Blockchain : The Next 7 Years Race

Salah satu yang akan menjadi tipping point tahun 2025 – 7 tahun dari sekarang – yang muncul dari laporan World Economic Forum (WEF) adalah bahwa pada tahun tersebut 10 % GDP dunia diperkirakan akan tersimpan di dalam teknologi blockchain. Seperti pada sebuah perlombaan, posisi kita saat ini belum di depan – tetapi masih cukup waktu untuk mengejarnya.

Ibarat sebuah survey Pilkada, kalau pemilihan dilakukan saat ini siapa pemenang perlombaan tersebut sementara ini ? Chance terbesarnya ada di Amerika dimana Silicon Valley berada dan blockchain-based startups berjubel di sana. Disamping itu peraturan di sejumlah negara bagian negeri itu juga sangat memudahkan berkembangnya produk-produk berbasis blockchain.

Kedua mungkin Jepang, karena baru-baru ini Financial Service Authority-nya telah menyetujui belasan exchange operator di negeri itu untuk mulai beroperasi. Denmark dan Swedia di urutan berikutnya karena 80% transaksi pembayaran negeri itu sudah dilakukan secara elektronis dan bahkan capital gain atas cryptocurrency tidak dikenakan pajak.

Selain negara-negara besar ini, sejumlah negara kecil juga ikut berlomba di garis depan, diantaranya adalah Estonia yang sudah menyatakan dirinya sebagai blockchain nation. Juga United Arab Emirate yang bahkan sudah menetapkan target dua tahun lagi ( 2020) negeri itu akan dijalankan di atas system blockchain !

Lantas dimana posisi kita ? saya kawatir kita masih agak di belakang, masih ada apa yang disebut technology gap dalam hal blockchain ini. Para eksekutif pengambil keputusan di swasta maupun pemerintah, mereka adalah generasi-generasi saya yang belajar computer tahun 80-an masih dengan cobol dan basic – agak ketinggalan dalam perkembangan teknologi terbaru.

Sementara anak-anak muda yang cemerlang, dengan cepat familiar dengan teknologi terbaru sekalipun – namun baru amat sedikit yang berada di pucuk pimpinan, para pengambil keputusan. Mereka ini juga terlalu banyak terkonsentrasi di dunia digital, sementara yang menggarap sektor riil juga lebih sedikit lagi.

Padahal teknologi blockchain bukan hanya berpengaruh pada ekonomi digital, dia juga akan men-disrupt sektor riil, jasa dan utamanya industri keuangan. Bila internet adalah information exchange – yang memungkinkan orang bertukar informasi dari satu ujung dunia ke ujung lain secara realtime, blockchain yang dipertukarkan adalah value atau segala sesuatu yang bernilai.

Bila dengan system teknologi perbankan yang ada saat ini  masih butuh 2-3 hari untuk kita transfer dana dari dan ke luar negeri dan itupun butuh biaya yang sangat mahal, dengan teknologi blockchain yang ada saat inipun kita sudah bisa mentransfer dana dari dan ke luar negeri secara real time dan biaya yang amat sangat murah.

Maka nasib dunia perbankan – dalam hal fungsinya untuk transfer dana ini – akan segera mengikuti perusahaan telekomunikasi yang dahulu mengandalkan income-nya dari international call. Mereka harus segera mencari business model lainnya karena salah satu income stream-nya akan terganggu.

Di sisi lain, bagi yang bergegas mau belajar dan mengembangkan solusi blockchain bagi usahanya – maka mereka berpeluang unggul lebih dari yang lain. Seperti apa sih disruption yang akan ditimbulkan oleh teknologi blockchain ini terhadap sektor riil sesungguhnya ? Berikut adalah beberapa diantaranya.

Blockchain ketika mencapai tipping point-nya atau critical mass-nya pada tahun 2025, akan sangat membantu dalam meningkatkan financial inclusion – sebagaimana orang di seluruh dunia sekarang sudah menggenggam handphone, saat itu mereka siap bertransaksi realtime melalui handphone mereka.

Lho sekarang kan juga sudah bisa ? mentransfer dan menerima uang melalui handphone ? Blockchain bukan hanya masalah menerima atau mengirimkan uang, tetapi juga transfer kepemilikan atas sesuatu yang berharga. Dan exchange of value ini dilakukan melalui distributed ledgers – yang kebenarannya terconfirm di seluruh nodes yang ada di system blockchain itu.

Saat itu segala sesuatu yang berharga bisa diubah menjadi sesuatu yang liquid dan tradeable. Dalam ekonomi syariah misalnya, uang dalam Islam adalah emas, perak, gandum, kurma dan garam. Namun manusia saat ini tidak menggunakan fungible goods ini untuk uang karena kalah liquid dengan uang kertas.

Di era teknologi blockchain segala sesuatu yang fungible menjadi sangat mudah di tokenization menjadi store of value,  unit of account and medium of exchange yang sangat liquid. Bahkan lebih dari itu yang tidak fungible-pun bisa diubah menjadi tradeable yang liquid.

Jadi dengan teknologi blockchain memungkinkan Anda untuk memiliki investasi idaman yang memenuhi sejumlah kriteria semacam ini misalnya :

Blockchain For Property
Investasi yang seaman property (karena memang dia property) tetapi dia juga se-liquid cash karena dia juga ter-representasikan dalam bentuk token yang bisa dijual belikan setiap saat. Investasi yang meng-create value tetapi juga men-generate income, investasi yang memberi peluang sama bagi para investment maestro maupun para new bee.


Investasi dimana uang tidak boleh beranak uang karena dia riba, uang harus berputar dahulu menghasilkan kerja, barang maupun jasa baru kembali lagi ke uang dengan hasil yang lebih banyak. Investasi yang tidak harus membayar ongkos perantara baik itu berupa broker, bank dan lembaga keuangan lainnya – karena bisa dilakukan secara peers to peers tanpa membutuhkan adanya pihak ke tiga.

Dan yang lebih penting lagi dari teknologi blockchain ini adalah adanya apa yang disebut No Single Point of Failure, karena transaksi terdistributed dan terconfirmed oleh ribuan nodes yang terlibat. Ledger transaksi tidak tersimpan di dalam satu atau dua server, tetapi di ribuan nodes di seluruh dunia.

Sebelumnya saya sudah memberi contoh aplikasi blockchain di dunia pertanian dalam tulisan Blockchain Initiative For Agriculturemaka kali ini saya berikan salah satu contoh use case bila blockchain ini diterapkan untuk Industri Property.

Dengan teknologi ini misalnya, dunia property tidak lagi harus tergantung bank dalam pembiayaannya. Bisa dibuat kontrak yang murni bebas riba pada setiap tahapannya. Menggunakan akad istishna’ ketika dia berada di tahap konstruksi, kemudian menggunakan akad ijarah bila propertynya sudah ada atau bahkan dengan apa yang disebut IMBT – Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, sewa tetapi kemudian menjadi hak milik di akhir masa sewa yang disepakati.

Apa bedanya akad-akad tersebut ketika dijalankan dengan teknologi yang ada sekarang dengan teknologi blockchain ? Yang membedakannya adalah pada blockchain eksekusi akad-akad akan berjalan otomatis tanpa memerlukan kolektor apalagi debt collector, eksekusi juga bersifat real time sesuai dengan kondisi yang disepakati di depan dan dituangkan dalam smart contract.

Smart contract sendiri berbeda dengan kontrak pada umumnya yang sering multi tafsir – pihak yang paling tidak tahu bisa dirugikan karena tidak membaca fineprint – tulisan kecil-kecil di akad-akad keuangan. Dalam blockchain bisa dibuat smart contract sedemikian rupa sehingga pihak yang paling tidak tahu – yaitu investor public misalnya – mereka harus dibuat yang paling aman posisinya.

Risiko tentu masih ada, tetapi risiko ini bisa di-pick dan di kelola oleh yang lebih tahu dalam konteks usaha yang bersangkutan, atau bahkan dikelola oleh para professional di bidangnya seperti para manajer risiko, takaful/ta’awun dlsb.

Dalam smart contract kesepakatan para pihak disusun dalam logika computer, bila ini maka ini, jika dan hanya jika jatuh tempo waktunya pembayaran – maka pembayaran otomatis dieksekusi…dst. Program computer tidak mentafsirkan kontrak, dia hanya meng-eksekusi apa yang dirumuskan dan disepakati para pihak di awal.

Bagi Anda yang bergerak di dunia property dan tertarik untuk menggunakan teknologi blockchain ini, Ada dapat berdiskusi lebih lanjut dengan kami untuk aplikasinya di lapangan. Demikian pula yang bergerak di sektor lain yang melihat blockchain sebagai solusi, Anda juga dapat menghubungi kami.

Target Indonesia Startup Center adalah untuk mengajak bangsa ini ikut berlomba dengan negara-negara lain – agar kita berada di garis depan ketika teknologi ini matang dan digunakan di seluruh sektor kehidupan, selagi masih ada waktu 7 tahun sebelum tipping point itu terjadi – ketika air berubah menjadi uap dan memenuhi seisi ruangan. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar