Buah Ciplukan Sebesar Terong, Mungkinkah...?

Oleh: Muhaimin Iqbal
Ahad, 15 April 2012

Waktu kecil di desa dahulu kami sering berburu buah liar yang tumbuh di tegalan atau sawah. Buah yang paling enak adalah buah ciplukan, tetapi buah ini sangatlah kecil – sehingga kami suka membayangkan alangkah indahnya kalau saja suatu saat ada buah ciplukan yang sebesar terong !. Sekitar 40 tahun kemudian, dalam sebuah perjalanan balik dari Thailand – di pesawat dibagikan  buah ciplukan yang besarnya sekitar 3 kali dari ciplukan liar yang dulu pernah kami makan, rasanya masih seperti yang dahulu tetapi ukurannya jauh lebih besar. Saya langsung membayangkan barangkali inilah perjalanan ciplukan menuju sebesar terong itu,  mungkin !.

Ketika Orang Arab Nenanam Padi Di Afrika…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Kamis, 12 April 2012

Sekitar tiga tahun lalu, Direktur Jendral International Rice Research Institute (IRRI) Dr. Robert S. Zeigler dengan antusias terbang ke Arab Saudi menemui para pemimpin negeri itu. Masalah serius yang sedang mereka bicarakan adalah masa depan kecukupan pangan negeri kerajaan tersebut. Sebagai seorang peneliti tanaman yang menekuni bidangnya lebih dari 30 tahun, Dr. Zeigler sangat berharap negeri kaya minyak tersebut bersedia menggelontorkan uangnya untuk penelitian tanaman pangan – yang diharapkan bisa menghasilkan terobosan dalam hal kecukupan bangan bagi seluruh penduduk bumi.

Biaya Kesehatan Yang (Bisa) Membawa Kebangkrutan…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Rabu, 11 April 2012

Ada dialog menarik di depan kasir sebuah rumah sakit kecil di Jawa Timur, ketika 16 tahun lalu saya membayar biaya operasi penggantian tulang pinggul ibu saya yang retak. Begitu mahalnya harga sebuah tulang pinggul palsu Made in Germany ini, sehingga untuk menghitung uangnya yang harus dibayar tunai perlu waktu cukup lama. Sampai-sampai orang yang antri di belakang saya bertanya ke saya kangge mbayar sak monten niku kedah dodolan nopo sampeyan…?(untuk membayar sejumlah itu Anda harus menjual apa ?).

Mesin Inovasi dan Solusi Bernama Galau…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 10 April 2012

Sekitar 10 tahun lalu badan kesehatan dunia WHO mengungkapkan bahwa satu dari setiap empat orang pernah mengalami gangguna kejiwaan dalam hidupnya. Saya terus terang tidak tahu data perkembangannya setelah itu, tetapi dugaan saya sendiri porsi orang yang terkena gangguan ini kemungkinan besarnya tidak berkurang. Beribu penyebab bisa membuat orang terganggu kejiwaannya, oleh karenanya kita perlu mengenal gejala awalnya supaya tidak menjadi korban satu dari empat orang tersebut.

Business Plan A La Pak Kyai…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Senin, 9 April 2012

Apresiasi saya pada pesantren adalah karena pandainya para Kyai membekali  santrinya dengan pelajaran yang berguna seumur hidup, sebagian bisa saya pahami sejak kecil waktu pelajaran tersebut diberikan – tetapi tidak sedikit yang  baru saya pahami setelah tua begini. Salah satu pelajaran tersebut tiba-tiba begitu berguna ketika beberapa hari lalu saya diundang sebagai pembicara tamu pada pelatihan entrepreneurship di sebuah hotel mewah di Jakarta.

All For One, Or One For All…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Kamis, 5 April 2012

Anda mungkin pernah mendengar istilah “all for one, one for all” dari semboyannya The Three Musketeers melalui novel terkenal karya Alexandre Dumas atau melalui filmnya. Istilah ini tiba-tiba muncul dari teman yang anaknya mengalami radang tenggorokan, dan dokter memberinya sejumlah obat. Tidak cukup satu obat, tetapi setidaknya ada tiga jenis obat sekaligus. Pola ini ternyata mirip dengan cara orang di jaman ini mengatasi berbagai persoalan hidupnya.

Jalan Yang Lurus

Oleh: Muhaimin Iqbal
Rabu, 4 April 2012

Dalam 24 jam minimal 17 kali sehari kita minta ditunjuki jalan yang lurus, bahkan bisa lebih dari dua kalinya bila kita juga melanggengkan shalat sunat. Tetapi pernahkan kita berfikir seberapa penting jalan yang lurus ini sehingga begitu banyak perlu kita minta?. Tanpa sadar ternyata begitu banyak jalan bengkok atau jalan melenceng telah kita tempuh sejak kecil, bahkan sampai tua-pun begitu mudah jalan-jalan melenceng membelokkan perjalanan kita.