‘Baju Baru’ Sang Raja…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Jum'at, 1 Juni 2012

Dalam suatu kisah ada raja yang sangat disegani oleh rakyatnya. Apapun yang disabdakan raja - atau para pembantunya, rakyat harus percaya. Suatu hari raja membeli ‘baju baru’ dari tukang jahit kebanggaannya, konon hanya rakyat yang bodoh dan tidak taat yang tidak bisa melihat baju baru sang raja tersebut. Rakyatnya yang pinter dan taat harus bisa melihat dan mengagumi baju baru sang raja. Maka raja-pun keliling negeri mengenakan ‘baju-baru’nya untuk melihat kepandaian dan ketaatan rakyatnya.


Maka sepanjang jalan yang dilaluinya, rakyat memenuhi jalan sambil berdecak kagum atas keanggunan ‘baju baru’ sang raja. Namun ada saja anak-anak kecil yang polos yang tidak termakan oleh kebohongan kerajaan dan tidak ada beban ketakutan untuk menyatakan kebenaran. Anak-anak kecil ini begitu melihat rajanya lewat berteriak ‘raja telanjang- raja telanjang’, mereka tidak bisa melihat ‘baju baru’ sang raja karena memang raja tidak memakai apa-apa alias telanjang.

Rakyat yang berdecak kagum sepanjang jalan adalah sebagian karena takut dianggap bodoh dan tidak taat, sebagian saking percayanya dengan kebohongan yang dikarang – seolah bener-bener bisa melihat ‘baju baru’ sang raja.

Dalam hidup kita banyak sekali melihat ‘baju baru’ sang raja ini. Sebagian karena kita tidak ingin dianggap aneh, takut dianggap tidak taat (pada siapapun), tidak percaya pimpinan, takut dianggap membelot, atau saking percayanya dengan kebohongan – sehingga menganggap kebohongan tersebut adalah kenyataan, karena memang tidak bisa lagi melihat kebenaran.

Dalam dunia politik, sebagian besar kita tetap memilih eksekutif maupun anggota legislatif yang jelas-jelas tidak melaksanakan tugasnya. Hadir sidang-pun mereka tidak, bagaimana mereka memperjuangkan hak rakyat ?. Dengan berbagai banyak kasus yang menyakiti hati rakyat-pun kita tetap harus memilih mereka dan tetap memanggil mereka ‘yang terhormat’ ?.

Dalam dunia ekonomi kita tetap mengaggap ekonomi liberal yang ada sekarang lah yang terbaik yang harus diikuti, kita tidak melihat realita bahwa bangsa yang besar ini hanya dijadikan pasar yang empuk dari produsen-produsen raksasa dunia. Kita tidak melihat betapa banyak warung-warung tradisional yang harus gulung tikar dengan hadirnya konglomerasi jaringan retail yang sampai menjangkau kota-kota kecil di seluruh negeri.

Meskipun fakta bahwa 9 dari 10 pensiunan tidak siap secara ekonomi, mayoritas kita tetap berusaha mencari kerja karena mengganggap dengan bekerja sampai pensiun itulah jalan untuk bisa memperoleh jaminan hari tua. Kita tidak bisa melihat realita bahwa pensiunan dari jenis pekerjaan apapun – sangat-sangat sedikit yang bisa mempertahankan kwalitas kesejahteraannya setelah pension.

Kemampuan atau keberanian untuk melihat ‘baju baru’ yang sesungguhnya dari sang raja inilah yang akan bisa membuat perubahan. Para pemimpin eksekutif atau legislatif akan serius dengan amanahnya bila rakyat secara terus menerus ‘meneriaki’ mereka atas kelaliannya mengemban amanah, dan tidak lagi memilih mereka dan partainya – bila mereka terbukti pernah melalikan amanahnya. Kapitalisme tidak akan merebut ekonomi rakyat bila rakyat bersatu menentangnya dan para pejabat tidak tergiur untuk berpihak pada mereka.

Para pegawai akan berusaha keras untuk keluar dari tempat kerjanya dan berusaha secepatnya bisa bekerja mandiri atau berwirausaha bila dia sadar bahwa menunggu masa pensiun tidak menjamin kesejahteraannya di hari tua. Untuk yang terakhir ini, sesungguhnya masalah pengangguran di Indonesia bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan bila para pegawai didorong untuk secepatnya keluar dan bisa mandiri.

Pertama posisinya yang lowong bisa segera diisi oleh tenaga-tenaga baru yang masih fresh, dan ketika mereka berhasil membangun usahanya sendiri – bukan hanya lapangan kerja untuk dirinya yang tercipta tetapi juga lapangan kerja bagi orang-orang lain.

Masalah lebih mudah diatasi bila kita berbuat atas dasar fakta dan bukan semata atas dasar cerita. Perubahan akan terjadi bila kita bisa melihat ‘baju baru’ yang sesungguhnya yang dipakai sang raja. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar