Collective Intelligence Untuk Membangun Pasar ...

Pasar memiliki kedudukan strategis dalam membangun masyarakat Islam yang utuh; begitu strategisnya masalah ini sehingga Rasulullah SAW sendiri mencontohkan membangun pasar bagi kaum muslimin di Madinah sejak masa-masa awal Hijrah. Kelemahan dalam penguasaan pasar ini pula yang membuat umat Islam kini meskipun besar dari segi jumlah namun tidak memiliki kekuatan strategis dalam perdagangan. Di mall, di pasar modern maupun tradisional , difood court dlsb, nuansa Islami hanya muncul di bulan Romadhan khususnya menjelang lebaran.

Pasar tidak muncul dengan sendirinya, harus ada yang memulai - lebih banyak yang mulai akan lebih berpeluang terbentuk secara lebih cepat. Oleh karena itu saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk secara kolektif memikirkan dan langsung bertindak untuk mulai membangun embrio pasar bagi kaum muslimin ini. Awalnya tidak harus besar dan tidak harus langsung sempurna – setidaknya kita mulai dengan serius menyiapkan instrumen pokok dalam membangun kemakmuran umat ini.

Untuk pekerjaan besar ini kita bisa belajar dari sekelompok semut yang sedang mengangkat makanan berupa binatang atau lainnya yang beratnya puluhan kali berat semut itu sendiri. Bagaimana semut-semut ini melaksanakan pekerjaan besar tersebut ?, siapa yang punya gagasan terus kemudian mengajak yang lain ?, dengan bahasa apa mereka berkomunikasi ?, bagaimana mereka menyepakati arah kemana makanan dibawa ? dst.dst. Mereka dapat melakukan ini karena hewan terkecil sekalipun , bahkan sampai sekelas bakteri-pun oleh Allah diberi kemampuan untuk ‘berpikir’ maupun ‘bertindak’ secara bersama-sama dengan kelompoknya. Ilmu manusia modern kemudian menyebut hal ini sebagai Collective Intelligence (CI).

Bila dengan CI-nya, semut dan bakteri-bakteri yang kecil tidak kasat mata-pun dapat membunuh manusia yang besar ini – maka dapat kita bayangkan pekerjaan besar apa yang bisa dilakukan oleh sekelompok manusia-manusia yang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi-nya yang pasti memiliki CI yang sangat perkasa ketimbang CI-nya bakteri, semut dlsb ?.

Karena potensi pemanfaatan CI yang sangat besar tersebut, maka berbagai pihak kini rame-rame berusaha mengelola CI untuk berbagai tujuan. Linux misalnya menggunakan CI untuk menghasilkan software-software yang gratis dan sangat bermanfaat. Wikipedia untuk menghasilkan encyclopedia yang juga gratis – yang encyclopedia semacam ini sebelumnya hanya dibeli oleh kalangan teknokrat yang kaya.

Secara tidak langsung dalam penerapannya yang masih terbatas, Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqqiin (PWDM) juga menggunakan CI ini untuk mengembangkan berbagai project, mulai dari project Kambing Ettawa, Jamur, Composites, Planet Beku, Masjid “Gedebog”, Sate Balibul, Kambing Hot Rock dan berbagai project lain yang insyallah semakin meaningful kedepan.

Bagaimana kami mengelola CI-ini ?  ya antara lain melalui tulisan-tulisan yang kami lontarkan di web ini kemudian menuai masukan; juga melalui pertemuan-pertemuan fisik yang tidak hanya melibatkan para santri wirausaha tetapi juga pihak-pihak lain yang kami pandang bisa melengkai CI yang dibutuhkan. Pertemuan –pertemuan ini bisa berupa vision sharing – bila kami baru melontarkan ide , crash test – bila kami telah siap dengan suatu produk ataupun acara kick-off bila kami mulai sesuatu.

Nah sekarang kita juga akan menggunakan CI untuk membangun pasar kita tersebut diatas. Rencana membangun pasar ini, sengaja saya lontarkan di tulisan ini karena kita ingin mengumpulkan dan menyaring CI dari puluhan ribu pembaca setia GeraiDinar.Com – yang sangat bisa jadi sebagiannya memiliki minat yang sama. Berikut adalah deskripsi ringkas dari project yang kita beri nama  Medina Market  ini :

Kita tahu bahwa  Jakarta kini sudah semakin padat, kota-kota satelit di seputar Jakarta semakin menjamur yang kemudian dikenal dengan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, depok , Tangerang, Bekasi). Di salah satu wilayah ini, masih di mulut pintu tol-nya – ada sebuah mall yang memiliki lokasi ideal untuk target Medina Market yang pertama. Mall ini berada di gerbang pusat kegiatan berbagai perumahan yang kini bermunculan di daerah tersebut.

Ada sederet foot court yang masih kosong di mall ini – menghadap keluar ke alam bebas sehingga mempunyai pemandangan yang indah. Lebih indah lagi bila dikelola dengan berbagai aktifitas outdoors yang sekarang juga semakin marak. Inilah calon target pasar pertama kita, yang dari sekian banyak lokasi nampaknya paling cocok untuk mulai. Lokasinya juga kurang lebih di antara dua masjid besar bertaraf internasional yang dikelola ustad-ustad kondang negeri ini, jadi ideal sekali untuk memulai membangun masyarakat muslim yang utuh.


Peluangnya adalah bila seluruh counter yang menghadap ke alam bebas tersebut bersama-sama kita kelola, maka nuansanya bisa kita warnai.  Dengan banyaknya pedagang sekaligus (lokasi ini hanya untuk makanan atau food court), maka banyak pilihan yang langsung hadir di lokasi ini – sehingga juga akan segera menjadi daya tarik bagi masyarkat untuk mengunjunginya.
Pendekatan Collective Intelligence Untuk Medina Market
Pendekatan Collective Intelligence Untuk Medina Market



Karena ‘mengelola’ pasar secara utuh ini jelas belum menjadi kompetensi kita saat ini, maka CI tersebut diataslah yang kami butuhkan.

Coordination akan kami gunakan untuk mengumpulkan para pemodal yang tertarik di roject ini . Agar tidak terlalu berisiko bagi para pemodal tersebut, maka lokasi ini cukup kita sewa dahulu sehingga tahun pertama hanya butuh dana mulai dari sekitar 15 Dinar untuk 1 counter. Untuk kategori pemodal ini, kami hanya butuh sekitar 20 orang.

Cooperation akan kami gunaan untuk mengelola suppliers dan pihak ketiga yang produk atau jasa-nya kita butuhkan tetapi bukan bagian dari pemodal yang terlibat secara langsung di tipe pertama. Kategori ini antara lain yang kita butuhkan adalah supplier makanan RTC (Ready To Cook) ataupun RTE (Ready To Eat), pengelola Bungi Jumping, Flying Fox dan aktivitas outdoors lainnya yang berpengalaman. Dengan adanya mereka ini, pemodal counter tidak harus mampu memasak masakan yang enak sendiri – dapat di outsourced ke provider RTC ataupun RTE.

Cognition kami perlukan dari para business practitioners untuk mem- “verifikasi” dan “fine-tuning” peluang besar yang kami lihat tersebut diatas – yang sudah barang tentu tantangannya juga besar. Dengan adanya mereka ini, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan kita yang terbatas dalam mengelola pasar dapat disempurnakan dari waktu ke waktu.

Ibarat sekumpulan semut diatas, kita akan mengangkat segumpal bahan makanan yang sangat besar untuk ukuran tubuh kita – maka dengan CI inilah insyallah kita akan bisa mengangkat beban tersebut secara bersama-sama. Bila kita bisa benar-benar wujudkan pasar yang satu ini, insyaAllah pasar-pasar yang lain bisa kita bangun bersama di berbagai wilayah dan berbagai kota. Pasar yang terjangkau inilah salah satu jalan untuk menuju kemakmuran yang lebih luas bagi umat, jadi harus ada yang memulai.  Ayo sekarang kita mulai, siapa mau ikut ?.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita pada amal yang diridhloiNya...Amin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar