Business Model Tahu

Rabu, 18 Maret 2015
Oleh: Muhaimin Iqbaltahu,
 
Dalam suatu ceramah saya mengutip perintah kepada para Rasul untuk makan makanan yang thoyyibaat (baik/murni) mendahului perintah untuk beramal shaleh (QS 23:51) , juragan tahu yang hadir pada majlis tersebut-pun angkat bicara. Menurutnya amat sangat sulit standard makanan thoyyibaat ini dicapai saat ini, mulai dari kedelainya yang hampir pasti kedelai impor yang GMO sampai prosesnya yang nyaris tidak mungkin tidak memakai pengawet dlsb. Padahal justru disinilah peluang itu hadir untuk yang bisa mengatasinya ! 


Ditengah standar industry yang menggunakan bahan baku yang sama dan proses yang relatif sama – hasilnya bisa diduga juga kurang lebih sama. Dari sinilah muncul istilah red ocean – laut yang berwarna merah bersimpah darah pertempuran memperebutkan pasar yang sama.

Entrepreneur yang kreatif akan mampu menemukan pasarnya sendiri sehingga pesaing-pesaingnya menjadi tidak lagi relevan karena dia berada di pasar yang berbeda – itulah yang disebut blue ocean – laut yang masih biru karena tidak ada pertempuran pasar yang berdarah-darah.

Bagaimana seorang entrepreneur menemukan bule ocean-nya itulah yang disebut business model. Business model sendiri adalah suatu seni yang sulit didefinisikan, tetapi akan mudah dipahami bila Anda melihatnya. Secara umum pengertiannya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan usaha Anda.

Saya ambilkan contoh untuk yang dihadapi oleh juragan tahu tersebut di atas. Dia akan amat sulit menemukan kedelai yang masih alami yang Non GMO bila untuk memproduksi tahunya dia mencari kedelai di pasaran yang ada.  Untuk memperoleh kedelai yang masih alami, dia harus mencarinya sampai ke sentra-sentra produksi kedelai lokal yang benihnya dari varietas yang jelas keasliannya.

Setelah memperoleh kedelai yang alami inipun dia tidak lagi bisa memproses tahunya di lokasi pabrik yang ada sekarang dan dengan proses yang selama ini dia lakukan. Lokasi pabrik-pabrik tahu selama ini mencari daerah pinggiran sungai yang mudah buang limbahnya, dan agak terisolir dari masyarakat sekitarnya karena limbahnya yang berbau kurang sedap.

Karena lokasinya yang demikian, tahu harus ditransportasikan lumayan jauh dari target pasarnya. Selama berada di pasar-pun tahu tidak langsung laku, padahal tahu dalam kondisi alaminya mudah rusak – maka dari sanalah mereka mengatasinya dengan berbagai jenis bahan pengawet.

Untuk mengatasi lokasi ini, agar pabrik tahu bisa hadir langsung di lokasi konsumen akhir – prosesnya harus dibenahi terlebih dahulu. Prosesnya harus bersih dan tidak ada limbah yang terbuang dan tidak ada bau yang kurang sedap. Dengan standard proses yang demikian, pabrik tahu akan bisa hadir langsung di pasar-pasar, di ruko, di commercial area-nya apartemen-apartemen, dan bahkan juga di mal-mal.

Bayangkan manfaatnya sekarang bila business model industri tahu bisa didandani dengan proses tersebut di atas, juragan tahu yang bisa mengimplementasikan strategi ini akan dapat menemukan blue ocean-nya. Dia tidak harus berdarah-darah bersaing dengan para pesaingnya selama ini – karena pasarnya memang berbeda.

Bagi konsumen ini juga sesuatu yang ditunggu-tunggu sebenarnya. Tahu yang selama ini adalah sumber protein paling terjangkau oleh mayoritas masyarakat kita, bisa hadir secara transparan, alami dan segar di depan mata kita. Bahkan proses pembuatannya dapat disaksikan langsung oleh konsumen sehingga mereka yakin, bahwa tahu dibuat dari bahan yang alami – hanya kedelai plus bumbu masak satu-satunya - bumbu masak terbaik menurut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu cuka !

Karena tahu juga bisa diproses dengan sangat cepat – konsumen bisa memperoleh tahu yang benar-benar segar. Jadi juragan tahu hanya perlu memproduksi yang sudah jelas akan dibeli konsumen di lokasi produksi – tidak lagi perlu bahan pengawet apapun.

Tetapi kan juragan tahu tidak akan sempat berpikir sejauh kesana ? memikirkan mencari kedelai sendiri sampai ke sentra-sentra produksi, merancang proses sendiri dlsb. Itulah gunanya ecosystem industry yang dibangun bersama oleh para pelaku yang saling membutuhkannya.

Ecosystem industry dari tahu tersebutlah yang menghadirkan banyak peluang baik dari kalangan pelaku industry tahu sendiri maupun masyarakat awam seperti kita-kita.

InsyaAllah tidak terlalu lama lagi Anda akan bisa terlibat ikut mensponsori penanaman kedelainya misalnya, saat ini penanaman benih sedang kami lakukan – pada waktunya memasuki tahap produksi akan terbuka untuk sponsorship melalui system iGrow.

Saat inipun kalau mau Anda sudah bisa ancang-ancang untuk membuka pabrik tahu proses bersih di lingkuangan Anda masing-masing, contoh unit-unit pengolahnya serta pelatihannya insyaAllah sudah bisa dilakukan di Startup Center.

Lebih dari itu produk-produk turunannya menjadi tidak terbatas. Bila selama ini di pusat-pusat keramaian kita diserbu berbagai macam makanan dari luar dalam bentuk roti, donat, kentang goreng, burger dlsb. mengapa tidak – pada waktunya nanti – outlet-outlet tahu siap saji hadir di pusat-pusat keramaian- mal-mal dlsb. tidak terbatas di Indonesia tetapi juga giliran kita membanjiri dunia dengan tahu dan tempe !

Dunia sekarang sedang mengidolakan sumber-sumber protein nabati  yang alami untuk mengurangi ketergantungan pada sumber protein hewani yang jauh lebih mahal ongkos produksinya. Dan saya menjagokan tahu dan tempe untuk mampu bersaing dengan makanan-makanan canggih dari luar yang sekarang sedang mereka gagas – yang disebut Food 2.0 .

Syaratnya itu tadi, kita harus bisa membuat business model yang efektif untuk tujuan tersebut dan membangun ecosystem industry-nya ecara lengkap. Inilah peluang untuk kita semua, Anda yang tertarik bisa bergabung di Startup Center untuk ini. InsyaAllah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar