Penyakit Menular Bernama Kekecewaan dan Kemarahan…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Kamis, 28 Juni 2012

Pada suatu hari, pagi-pagi sekali saya berangkat ke lapangan terbang untuk mengejar pesawat pertama agar sampai   sekitar jam 8 pagi di kota tujuan. Tetapi menjelang pesawat mendarat, sang pilot memutuskan untuk tidak mendarat di lapangan terbang yang seharusnya. Dia memilih mendaratkan pesawatnya di kota lain, kemudian dengan bus seluruh penumpang diantar ke kota tujuan semula yang memerlukan waktu perjalanan darat 4-5 jam. Dalam bus yang masing-masing berisi sekitar 50 orang, hampir semuanya berkeluh-kesah, memaki perusahaan penerbangannya dlsb., hampir semua penumpang di semua bus pagi itu terjangkit penyakit menular berupa kekecewaan dan kemarahan yang tumplek bleg menjadi satu.


Mengapa ini terjadi ?, karena seluruh penumpang pesawat tersebut mempunyai harapan yang sama yaitu sampai tempat tujuan pada waktunya. Ketika harapan ini tidak terpenuhi – tertunda beberapa jam, yang terjadi adalah kekecewaan dan kemarahan.

Ketika penyakit kekecewaan dan kemarahan ini mewabah dengan cepat ke seluruh penumpang, tidak ada lagi yang tetap berpikiran sehat – misalnya mengappresiasi tindakan yang dilakukan oleh sang pilot yang berusaha menyelamatkan penerbangan pagi itu.

Dalam berbangsa dan bernegara, kita adalah sekumpulan penumpang pesawat tersebut. Begitu banyak orang yang kecewa atau marah karena harapannya tidak tercapai. Dahulu kita berharap setelah reformasi, harusnya kita jadi lebih makmur, korupsi berkurang, rakyat hidup lebih aman dan tenteram dlsb. dlsb.

Tetapi ternyata ‘pesawat’ reformasi ini mendarat di ‘kota yang lain’ , yang akan memerlukan ‘perjalanan darat berjam-jam lagi’ untuk sampai kota tujuan semula – sementara ini kita masih mendarat di kota lain yang  jauh dari tujuan semula. ‘Kota lain’ yang bukan tujuan awal inilah kota yang dipenuhi oleh korupsi, kejahatan dan kemiskinan yang bahkan lebih parah dari periode sebelumnya.

Lantas bagaimana sikap kita agar tidak ikut terjangkit penyakit menular berupa kekecewaan dan kemarahan tersebut ?. Waktu itu saya memutuskan untuk turun dari bus, saya naik taksi saja. Dengan demikian saya bisa menentukan rute perjalanan saya sendiri, sampai tujuan lebih cepat dan tidak tertular dengan wabah yang ada, satu bus penuh dengan orang yang menggerundel.

Maka mungkin ini pulalah salah satu yang bisa dilakukan oleh rakyat di negeri ini, berhenti berharap pada pemerintah baik yang di pusat maupun yang di daerah, baik yang di eksekutif maupun yang legislatif. Kemakmuran tidak datang dari mereka, keamananpun bukan semata hasil kerja mereka.

Kemakmuran dan keberkahan akan datang bila masyarakat beriman dan bertakwa (QS 7 :96) . Untuk terpenuhinya kebutuhan pokok dan rasa aman, yang diperlukan adalah kerja keras sambil terus menyembah hanya kepadaNya (QS 106 : 1-4).  Untuk bisa beriman, bertakwa dan menyembah hanya kepadaNya – kita tidak harus menunggu siapa yang menjadi pemimpin dan wakil rakyat dari negeri yang sudah ditaburi dengan rejeki nan gemah ripah loh jinawi ini.

Dengan berhenti berharap kepada sesama manusia, dan hanya berharap kepadaNya –insyaallah kita akan bisa terbebas dari penyakit menular seperti kekecewaan dan kemarahan – yang sangat mudah menjalar di masyarakat ini. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar