- Jum'at, 14 Agustus 2009
- Oleh : Muhaimin Iqbal
“Allhummaj’al khaira ‘umry aakhirahu wa khaira ‘amaly khawaatimahu wa khaira ayyaami yauma alqooka fiih”, “Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari umurku adalah akhirnya, dan yang terbaik dari amal perbuatanku adalah penutupnya, dan yang terbaik dari hariku adalah hari ketika aku bertemu denganMu.”
Do’a tersebut adalah bagian dari do’a Qatamal Qur’an yang sering tercetak di halaman akhir beberapa cetakan Al-Qur’an. Do’a inilah yang dulu mengilhami saya untuk mempercepat pensiun saya dari pekerjaan bergengsi sebelumnya.
Pada puncak karir saya sebagai eksekutif perusahaan raksasa pada pertengahan usia 30-an; saat itu saya sering berpikir apa yang akan saya lakukan bila kelak pensiun. Pekerjaan saya saat itu terlalu delicate dan bahkan kadang stress-full , pekerjaan seperti ini tidak cocok untuk ditekuni sampai usia pensiun.
Sementara untuk pensiun tanpa melakukan sesuatu yang berarti, bertentangan dengan ajaran Islam yang tersirat dari do’a tersebut diatas. Idealnya amal kita harus terus membaik dan puncaknya pada saat kita dipanggil olehNya – saat itulah puncak amal terbaik kita tercapai.
Dengan kesadaran ini, maka ketakutan akan datangnya masa pensiun (pada saat Anda berada di puncak karir – ketakutan semacam ini sangat mungkin terjadi) saya lawan justru dengan menyongsong pensiun lebih cepat. Waktu itu saya mencanangkan pensiun dari pekerjaan eksekutif pada usia 40 tahun.
Pas pada saat usia mencapai 40, saya bertekat untuk bener-bener berhenti – maka saya ajukan-lah surat pengunduran diri saya saat. Muluskah ? ternyata tidak. Pemegang saham saya mem-persuade saya untuk bertahan sampai 3 tahun periode berikutnya.
Pas usia 43 bersamaan dengan berakhirnya satu periode direksi, saya berhasil untuk memutuskan tidak mau diangkat kembali. Sampai disini muluskah ? ternyata belum juga. Karena ada pemegang saham dari perusahaan lain, yang dahulunya di awal karir saya dibesarkan di perusahaan ini – mengajak saya untuk kembali membangun perusahaan ini – maka tergodalah saya untuk kembali bekerja sebagai eksekutif di perusahaan tersebut.
Tanpa terasa waktu terus berlalu, usia sudah mencapai 45 tahun – cukup tua untuk memulai usaha baru – namun tidak ada istilah terlambat kalau saya tidak menunda-nunda lagi. Maka saat itulah saya bulatkan tekad untuk bener-bener pensiun dari pekerjaan eksekutif – meskipun belum waktunya terms direksi saya habis saat itu.
Alhamdulillah saya tidak merasa ada yang kurang dalam menjalani masa ‘pensiun’ yang tanpa terasa kini sudah berjalan hampir satu setengah tahun. Dilain pihak saya juga bersyukur bisa lebih meng-align-kan apa yang saya kerjakan dengan isi pesan dari do’a tersebut diatas.
Perasaan nyaman untuk pensiun lebih cepat ini, belakangan juga di endors oleh ulama yang sangat saya kagumi ide-idenya yang atas skenario Allah saya mendapatkan nasihatnya dalam salah satu perjalanan ke Damaskus.
Ulama ini mengambil dari suatu hadist yang menceritakan suatu saat Rasulullah SAW berada di masjid cukup lama; selesai sholat sunat beliau menjumpai salah seorang sahabat yang tetap bertahan di Masjid sementara yang lain sudah pergi melakukan perjalanan fi sabilillah. Rasulullah bertanya kepada sahabat ini, mengapa engkau masih di masjid ini – sementara saudaramu sudah jauh menginggalkanmu ?. Sahabat ini menjawab, saya masih ingin berlama-lama bersama Rasulullah di masjid ini.
Maka Rasulullah memerintahkan sahabat ini untuk segera pergi menyusul perjalanan sahabat –sahabat yang lain; sambil mengingatkan bahwa terlambat setengah hari saja dari perjalanan fi sabilillah ini, sama dengan terlambat 500 tahun pahala !.
Kemudian si ulama yang saya jumpai ini menjelaskan secara matematis; sehari waktu di akhirat adalah 1000 tahun waktu kita di dunia, jadi setengah harinya sama dengan 500 tahun !.
Saya ceritakan disini pengalaman ini untuk mensemangati temen-temen saya yang saat ini pada berada di puncak karir dan takut pensiun. Bila Anda rasa pekerjaan Anda sekarang ini tidak sejalan dengan misi hidup Anda, mengapa juga berlama-lama…?; lha wong berlama-lama bersama Rasulullah saja, beliau kurang senang karena banyaknya pekerjaan fisabilillah yang perlu segera dilaksanakan…
Jadi untuk urusan pensiun ini, khususnya pensiun dari pekerjaan yang tidak sejalan dengan misi kita hidup ke pekerjaan yang lebih sesuai…berlaku juga slogan..”Lebih Cepat Lebih Baik”…Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar