dlsb).

Bila dengan rizki yang dilimpahkan ke kita (berapapun banyaknya), rizki tersebut meningkatkan ibadah dan ‘amal shalih kita – maka insyaallah rizki tersebut membawa barakah kepada kita. Sebaliknya bila rizki tersebut melalaikan kita dari beribadah dan tidak mendorong ‘amal shaleh – maka kemungkinan besar rizki tersebut memang tidak barakah.

Demikian komplitnya tuntunan agama ini sehingga do’a untuk kemudahan ‘amal shalih yang diridlaiNya –pun diajarkan olehNya sendiri di ayat yang saya kutip di awal tulisan ini. Betapa sayangnya Allah pada hambaNya, sehingga cara untuk meminta kepadaNya sudah dibuatkan redaksiNya dan kita diberitahu pula kapan waktunya untuk mulai rajin membaca do’a tersebut.

Do’a tersebut diajarkan Allah kepada kita untuk sering-sering kita baca setelah kita mencapai usia 40 tahun. Allah sangat menyayangi kita sehingga tidak menghendaki hambaNya berbuat yang sia-sia setelah usianya melewati 40 tahun. Dengan tuntunan ini, maka apapun aktifitas yang kita lakukan setelah usia kita mencapai 40 tahun ukuran suksesnya adalah apakah yang kita lakukan ini dapat menjadi ‘amal shalih yang diridhlaiNya atau tidak.

Pasangan suami istri teman saya yang luar biasa shalehnya suatu saat menerima tawaran pekerjaan yang sangat bergengsi di negeri jiran, mereka terima pekerjaan tersebut tetapi tidak mau kontrak terlalu lama dahulu karena ingin mengukur ke-barakah-an pekerjaan baru mereka tersebut. Bagaimana mereka mengukur ke-barakah-an pekerjaannya ?, sederhana katanya. Kalau dengan pekerjaan baru tersebut mereka tetap dapat melanjutkan shalat malamnya secara rutin atau bahkan meningkat, insyaallah pekerjaan tersebut barakah – maka pekerjaan akan diteruskan. Bila tidak, kemungkinan besar pekerjaan tersebut tidak barakah – maka harus ditinggalkan.

Insyaallah pekerjaan baru pasangan suami istri tersebut bener-bener barakah, kehadiran ‘angin’-nya begitu nyata dengan berbagai ‘amal shalih yang meningkat luar biasa yang tidak hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga dirasakan oleh saudara-saudara dan teman-teman-nya. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar