Obat Galau To The Max : Ini Baik, Ini Baik, Ini Baik…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Rabu, 16 Mei 2012

Berbagai upaya orang untuk mengungkapkan kegalauan dalam segala hal sampai sekarang muncul istilah gaul yang popular Galau To The Max – mungkin maksudnya adalah bener-bener galau, atau amat sangat galau (?).  Maka saya ingin berbagi obat yang saya yakini bisa mengobati segala macam kegalauan itu – apapun bentuk kegalauan Anda, ada satu obat untuk semuanya. Untuk memudahkan Anda memahami cara kerja obat ini, cerita berikut barangkali bisa membantu.


Alkisah ada seorang raja di Afrika berteman akrab dengan orang pandai nan bijak. Temannya ini punya kelatahan yang tidak biasa, yaitu melihat kejadian apa saja – yang keluar dari mulutnya selalu ucapan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’. Dia sendiri tidak selalu bisa menjelaskan mengapa sesuatu itu dikatakannya ‘ini baik, ini baik, ini baik’ , tetapi hanya keyakinan di hati dialah yang secara reflek spontan selalu memunculkan ucapan tersebut.

Suatu hari sang raja mengajaknya berburu, temannya tersebut seperti biasa selalu melayani sang raja sebaik mungkin. Tetapi entah karena gugub atau lagi nggak konsen hari itu, dia salah menyetel senapan sang raja. Ketika sang raja dengan serius membidik hewan buruannya dan ….dor !, peluru tidak keluar dari laras senapan. Senapan meledak berkeping-keping di tangan sang raja dan beberapa jari sang raja-pun menjadi korban.

Melihat darah mengurur dari tangan sang raja, temannya yang latah tadi langsung berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik !’. Raja berang bukan kepalang kepada temannya ini, pertama karena dia kesakitan kehilangan jari-jarinya, kedua karena menuduh temannya ini punya niat jahat terhadap dirinya. Buktinya dia merasa senang dan mengucapkan  ‘ini baik, ini baik, ini baik !’ ketika melihat tangan raja berlumuran darah.

Setelah di interogasi oleh pengawal sang raja, teman raja tersebut tetap tidak bisa menjelaskan apa maksud ucapan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’ ketika melihat tangan raja berlumuran darah, maka dia diberi hukuman maksimal oleh kerajaan. Hanya karena dia teman raja sendiri, dia tidak dihukum mati – tetapi hanya dipenjara seumur hidup.

Tahun berganti tahun, raja tidak lagi bisa percaya pada orang lain untuk menjadi teman dekatnya – karena yang dahulu pernah ada-pun ‘diduga’ punya niat jahat untuk berkhianat. Maka raja selalu sendirian ketika melampiaskan hobinya berburu, pengawal kerajaan hanya mengikutinya dari jauh.

Suatu hari dia terlalu jauh terpisah dari para pengawalnya dan memasuki daerah berbahaya, di mana di daerah tersebut tinggal kaum  kanibalis – pemangsa manusia. Raja tertangkap dan karena dia raja – badannya mulus, gemuk, bersih – menjadi calon santapan ideal bagi kaum kanibalis itu.

Sambil diikat sang raja, kaum tersebut mengumpulkan warganya dan siap-siap untuk membakar sang raja – seperti kita membakar kambing guling !. Setelah warga berkumpul, bara api-pun sudah membara  - mereka mempersiapkan sang raja untuk mulai dibakar.

Dilepaskan seluruh pakaian kebesarannya dan diperhatikannya satu per satu anggota badannya. Panitia yang ditugasi untuk membakar sang raja-pun kaget, ternyata tangkapannya hari itu tidak memiliki jari-jari yang lengkap. Padahal kaum kanibalis tersebut memiliki pantangan, yaitu apapun yang menjadi santapannya – termasuk manusia – harus memiliki anggota badan yang lengkap.

Maka dilepaskannya kembali sang raja ke hutan, dan raja selamat pulang sampai ke kerajaannya. Yang dilakukannya pertama kali ketika sampai kerajaan adalah mengunjungi temannya yang sudah dipenjarakannya bertahun-tahun karena kesalahannya menghilangkan jari-jarinya dan karena dia dianggap berkhianat dengan ucapannya ‘ini baik, ini baik, ini baik ’ ketika raja kehilangan jari-jarinya.

Setelah menceritakan semua yang dialaminya ke teman tersebut, raja-pun minta maaf karena telah memenjarakannya bertahun-tahun. Meskipun bertahun-tahun tersiksa dalam penjara, temannya ini tidak kehilangan latahnya yaitu selalu berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik’.

Berkali-kali raja mengucapkan permintaan maafnya, berkali-kali pula temannya manggut-manggut sambil berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik….’. Penasaranlah sang raja dengan ucapan-ucapan tersebut. Bertanya sang raja “kamu banyak berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ pasti karena kamu tahu akan aku keluarkan dari penjara kan ?”.

Temannya kali ini bisa menjelaskan ucapan latahnya dengan baik : Tidak paduka, yang aku ucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik’ bukan karena aku akan engkau keluarkan dari penjara ini, tetapi justru aku ucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik’ karena telah begitu lama aku engkau penjarakan di sini !.

Semakin penasaran sang raja dengan pandangan yang aneh dari temannya ini, dia bertanya lagibagaimana kamu bisa memandang baik pada kondisimu di dalam penjara bertahun-tahun ?”.

Temannya berusaha menjelaskan Begini paduka, bila aku dahulu tidak berbuat kesalahan, jari-jari paduka akan tetap utuh, akupun tetap menjadi teman berburu paduka. Maka ketika kaum kanibal tersebut menemukan kita berdua – dan semua anggota tubuh kita lengkap – kita berdua pasti menjadi santapan mereka semua ! ”.

Raja merasa baru belajar arti kata ‘ini baik, ini baik, ini baik’ dari temannya yang bijak tersebut. Raja-pun ikut-ikutan latah, yang keluar dari mulutnya adalah ‘ini baik, ini baik, ini baik’. Dia menjadi raja yang sangat baik yang bisa melihat seluruh permasalahan yang ada di negerinya dengan kebaikan yang bisa diambil atau dibangun dari setiap permasalahan yang ada.

Bayangkan kalau penyakit ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ tersebut menular pada diri Anda, Anda tidak akan pernah galau – apalagi galai to the max !. Ada sisi baik dari apapun permasalahan yang Anda punya, barangkali Anda belum tahu saja sisi kebaikan tersebut saat ini.

Dalam Islam, sikap untuk selalu ber prasangka baik pada Allah (BiyadiKa Al-Khair…, ditanganMu-lah segala kebaikan) akan mendatangkan rezeki yang tanpa perhitungan (QS 3 : 26-27).

Jadi apapun yang menjadi sebab kegalauan Anda - kegalauan to the max sekalipun, obatnya hanya satu yaitu beriman kepada Allah dan terus berprasangka baik padaNya. Ini baik, ini baik, ini baik….InsyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar