Unprecedented Strategy

Jum'at, 17 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Seperti juga dalam berbagai bidang kehidupan lainnya, ekonomi umat saat ini terkepung oleh berbagai kekuatan dan kepentingan yang sangat besar.  Musuh utamanya sudah diberitahukan oleh Allah langsung ke kita yaitu riba (QS 2 : 279) – yaitu strategi yang telah digunakan oleh Yahudi  selama hampir 2000 tahun – untuk menguasai aset-aset dan sumber daya alam yang mereka kehendaki. Butuh strategi yang luar biasa, yang belum pernah ada sebelumnya – unprecedented strategy untuk mengalahkannya. 
 riba,

Market Share Syariah

Kamis, 16 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Ada ironi besar di negeri dengan penduduk mayoritas muslim yang masih 87 % ini, pangsa pasar ekonomi syariahnya masih dibawah 5 % setelah 20 tahun lebih diperjuangkan. Apanya yang salah ? mayoritas penduduk belum peduli dengan syar’i tidaknya suatu produk ? atau cara pengembangannya yang salah selama ini ? Saya melihat keduanya menjadi penyebab. Kalau keduanya diperbaiki, mestinya pangsa pasar ekonomi syariah setidaknya bisa mencapai 87 % hanya dalam periode 10 tahun. Bagaimana caranya ? 

Agar Uang Betah Tinggal Di Desa

Selasa, 14 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Seperti orang kota yang kadang berkunjung ke desa, mereka tidak lama tinggal di desa dan buru-buru balik ke kota. Demikian pula uangnya, kadang uang orang kota mampir ke desa sebentar – tidak kerasan di desa – buru-buru balik ke kota. Karena pergerakan orang mengikuti aliran uang, maka orang desa-pun berbondong-bondong urbanisasi ke kota yang kemudian memunculkan sejumlah masalah ekonomi dan sosial. Aliran uang dan orang ini sebenarnya bisa dibalik, bagaimana caranya ? 

Pertama kita harus tahu, mengapa uang kota tidak kerasan di desa ? Sentralisasi ekonomi telah membuat mayoritas produk dan jasa yang dibutuhkan oleh orang desa berasal dari kota. Akibatnya setiap kali orang di desa ingin menikmati produk  dan jasa tersebut – serta merta uangnya tersedot ke kota.

Ambil contoh uang yang Anda kirimkan ke keluarga di kampung, atau uang TKI yang mengalir begitu desarnya ke kampung-kampung sumber TKI tersebut berasal. Apakah uangnya tinggal di desa ? hanya singgah sebentar kemudian pergi lagi ke kota.

Begitu keluarga di kampung menerima kiriman uang dari kota atau bahkan dari luar negeri, dengan sangat cepat top list pembelanjaannya adalah semua barang dan jasa dari kota. Mulai dari mie instan, minyak goreng, motor, bensin, bahan bangunan, televisi, handphone dlsb. yang semuanya menyedot uang dari desa ke kota.

Bahkan dalam dasa warsa terakhir ada mesin penyedot uang yang semakin efektif menyedot uang dari desa-desa dengan sangat cepat ke kota. Apa itu ? Itulah pulsa telepon yang sampai ke desa-desa. Dahulu orang desa tidak perlu membeli pulsa untuk telepon.

Kini anak-anak mereka dari sekolah SD sampai perguruan tinggi perlu diberi uang saku tambahan untuk membeli pulsa. Semakin canggih teleponnya – semakin boros pulsanya karena untuk browsing, chatting sampai download video.

Penyedot uang orang desa berikutnya adalah bank, ketika orang-orang desa belajar menabung ke bank - sementara bank lebih banyak menerima tabungan ini ketimbang menyalurkan dananya untuk diputar di desa – maka disitulah uang desa disedot ke kota oleh bank-bank ini – untuk selanjutnya ditaruh di SBI dan dipinjamkan kepada para konglomerat dan orang-orang kaya lainnya !

Lantas bagaimana kita bisa membalik arah aliran uang ini sehingga paling tidak dia berputar secara seimbang, uang orang kota mengalir ke desa – tinggal disana secukupnya, menggerakkan ekonomi desa –  kemudian hasilnya berputar lagi ke kota dan begitu seterusnya ?

Yang kita butuhkan adalah mesin ekonomi yang bisa bener-bener berputar di desa, yaitu mesin ekonomi yang bisa mengolah resources yang ada di desa. Apa yang ada di desa ? utamanya adalah sawah dan ladang pertanian.

Tetapi dengan resources berupa sawah dan ladang saja tidak cukup – bila dua resources lainnya tidak ada, yaitu tenaga kerja dan modal. Selama ini tenaga kerjanya lari ke kota karena mengikuti uang (modal) yang sebagian terbesarnya hanya berputar di kota.

Ini seperti ayam sama telur, modalnya dahulu ditarik ke desa kemudian tenaga kerjanya akan mengikuti – atau tenaga kerjanya dahulu yang aktif membangun desa kemudian uang/modalnya akan mengikuti ? kita bisa mulai dari mana saja.

System bertani di awan atau cloud farming yang saya perkenalkan beberapa hari lalu, dapat menjadi penyeimbang aliran dana dari kota ke desa dan sebaliknya dari desa ke kota. Bila bank dan operator telepon seluler menarik uang orang desa ke kota, iGrow – Cloud Farming service provider berusaha mengalirkan uang orang kota langsung ke desa-desa untuk mengolah sumber daya yang ada di desa.

Dengan teknologi yang kita miliki sekarang, Anda sudah bisa misalnya menyisihkan sebagian tabungan Anda tidak lagi seluruhnya dalam bentuk deposito/tabungan uang Rupiah atau Dollar, tidak lagi uang untuk hari tua Anda tersimpan hanya di dana pensiun dan asuransi.


Optimalisasi Hasil - iGrow System
Anda akan segera bisa memiliki portfolio sektor riil pertanian. Misalnya portfolio yang terdiri dari tanaman sayuran organic di Ciwidey , beras organic di Boyolali, Kacang tanah di Bali, buah-buahan di Blitar dlsb. Dan untuk ini Anda tidak perlu harus repot-repot membeli tanahnya, belajar bertani padi, sayur-sayuran, kacang tanah sampai buah-buahan.

Semua urusan tanaman Anda ditangani oleh para professional yang mengelola Farm Infrastructure Provider dari cloud farming system  yang saya beri link-nya di tulisan tersebut di atas. Pada waktunya panen, mereka menyetor balik modal dan bagi hasilnya melalui system yang kini sudah siap di iGrow.Club atau iGrow.Asia.

Untuk mengamankan portfolio tanaman Anda, maka secanggih dan se-amanah apapun Farm Infrastructure Provider yang ada – dalam system iGrow mereka tetap diawasi oleh independent surveyor/supervisor. Apa gunanya ? untuk make sure mereka bener-bener menanam tanaman Anda sesuai best practice di masing-masing jenis tanaman.

Ketika musim panen tiba, mereka juga melakukan survey dan supervisi yang sama untuk meyakinkan bahwa hasil panennya wajar dan Anda-pun mendapatkan bagi hasil yang wajar.

Standard Operating Procedure (SOP) bagi para (calon) pengelola Farm Infrastructure Provider inipun sudah kami buatkan contohnya di kebun yang kami kelola sendiri di Blitar, tinggal menyesuaikannya dengan jenis-jenis komoditi khusu yang akan ditanam oleh provider ybs. Kami juga menyediakan magang khusus untuk para calon pengelola ini yang kami sebut Agroforestry Apprenticeship Program (AAP), yang angkatan perdananya mulai 10/11/14 yang akan datang.

Maka ini bisa menjadi peluang terbaik Anda untuk membangun desa atau daerah Anda. Hanya tiga langkah yang Anda perlukan untuk bisa berbuat membalik arah pertumbuhan ekonomi dari hanya terpusat di kota, menjadi juga tumbuh di desa-desa.

Pertama identifikasi potensi yang ada di desa/daerah Anda, tanaman apa yang menjadi keunggulan daerah tersebut ? Adakah peluang untuk membesarkannya ?

Kedua bicara dengan pihak-pihak terkait di desa /daerah tersebut, adakah mereka siap untuk bekerja pada tingkat berikutnya ? bekerja dalam system dengan pengawasan independent dan dengan standar pelaporan yang baku dan transparan ? Kalau tidak ada, adakah orang dari daerah lain yang bersedia mengolah potensi yang ada ? kalau ndak ada juga bisa menunggu lulusan program AAP tersebut di atas.

Ketiga bicara dengan kami di team iGrow untuk tahap-tahapan implementasinya, mulai dari survey kesiapan lahan, kesiapan orang dan baru kemudian bicara tentang mekanisme aliran modal dari kota ke desanya. Setelah semuanya disepakati, maka komoditi yang Anda tanam di desa akan muncul di daftar tanaman seperti yang Anda sudah bisa lihat sekarang di iGrow.Asia.

Begitu orang-orang kota melihat ada peluang menanam sayur organic , padi, kacang tanah – hanya dengan klik iconnya masing-masing di iGrow (sekarang yang sudah ada baru  buah-buahan) – maka saat itu pulalah uang orang kota mulai mengalir ke desa dan untuk tinggal disana sampai waktu tertentu.

Bisa jadi Anda yang sejak lahir ada di kota, tidak merasa perlu untuk ikut menggerakkan ekonomi desa ini.  Meskipun lahir di desa, mayoritas usia saya juga saya habiskan di kota – jadi tadinya saya juga merasa tidak ada kepentingan langsung dengan ekonomi di desa ini.

Tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, saya melihat Potensi Krisis Tiga Penjuru  seperti yang saya tulis di tulisan sebelumnya  - mau tidak mau kita harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan anak- cucu kita dari menjadi korban kebijakan ekonomi kapitalisme ribawi yang tidak mensejahterakan mayoritas manusia kini apalagi nanti.

Lebih dari itu ada perintah langsung dari Allah ! ketika Al-Maududi dalam kitab Tafhim Al-Qur’an menjelaskan tafsir surat Al-Hasyr ayat 7 … supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” (QS 59:7), beliau menjelaskan bahwa inilah prinsip dasar kebijakan ekonomi dalam Islam.

Orang-orang kaya (mayoritasnya orang kota) tidak boleh memonopli perputaran  harta hanya pada mereka, system ekonomi tidak boleh membuat harta orang miskin sedemikian rupa tersedot mengalir ke orang-orang kaya kemudian hanya berputar di golongan yang kaya ini. System ekonomi tidak boleh membuat hanya yang kaya terus bertambah kaya sementara yang miskin justru bertambah miskin.

Maka bila kita sadari kini bahwa system yang ada baru menambah orang kaya yang semakin kaya dan orang miskin yang semakin miskin dan terus bertambah banyak, inilah saatnya kita membenarkan perintah di ayat tersebut di atas dan kemudian berbuat sesuatu untuk mengamalkannya – mulai dari yang kita bisa. InsyaAllah buah dari ketaatan ini akan selalu baik, untuk kehidupan kita kini dan nanti. Amin.

Badr Milestone

Senin, 13 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dalam tulisan saya “Ketika Usaha Harus Bermula Dari 3 F” saya menampilkan kurva “J” yang titik terendahnya adalah Death Valley – kuburan para pemula usaha – karena mayoritas usaha gagal di tahap ini.  Dengan konsep kapitalis murni yang hanya melihat usaha sebagai satu dimensi ekonomi – ketika gagal mereka selesai di Death Valley. Dengan furqon kita memang harus berbeda, usaha kita memang juga memperjuangkan keunggulan ekonomi tetapi bersamaan dengan itu juga harus bernilai sosial dan menyelamatkan kehidupan. 

Tanggul Laut Raksasa vs Pohon Kurma

Jum'at, 10 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 
 
Sebuah super mega proyek  diresmikan mulai pengerjaannya di Jakarta kemarin( 09/10/14) yaitu  tanggul laut raksasa di teluk Jakarta. Proyek yang akan menelan investasi Rp 951 trilyun atau setara lebih dari separuh APBN – P 2014 ini nampaknya juga disadari oleh pemerintah akan banyak menimbulkan efek samping, oleh karenanya pemerintah-pun membuka peluang untuk dikritisi. Saya sendiri tidak mau mengkritisinya karena ini bukan kompetensi saya, tetapi sekedar memberikan pemikiran alternative-nya dengan yang insyaAllah kita tahu ada dasarnya. 

Bertani Di Awan

Kamis, 9 Oktober 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Pada revolusi industri pertama (1700-an sampai pertengahan 1800-an) manusia berhasil meningkatkan produktifitas tenaga kerja secara berlipat-lipat dan sekitar 13 % penduduk dunia menjadi masyarakat industri.  Pada revolusi industri kedua (pertengahan 1800-an sampai akhir 1900-an) manusia berhasil melipatgandakan capital dan sekitar 16 % penduduk dunia menjadi masyarakat industri maju. Apa yang terjadi di revolusi industri ketiga dan dimana peluang kita ?