The New Economy : Dimana Peluang Kita…?

Cooperative
Ketika  internet mulai digunakan masyarakat awam akhir tahun 80-an, seorang professor dari MIT  Tom Malone menulis serangkaian papers yang intinya memprediksi bagaimana dunia internet ini akan merubah wajah perekonomian dunia. Ia memprediksikan bahwa perusahaan-perusahaan terbesar dunia abad 20-an akan mengalami proses yang dia sebutdecentralize and externalize menjadi sebuah ekosistem industri.


Bayangkan  kalau perusahaan raksasa seperti AT & T tidak hanya pecah menjadi dua atau tiga tetapi menjadi ribuan perusahaan yang berbeda, maka disagregasi radikal sukarela ini akan menjadi alternatif yang menarik ……..”  kata Tom Malone dalam saah satu wawancaranya dengan majalah teknologi Wired.

Belasan tahun kemudian ternyata prediksi Tom tidak terwujud. AT & T tidak pecah menjadi ribuan perusahaan kecil, AT & T tetap menjadi perusahaan yang bahkan semakin besar. Demikian pula perusahaan –perusahan raksasa dunia lainnya seperti Goldman Sachs, General Electric,  Wal-Mart dan ratusan raksasa lainnya tumbuh rata-rata menjadi tiga kali lebih besar selama decade terakhir.

Namun prediksi Tom Malone ternyata juga tidak terlalu salah, terutama sejak September tahun lalu sejak raksasa-raksasa keuangan dunia mulai runtuh yang kemudian juga diikuti oleh runtuhnya raksasa lain dari industri otomotif dlsb.

Krisis finansial global yang sampai saat ini juga belum bisa dikatakan telah pulih, bukan hanya  suatu siklus yang berulang – tetapi juga menjadi permulaan dari era baru dalam pereknonomian global. Era baru ini ditandai dengan lahirnya ribuanstartups atau perusahaan pemula, semakin sedikitnya jumlah perusahaan raksasa, dan tidak terbatasnya peluang baru yang kini bermunculan.

Dalam bidang keuangan misalnya, kini telah terbukti tidak benar anggapan masyarakat dunia selama ini bahwa perusahaan-perusahaan raksasa keuangan tersebutlah yang lebih aman dan lebih tahan terhadap krisis.Krisis justru bermula dari runtuhnya raksasa-raksasa yang dahulu dengan sombongnya menyatakan dirinya too big to fail.

Lantas apakah perusahaan atau lembaga keuangan kecil menjadi lebih aman ?, belum tentu juga bila dia berjalan sendirian. Perusahan-perusahaan termasuk juga lembaga keuangan kecil baru akan lebih aman dan lebih memungkinkan untuk survive bila dia menjadi bagian dari apa yang oleh Tom Malone disebut ekosistem industri.

Setiap perusahaan (bisa jadi baru dan kecil, termasuk juga usaha perorangan) yang dapat bergerak cepat merespons perubahan, bersinergi dengan perusahaan-perusahaan lain secara simbiosis mutualisme – maka mereka secara bersama-sama akan menjadi perusahaan yang survive melalui krisis ini dan akan menjadi bagian dari the new economy.

Dalam bayangan saya, koperasi atau BMT adalah awal yang baik untuk memulai meng-create ekosistem industri ini di lingkungan kita. Melalui BMT bisa kita akumulasikan modal dari lingkuangan dimana BMT berada, bisa lingkungan kantor, perumahan, masjid dlsb.

Kapital yang terkumpul di BMT dapat dimanfaatkan oleh para anggotanya dengan cara yang jauh lebih ekonomis dan cepat karena prinsip dasar koperasi dari anggota untuk anggota.

Karena berupa koperasi, BMT juga dapat memiliki kegiatan lain – misalnya memasarkan produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh para anggotanya. Saling mengkonsumsi produk barang dan jasa dari anggota lain inilah yang akan menjadi keuntungan atau daya tarik tersendiri bagi para anggota.

Kemudian antar BMT yang satu dengan yang lain juga menjalin kerjasama sejenis sehingga terbentuk jaringan ribuan BMT di seluruh Indonesia – yang bukan hanya menjadi jaringan kapital raksasa (dari ribuan BMT) – tetapi juga jaringan pasar dan jaringan sumber daya.

Anda akan mudah berkreasi apa saja bila akses kapital, akses pasar dan akses sumberdaya-nya Anda miliki. Tiga akses yang dahulu hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan raksasa ini, kini bisa menjadi milik kita bila kita mau menjadi bagian dari ekosistem industri yang kita ciptakan bersama. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar