Tampilkan postingan dengan label Fit Tea (teh daun zaitun). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fit Tea (teh daun zaitun). Tampilkan semua postingan

What To Do Ketika Rupiah Melemah ?

Selasa, 28 Juli 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Kalau saya katakan Rupiah sekarang kinerjanya lebih buruk dari Rupiah di puncak krisis 1997-1998 mungkin Anda tidak percaya, bagaimana kalau saya sajikan data yang konkrit untuk ini ? Anda Percaya ? Memang di puncak krisis yang kemudian mengawali era reformasi, Rupiah sempat berada di Rp 16,097/US$ tetapi itu hanya kejadian sehari (17/6/1998) – kemudian hebatnya pemerintahan transisi waktu itu – berhasil menurunkannya menjadi kurang dari separuhnya dalam tempo enam bulan saja, yaitu ke Rp 7,979/US$ pada penutup tahun 1998. Apa yang terjadi di Rupiah sekarang ?

Pertanian Dalam Al-Qur’an (Bagian III)

Ahad, 7 Juni 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Salah satu bukti kebenaran Al-Qur’an itu adalah keakuratan data yang diungkapkannya. Meskipun diturunkan di Makkah dan Madinah yang minim tanaman, Al-Qur’an begitu detil mengungkap tempat-tempat lain yang sangat baik untuk bertani. Ada yang disebut secara spesifik untuk tanaman tertentu misalnya Zaitun, dia tumbuh baik di Gunung  Thursaina (Sinai) – dan secara umum juga di bukit-bukit yang tidak terhalang. Ada yang disebutkan secara umum yaitu disebutkan kriteria-kriterianya saja, bisa negeri mana saja yang memenuhi kriterianya. Dan salah satu yang sebenarnya memenuhi syarat  untuk negeri yang sangat baik untuk bertani itu adalah negeri kita – Indonesia !

Action Plan – Islamic Agriculture

Rabu, 13 Mei 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila Islamic Bank sudah begitu luas dikenal di masyarakat, tidak demikian halnya dengan Islamic Agriculture – saya pun baru secara specific menyebutnya melalui tulisan saya akhir bulan lalu. Inti dari Islamic Agriculture adalah bagaimana kita bisa bertani yang sejalan dengan tugas kita di muka bumi, yaitu untuk menyembah kepadaNya dengan tidak menyekutukanNya, kita dijadikanNya dari tanah (bumi) untuk menjadi pemakmurnya (QS 11:61). Bagaimana penerapannya di lapangan ?

Islamic Agriculture

Rabu, 29 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila dunia pertanian dan perkebunan kita nyaris stagnan sejak jaman Belanda, bisa jadi karena kita salah belajar pertanian dari penjajah yang memang tidak mau membuat kita pinter. Bila kemudian pertanian kita banyak merusak lahan-lahan yang semula subur menjadi lahan yang hasilnya pas-pasan, bisa jadi karena kita salah mengambil guru karena belajar dari para kapitalis yang menjadikan petani sebagai pasar semata untuk pupuk dan obat-obat kimia mereka. Lantas dari mana mestinya kita belajar ? Anda akan terkejut dengan referensi yang ada di dunia Islam tentang pertanian ini !

Belajar Penguasaan Pasar Dari China

 Senin, 27 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Istilah belajarlah sampai ke negeri China itu berlaku hingga kini, khususnya tentang penguasaan pasar. Empat tahun lalu dari top 10  merek handphone yang ada di China, hanya dua yang lokal yaitu Huawei dan Lenovo. Hanya dalam waktu tiga tahun, situasi ini berbalik 180 derajat, tahun 2014 tinggal 2 merek impor yang bertahan di top 10 China yaitu tinggal Samsung dan Apple. Bagaimana China menguasai pasarnya – di dalam dan di luar negeri ? itulah yang kita perlu belajar.

Kurva Normal Jamaah

Jum'at, 24 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Ada pelajaran yang sangat penting dari sangat dianjurkannya laki-laki untuk shalat fardhlu berjama’ah di masjid-masjid. Dari hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hanya saya temukan tiga golongan laki-laki yang tidak sholat berjamaah di masjid yaitu orang munafik yang jelas kemunafikannya, orang sakit yang sangat parah sehingga berjalan dipapah-pun tidak bisa lagi dan orang yang tinggal begitu jauh dari masjid yang bahkan tidak bisa mendengar adzan. Selama kita tidak termasuk dalam salah satu golongan tersebut, insyaAllah kita akan mendapat manfaat dari sholat berjamaah. 

Iman Pada Yang Ghaib

Kamis, 9 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Salah satu pelajaran iman itu saya peroleh dari sahabat saya seorang professor sains yang sangat mashur di bidangnya. Dalam dunia profesi sang professor, sesuatu dianggap benar itu harus bisa dibuktikan dengan teori-teori, riset dan berbagai pembuktian ilmiah lainnya. Sampai suatu saat sahabat saya ini ketakutan sendiri, takut kalau ilmunya justru membawanya kepada kekufuran. Mengapa ? karena syarat iman, syarat seseorang mendapatkan petunjuk, syarat seorang bisa mencapai derajat takwa adalah beriman kepada yang ghaib !

Jahe Setengah Dinar

Kamis, 2 April 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Di antara tanaman Al-Qur’an yang belum pernah saya ulas di situs ini adalah Jahe. Literatur tentang jahe ini sangat banyak dan yang tertua bisa dirunut sampai berabad-abad sebelum masehi. Di abad pertengahan jahe adalah perlambang kemakmuran, pedagang-pedagang jahe adalah orang-orang  terkaya pada jamannya. Tidak heran mengapa kemudian jahe menjadi salah satu buruan para penjelajah seperti Marco Polo dan Vasco da Gama. Saat itu harga 1 kg jahe kurang lebih setara seekor anak domba atau sekitar ½ Dinar ! 

Pro Bono

Selasa, 31 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sejak saya mengangkat tema prinsip 1/3 hampir tujuh tahun lalu, banyak saya menjumpai orang-orang yang berusaha menerapkannya. Namu lebih banyak lagi yang mentertawakannya dengan phrase yang kurang lebih “seratus persennya saja belum cukup, apalagi bila dikurangi 1/3-nya untuk infaq”. Maka melalui tulisan ini saya ingin mendekatinya dengan cara yang sangat mungkin dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massif. Saya menggunakan pendekatan yang di dunia professional dikenal dengan istilah Pro Bono. 

Komitmen GDM



Rabu, 25 Maret 2015
Oleh: Umi Rohimah
Dinar dan Dirham, betapa seringnya kedua kata itu saya dengar dulu di masa kanak-kanak saat guru ngaji menceritakan suatu riwayat dari masa lampau. Seiring bertambahnya usia hingga umur 40 tahunan, pemahaman tentang Dinar dan Dirham masih sama bahwa keduanya adalah mata uang zaman dulu. Hingga suatu hari pada awal 2011 saya melihat salah seorang anak buah suami sedang mengecek akun m-dinarnya. Ternyata dia sudah mengenal Dinar sejak 2008 saat harganya masih sejuta sekian. Dia mencari di internet untuk mahar yang unik dan dia menemukan Dinar.

Big Data, Big Threats and Big Opportunities

Selasa, 24 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila selama ini di pagi hari Anda dibangunkan oleh alarm HP Anda, itu biasa karena Anda telah set alarm tersebut untuk bunyi pada jam tertentu. Bila di siang hari reminder telephone Anda berbunyi lagi, itu juga biasa karena reminder-nya Anda set untuk mengingatkan Anda pada event tertentu. Tidak lama lagi Anda akan bisa dibangunkan oleh HP Anda tanpa Anda perlu men-set alarm-nya, dan diingatkan oleh handphone Anda juga tanpa Anda perlu set sebelumnya reminder HP Anda tersebut – dan lebih jauh dari itu. 

Meningkatkan Kecerdasan Rata-Rata

Senin, 23 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sebuah studi terhadap IQ rata-rata dari 113 negara yang dilakukan oleh Richard Lynn dan Tatu Vanhanen beberapa tahun lalu menempatkan rata-rata IQ kita pada urutan ke 20, sementara itu Singapore, Korea Selatan dan Jepang masing-masing di urutan 1,2 dan 3. Pada urutan ke 20 ini IQ kita berada pada angka 88, yaitu masih berada pada range rata-rata normal antara 85 – 115. Bisakah angka IQ rata-rata ini ditingkatkan secara massal ? InsyaAllah bisa ! 

Penguin Di Tanah Tropis

Jum'at, 20 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sekeluarga burung penguin terbawa arus sampai ke tanah tropis, dijumpainya bumi yang panas namun indah berwarna-warni. Di negerinya mereka hanya melihat dua warna yaitu hitam dan putih, hitam adalah warna punggung teman-temannya sedangkan putih adalah warna alamnya (es) sejauh mata memandang.  Melihat keindahan warna bangsa burung tropis, anak penguin bertanya kepada bapaknya : “ Ayah bisakah aku tumbuh seperti mereka, bersayap lebar warna-warni dan bisa terbang di antara pohon-pohon yang tinggi ?

Ayah penguin ragu sejenak, kemudian menjawab dengan bijak ke anaknya : “Tidak anakku, tetapi itu bukan masalah. Kemerdekaan kita bukan pada kemampuan kita terbang tinggi, dan keindahan kita juga bukan karena gemerlapnya tatawarna. Kemerdekaan kita ada pada keterbukaan pikiran kita untuk menerima pemikiran(ide) saudara-saudara kita, keindahan kita ada pada hati kita yang menerima dan mensyukuri pemberianNya”.


Dialog di atas hanyalah imajinasi saya, membayangkan apa jadinya ketika burung-burung penguin datang ke negeri ini dan menyaksikan keragaman alam kita. Belajar dari bangsa burung ini termasuk yang dicontohkan di dalam Al-Qur’an.

Bangsa burung adalah binatang yang sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, saya menemukan setidaknya ada 20 ayat yang menyebutkannya dalam berbagai konteks. Bahkan ada dua ayat yang sangat spesifik menggambarkan burung-burung itu seperti kita.

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS 6:38)

Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS 24:41)

Lalu dialog tersebut berlanjut, penguin kecil masih belum paham tentang keindahan yang ada dalam baju hitam putihnya. Dia bertanya lagi ke bapaknya : “Tetapi ayah, dimana keindahan kita ketika warna kita hanya hitam dan putih, dimana kebanggaan kita ketika kita tidak bisa terbang tinggi ?

Seolah ayahnya memahami ayat-ayatNya yang ditujukan untuk bangsa manusia tersebut di atas : “Begini anakku, lihatlah ke bangsa manusia – makhluk yang diciptakanNya paling sempurna diantara makhluk-makhlukNya. Merekapun disuruh belajar kepada bangsa kita bangsa burung. Bahkan golongan masyarakat mereka yang terpandang, para pemimpin-pemimpin mereka suka sekali berusaha meniru gaya hidup kita”.

Masyarakat Penguin
Anak penguin semakin penasaran, : “ Meniru kita ayah ?”. Dengan mantap sang ayah menjawab : “Benar, mereka berusaha meniru kita tetapi tidak banyak yang berhasil”. “Lihatlah para pemimpin dan golongan yang makmur diantara mereka, mereka suka sekali memakai baju kita – baju hitam putih (maksudnya jas !). Tetapi mereka tidak bisa disiplin seperti kita-kita. Dengan baju hitam putihnya, di rapat-rapat mereka berantem bahkan sampai menggulingkan meja – hanya baju kita  saja yang mereka bisa tiru tetapi tidak perilaku kita.”

Sang ayah penguin belum puas meng-edukasi anaknya tentang bangsa manusia ini : “Sementara kita bahagia, hidup rukun dengan rakyat kita yang semua berbaju hitam putih  - baju hitam putih mereka hanya untuk segolong yang elit di masyarakat mereka. Baju-baju hitam putih mereka dibeli dengan uang rakyat yang tidak mampu membeli baju hitam-putih, dan ironinya lagi – baju-baju hitam putih tersebut seolah mejadikan mereka berwenang untuk bicara atas nama rakyat mereka, demi rakyat mereka – padahal realitanya adalah atas nama kepentingan mereka sendiri, demi mengamankan diri atau kelompoknya sendiri-sendiri”.  Ayah penguin masih melanjutkan : " Generasi pertama mereka anak Adam berhasil meniru perilaku bangsa kita - bangsa burung dalam menguburkan saudaranya. Tetapi generasi kini mereka gagal meniru kita dalam bermasyarakat, dalam bersidang dlsb."

Si penguin kecil manggut-manggut memahami nasihat ayahnya, dia tidak lagi ingin menjadi burung aneka warna yang bisa terbang tinggi. Si penguin kecil sadar bahwa  makhluk yang paling sempurna-pun tetap diminta untuk belajar dari bangsa burung, bahkan golongan elit dari makhluk yang paling sempurna ini berusaha meniru busana para penguin tetapi kebanyakan mereka gagal dalam meniru perilakunya dalam bermasyarakat .

Mungkin karena rasa malu yang hanya bisa merubah baju tetapi tidak bisa merubah perilaku inilah bangsa manusia sekarang mulai juga menanggalkan baju para penguin, kembali kepada bajunya yang asli berwarna-warni – batik maksudnya !

Business Model Tahu

Rabu, 18 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbaltahu,
 
Dalam suatu ceramah saya mengutip perintah kepada para Rasul untuk makan makanan yang thoyyibaat (baik/murni) mendahului perintah untuk beramal shaleh (QS 23:51) , juragan tahu yang hadir pada majlis tersebut-pun angkat bicara. Menurutnya amat sangat sulit standard makanan thoyyibaat ini dicapai saat ini, mulai dari kedelainya yang hampir pasti kedelai impor yang GMO sampai prosesnya yang nyaris tidak mungkin tidak memakai pengawet dlsb. Padahal justru disinilah peluang itu hadir untuk yang bisa mengatasinya ! 

Bersaing Dengan Over Supply

Senin, 16 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Teori ekonomi yang melandaskan pada sumber daya yang terbatas, nampaknya memang perlu mulai dikaji ulang. Pertama karena janji Allah akan kecukupan rezeki bagi seluruh makhlukNya, kedua karena hal ini juga terbukti secara empiris dalam perdagangan global saat ini. Sumber-sumber ekonomi berupa modal, tenaga kerja dan kapasitas produksi itu nampak sungguh berlebihan sehingga kita sebenarnya bukan berebut untuk menguasainya, tetapi berebut untuk bisa menggunakannya.

GDP, Food Miles Dan 7 Tanah

Kamis, 12 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Mengimpor  bahan makanan dari tempat yang sangat jauh seperti perjalanan gandum dan kedelai yang kita makan adalah buruk bagi ekonomi karena menguras devisa dan menurunkan GDP. Buruk bagi lingkungan karena semakin jauh makanan perlu diangkut dari tempat produksi sampai tempat konsumsi - semakin banyak pula dihabiskan bahan bakar yang merusak lingkungan, jejak perjalanan bahan makanan inilah yang disebut food miles. Yang belum banyak kita ketahui adalah sangat bisa jadi makanan yang didatangkan dari tempat yang jauh itu juga buruk bagi kesehatan.
  

Buah Dan Sayur Yang Tidak Lagi Ber-aroma

Selasa, 10 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sewaktu saya kecil sampai remaja, ketika bepergian naik bus sepanjang terminal bisa mencium bau harumnya jeruk keprok. Dalam jarak beberapa meter harum segarnya tomat juga tercium, bahkan krai – sejenis mentimun-pun aromanya bisa sangat menggoda. Dimana sekarang aroma buah-buahan dan sayur ini ? kapan terakhir kali Anda mencium aroma jeruk, tomat dan mentimun ? kemana hilangnya aroma ini ? siapa yang menghilangkannya ? Bisakah kita mengembalikan aroma buah dan sayur ini untuk anak cucu kita ?

Integrasi Wakaf Dalam Ecosystem Ekonomi

Jum'at, 6 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Bahwasanya perbuatan baik atau amal shaleh itu nampak semakin langka di masyarakat dapat kita saksikan buktinya hari-hari ini di televisi. Berita-berita yang ada seputar begal saja seolah terintegrasi dari yang skala kecil yang dilakukan preman kampung, sampai skala ibukota negeri dalam permainan APBD – entah siapa yang memainkannya. Amal shaleh menjadi langka karena makanan masyarakat yang tidak thoyyib dari sisi zat maupun cara perolehannya. Dari mana kita bisa memperbaikinya ? salah satunya adalah melalui apa yang saya sebut wakaf kreatif !

Memperbaiki Semampu Yang Kita Bisa

Kamis, 5 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal


Tinggi batang tebu bisa tinggal sedengkul dalam seabad mendatang, tetapi bisa pula sebaliknya biji kedelai  menjadi sebesar bawang – keduanya dimungkinkan. Yang  jarang kita sadari adalah bahwa kita sebenarnya ikut berperan dalam mengarahkannya, apakah bumi akan semakin rusak atau kita ikut memperbaikinya. Bila kita diam saja, maka yang merusak akan menang dan itulah yang sedang terjadi – tinggi batang tebu akan tinggal sedengkul – dan bukti visualnya kini dapat kita saksikan bersama.