Tampilkan postingan dengan label riba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label riba. Tampilkan semua postingan

Lelaki Dan Benang Kusut

Selasa, 24 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Beberapa dasawarsa lalu kalau kita mendengar berita tentang perkelaian biasanya terkait dengan pelajar SLTA, kini perkelaian itu meluas hingga anak –anak SD yang mem-bully temannya, perkelahian antar anak-anak SLTP maupun antar mahasiswa. Bahkan ‘perkelaian’ tingkat tinggi disajikan bak tontonan sehari-hari di televisi, ‘perkelaian’ semacam ini ada di gedung DPR dan di antar institusi negara yang seharusnya saling kerjasama mengurusi dan menjaga rakyat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan bangsa ini ? dari mana meluruskan kembali benang kusut ini ? 

Unprecedented Strategy

Jum'at, 17 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Seperti juga dalam berbagai bidang kehidupan lainnya, ekonomi umat saat ini terkepung oleh berbagai kekuatan dan kepentingan yang sangat besar.  Musuh utamanya sudah diberitahukan oleh Allah langsung ke kita yaitu riba (QS 2 : 279) – yaitu strategi yang telah digunakan oleh Yahudi  selama hampir 2000 tahun – untuk menguasai aset-aset dan sumber daya alam yang mereka kehendaki. Butuh strategi yang luar biasa, yang belum pernah ada sebelumnya – unprecedented strategy untuk mengalahkannya. 
 riba,

Seamless Life

Rabu, 27 Agustus 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal riba, riswah,
Kebanyakan manusia jaman ini hidup sepotong-sepotong dengan  penuh sambungan di sana-sini, kadang sambungan itu dipaksakan nyambung meskipun tidak bisa sambung. Sambungan-sambungan itu bisa terjadi pada rentang aktifitas di usia yang sama, maupun di rentang usia yang berbeda. Bisakah kita membuat hidup kita seamless – hidup mulus tanpa sambungan atau tanpa kelim ? insyaAllah bisa bila kita menggunakan petunjuk yang benar.

Sometimes You Win, Sometimes You Learn

 Senin, 25 Agustus 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Tidak selamanya apa yang kita usahakan atau perjuangkan itu membawa keberhasilan atau kemenangan, adakalanya kita gagal atau kalah. Kegagalan atau kekalahan sebenarnya adalah hal yang biasa, karena umumnya kegagalan inilah yang lebih sering kita hadapi ketimbang keberhasilan. Maka sikap ketika kita menghadapi kegagalan atau kekalahan itulah yang akan membedakan kita, apakah kita seorang yang kalah (loser) atau seorang pemenang sejati (winner).  Bagi pemenang sejati, Anda hanya mengenal dua hal yaitu kadang Anda menang terkadang pula Anda harus belajar – sometimes you win, sometimes you learn.

Ketika Orang Kaya Tidak Bisa Tidur

Selasa, 1 Juli 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dengan kekayaannya saat ini sekitar US$ 35 Milyar, Li Kha-shing menduduki orang terkaya no 15 di dunia dan menjadikannya orang terkaya di Asia. Apakah dia bisa menikmati kekayaannya ? nampaknya tidak. Dalam sebuah acara wisuda sarjana di Shantou University baru-baru ini, dia menyampaikan orasi yang merupakan pengakuan dirinya dengan judul “Sleepless in Hong Kong”. Apa yang membuat galau hati orang yang super kaya ini ?

Agar Hari Esuk Tidak Lebih Buruk…

Senin, 23 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Ketika mendengar pengajian dari guru saya yang mengingatkan bahwa ‘… hari esuk senantiasa lebih buruk bagi orang yang terlibat dengan riba…’, saya tidak langsung bisa melihat buktinya di lapangan. Sampai saya membaca detil laporan resmi Nota Keuangan Dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran  2014  - atau yang lebih dikenal dengan APBN-P 2014. Di situ nampak jelas visualisasi angka-angka yang menunjukkan hari esuk yang lebih buruk itu ! Bisakah ini diubah ?

Antara Pemilu Dan Iklan Rokok

Rabu, 18 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Saya tahu beberapa tulisan di situs ini terkait dengan PEMILU Presiden telah diteruskan oleh sejumlah pembaca ke pihak-pihak yang terkait. Saya sendiri-pun bahkan sempat berkomunikasi dengan team sukses salah satu capres. Namun mungkin karena ‘tuntutan’ pada tulisan-tulisan tersebut dipandang terlalu tinggi – yaitu menghilangkan riba (meskipun bertahap) dari negeri ini – sehingga sejauh ini belum ada respon yang konkrit. Maka melalui tulisan ini, tuntutan-tuntutan tersebut saya sederhanakan dan perjelas dengan ilustrasi – agar mudah dipahami oleh siapapun, betapa realistis dan doable-nya tuntutan-tuntutan tersebut sebenarnya.

Ketika Para Capres Sowan Ke Pak Kyai

Kamis, 12 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebagaimana dalam ‘mimpi-mimpi’ saya sebelumnya dimana Pak Kyai hadir di sidang cabinet ketika negara lagi membutuhkannya, di masa kampanye PEMILU presiden kali ini-pun saya ‘bermimpi’ para calon presiden sowan ke tokoh imaginer saya yaitu Pak Kyai. Karena mereka baru calon presiden – yang belum pasti jadi, tentu mereka yang lebih pantes datang untuk sowan ke Pak Kyai. Maka para team sukses-pun sibuk mengatur bagaimana mereka bisa diterima oleh Pak Kyai.

Loyalty on Quality

Kamis, 5 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di dunia komersial kita mengenal adanya loyalitas pada kwalitas, produk-produk yang baik akan terus dibeli konsumen dan produk tersebut akan ditinggalkan konsumen manakala kwalitasnya menurun atau ada produk lain sejenis yang kwalitasnya lebih baik. Sayangnya loyalitas pada kwalitas ini belum ada di dunia olah raga, sosial dan politik kita. Di jalanan orang bisa berantem hanya karena perbedaan warna atau nomor kaos !

Ketika Daud Mengalahkan Jalut...

Senin, 17 Maret 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Hampir setiap kita memiliki tantangan besar untuk ditaklukkan, sebagai pribadi, sebagai perusahaan/institusi, sebagai umat dan juga sebagai bangsa. Tantangan itu kadang seolah terlalu besar untuk bisa ditaklukkan sehingga kita malah memilih untuk tidak berbuat apa-apa, meskipun kita terpaksa harus hidup bersama gajah di ruang tamu kita – seperti yang pernah saya ceritakan di situs ini empat tahun lalu.  Padahal sesungguhnya ada jawaban dan petunjukNya untuk setiap masalah (QS 16:89) yang kita hadapi -  termasuk dalam menghadapi tantangan terbesar sekalipun.

Solusi 1 %...

Jum'at, 21 Februari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Terkadang permasalahan yang ada itu begitu besar sehingga kita awang-awangen untuk mengatasinya. Tetapi ada cara untuk mengatasinya agar tidak terlalu terasa berat, yaitu dengan cara mem-break-down-nya menjadi sejumlah masalah kecil yang kemudian terasa ringan untuk diatasi satu persatu. Masing-masing pecahan masalah tersebut bisa ditangani ahlinya sehingga tidak ada yang terlalu berat untuk diatasi.

Ketika Yang Haram Diwajibkan…

Kamis, 14 November 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Mungkin karena kita terlalu terspesialisasi dalam hidup ini dan hidup terkotak-kotak dalam disiplinnya masing-masing, sehingga ketika ada sesuatu yang besar yang menuntut disiplin ilmu yang luas – kita menjadi tidak melihatnya. Seperti berada dalam hutan, kita hanya melihat pohon satu per satu tetapi tidak bisa melihat hutannya sendiri. Di negeri ini ada hal yang haram – yang sebentar lagi menjadi kewajiban seluruh warga negara untuk mengikuti yang haram tersebut – tetapi kita tidak tahu, kok bisa  ?

Membangun Saluran Kemakmuran…

Rabu, 6 november 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Kemakmuran itu seperti air yang seharusnya mengalir bebas ketempat-tempat yang lebih rendah sampai menuju kesamaan permukaan. Bila air itu terbendung di suatu lokasi, air menggenang memenuhi satu tempat tetapi yang lain tidak kebagian. Maka sumbatan-sumbatan yang menyebabkan air menggenang harus dihilangkan – agar air mengalir kembali lancar. Membangun kemakmuran yang merata adalah seperti membongkar sumbatan-sumbatan saluran air tersebut.

Hijrah Ekonomi…

Selasa, 5 November 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kaum Muhajirin hijrah ke Madinah, ekonomi masyarakat Madinah berada dalam cengkeraman kaum Yahudi. Mereka menguasai perdagangan antar kota/negara, pertanian, perdagangan pakaian, tenun, perdagangan emas lengkap dengan industri kerajinan dari emas maupun besi. Yang lebih-lebih mencekik penduduk sampai para pemuka masyarakat Madinah adalah industri keuangan mereka saat itu – yaitu peminjaman uang dengan bunga/riba yang sangat tinggi. Sounds familiar isn’t it ?

Sahabat, bukankah kita sudah diingatkan

Beberapa waktu yang lalu, sebelum harga emas jatuh dua minggu yang lalu, beberapa rekan bertanya bagaimana pendapat kami tentang berkebun emas. Maklum, pada saat itu, dalam waktu satu bulan ada dua seminar tentang berkebun emas. Yang disebut berkebun emas adalah, membeli emas 24 karat, kemudian digadaikan, uang hasil gadai ditambahi uang tunai untuk membeli emas, dan digadaikan lagi, begitu dan seterusnya sampai beberapa kali (misalnya 5 kali). Pada saat jatuh tempo, emas-emas itu ditebus, dan dengan perkiraan kenaikan harga emas lebih dari 30%, maka setiap kali menebus akan mendapat untung lumayan.
Jaringan gerai dinar tidak menganjurkan hal ini. Bukan karena objek investasi (?) bukan dinar, tetapi ada unsur spekulasi di dalamnya. Saat ditanya pendapatnya tentang praktik sejenis berkebun emas, Pak Iqbal mengatakan, "Jangan menjadi kaya dengan berutang".
Sepanjang minggu yang lalu, di grup BBM kami banyak cerita dan keluh kesah dari petani emas ini. Ada yang rugi Rp 1,2 miliar ada yang sampai Rp. 2 m. Pertanyaannya, loh kok sampai rugi? Ya, karena setiap bulan ada biaya titip (gadai) yang harus dibayar, yaitu 1,5 s/d 1,7% dari harga emas saat dilakukan akad gadai. Nah, jika pada saat jatuh tempo harga emas sedang jatuh, maka tentu saja akan rugi dari dua hal, jatuhnya harga (jika mau dijual agar tidak rugi keterusan) dan bayar biaya titipan.
Sahabat, bukankah kita telah diingatkan untuk tidak melakukan muamalah yang mengandung unsur gharar (ketidakpastian), maisir (spekulasi/judi) dan riba?
Selamat memulai hari yang cerah.