Muamalah Jama’i : Melipat Gandakan Peluang Keberhasilan…


Mumalah Jama'i
Seperti juga dengan sholat fardhu bagi seorang muslim laki-laki yang sangat-sangat dianjurkan untuk selalu berjamaah di masjid; dalam kehidupan sehari-hari-pun kita dianjurkan untuk selalu berjamaah. Anjuran berjamaah ini berlaku secara umum baik ketika kita bepergian, ketika berjuang di jalan Allah dan termasuk juga ketika kita bermuamalah.


Banyak sekali pelajaran dan manfaat yang bisa diambil dari ajaran berjamaah ini; antara lain hak yang sama antara satu jamaah dengan jamaah lainnya. Dalam sholat siapapun yang datang dahulu, dia berhak atas shaf paling depan. Imam yang batal harus tahu diri, segera mundur untuk digantikan oleh jemaah yang ada di belakangnya. Dan yang sangat penting dari ini semua adalah tingkat keberhasilan (seperti pahala dalam sholat), menjadi berlipat ganda dengan cara hidup berjamaah ini.

Sekarang tantangannya tinggal bagaimana kita bisa meng-aplikasi-kan nilai-nilai dari ajaran untuk berjamaah ini kedalam kehidupan muamalah kita sehari –hari. Konsep Direct1st® adalah model muamalah jama’i yang kami kembangkan sebagai salah satu  solusi ekonomi umat di era teknologi ini. Model yang insyaallah segera kami uji cobakan sebagai ‘kolam renang-nya’ para peserta Pesantren Wirausaha untuk belajar berenang ini, nantinya bukan hanya bisa dimanfaatkan oleh peserta atau lulusan Pesantren Wirausaha – tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk muamalah umat secara umum.

Bagaimana kita bisa yakin, bermuamalah secara jama’i yang dikelola secara sistematis berbasis IT nan modern ini insyaallah akan membantu melipat gandakan peluang keberhasilan usaha Anda ?, perhatikan ilustrasi cara kerja system ini diatas.

Ketika Anda berusaha sendiri dengan membuat satu produk A misalnya; Anda hanya memiliki peluang satu produk tersebut untuk dijual; Anda juga hanya memiliki satu peluang untuk menjualnya seorang diri – maka seberapa keraspun Anda berusaha untuk memproduksi dan menjual produk A Anda – peluang Anda untuk gagal bisa jadi sangat besar. Kegagalan ini bisa karena produknya yang gagal,  atau produknya baik tetapi Anda sendiri yang gagal menjualnya.
Coba perhatikan kalau kita hidup berjamaah dengan 3 orang saja sebagai contoh. Tiga orang ini saya sebut saja sebagai Productivity Agent (PA), jadi ada PA 1, PA 2 dan PA 3. PA 1 hanya bisa mengenalkan 1 produk, PA 2 dan PA 3 masing-masing bisa mengenalkan 2 produk untuk dipasarkan secara jama’i oleh ketiganya. Secara berjam’i ketiga PA ini kini telah memiliki 5 produk untuk dijual bersam-sama.

Asumsikan tidak semua produk berhasil dijual, Produk 1 dari PA 1 gagal misalnya; maka PA 1 tetap bisa menjual 4 produk lainnya. Kecil sekali kemungkinannya PA1 tidak bisa menjual sama sekali 4 produk bagus yang di introduced oleh dua PA lainnya.

Skenario lain, PA 2 berhasil membuat dua produk yang bagus-bagus yaitu Product 2 dan Product 3 – namun PA 2 sendiri bukanlah marketer yang baik sehingga tidak bisa menjual produknya sendiri; maka kecil sekali kemungkinannya dua PA yang lain - yang mempunyai keahlian menjual tetapi bisa jadi tidak berhasil membuat produk yang bagus – untuk tidak bisa menjualkan produk-produk dari PA 2 ini.

Secara bersama-sama 3 orang PA ini menjadi sukses karena yang gagal membuat produk tetap dapat menjual produk dari dua PA lainnya, dan yang berhasil membuat produk tetapi  gagal menjual produknya dibantu menjualkan produknya oleh kedua PA lainnya.

Jadi hanya dengan 3 orang PA yang bermuamalah secara jama’i saja, secara logis kita dapat meningkatkan keberhasilan mumalah kita dengan berlipat ganda – apa lagi kalau jamaah muamalah ini diikuti oleh sepuluh orang, seratus orang, seribu orang, sejuta orang dst.dst.

Dalam sholat fardhu lima waktu kita dianjurkan berjamaah dengan berapapun jumlahnya di masjid-masjid atau mushola; kemudian seminggu sekali kita harus berjamaah dalam skala yang lebih besar yaitu sholat jum’at dengan minimum 40 orang; kemudian setahun dua kali kita dianjurkan untuk sholat di lapangan dengan jumlah orang yang lebih banyak lagi yaitu sholat Iedul Fitri dan sholat Iedul Adha. Seumur hidup sekali kita diwajibkan (bagi yang mampu) berjamaah secara global dengan jutaan muslim lainnya yaitu ketika kita berhaji ke tanah suci.

Dari sini kita bisa bayangkan, melawan kapitalisme ribawi global yang begitu besar kekuatannya – tidak bisa lain selain dengan cara kita sendiri, yaitu mulai bermuamalah secara jama’i. Mulainya dari beberapa orang diantara kita, kemudian membesar dalam lingkungan yang lebih luas, lebih luas dan seterusnya.

Bila dalam perang Allah menyukai barisan yang teratur, maka insyallah dalam ‘perang’ dibidang muamalah-pun demikian; kalau Allah menyukai apa yang kita lakukan dengan berjama’ah ini – maka inilah insyallah yang sesungguhnya akan melipat gandakan peluang keberhasilan usaha kita; Amin.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS 61 : 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar