Likuiditas Dinar: Di Mana Anda Bisa Menukarkan Dinar Anda?

Dinar adalah emas 22 karat seberat 4,25 gram yang di Indonesia diproduksi langsung oleh Unit Bisnis Logam Mulia--PT. Aneka Tambang, Tbk (BUMN. (Sekarang Gerai Dinar juga bekerja sama dengan Perum Peruri untuk memproduksi dinar guna memenuhi kebutuhan dinar kita yang semakin membesar.) Karena terbuat dari emas, dinar bisa dijual di mana saja, tetapi ada tempat-tempat terbaik untuk menjualnya. Berikut urutannya:

1. Sesama Pengguna: Karena tidak memerlukan biaya operasi, pajak, dll., maka jual beli Dinar antar sesama pengguna adalah yang paling menguntungkan kedua belah pihak. Penjual dapat menikmati harga yang baik, pembeli pun dapat memperoleh Dinar dengan harga yang baik. Tepatnya berapa? Bergantung kesepakatan di antara keduanya, yang cukup sering terjadi sekitar pertengahan antara harga jual/beli Gerai Dinar.
2. Gerai Dinar: Karena secara resmi Gerai Dinar beroperasi dengan izin (SIUP) toko emas, maka Gerai Dinar terkena peraturan perpajakan untuk toko emas -yaitu pajak netto 2% (pajak keluaran dikurangi pajak masukan). Pajak netto ini ikut menjadi faktor dalam menentukan harga jual dan harga beli Gerai Dinar. Terdapat perbedaan harga 4% antara harga jual dan harga beli Gerai Dinar, 2% dipakai untuk alokasi pajak, dan 2% untuk fee Gerai Dinar.
3. Logam Mulia: Bila sesama pengguna dan Gerai Dinar menghargai Dinar sebagai Dinar, termasuk ongkos-ongkos cetak/pengadaan dan unsur pajaknya, tidak demikian dengan Logam Mulia. Sebagai produsen Dinar mereka tentu mau membeli Dinar dari Masyarakat kembali. Tetapi karena kemungkinan Dinar tersebut akan dilebur kembali menjadi emas, maka ongkos cetak dan pajak yang merupakan komponen pembentuk harga awal Dinar tidak termasuk dalam harga pembelian kembali mereka.
4. Toko/Tukang Emas: Sama halnya dengan Logam Mulia, toko atau tukang emas akan melihat Dinar sebagai emas biasa. Mereka akan bersedia membeli Dinar Emas karena melihat emasnya bukan karena bentuk dinarnya. Dengan demikian ongkos pembuatan, pajak dan sebagainya tidak menjadi bagian dari perhitungan harga beli mereka.
(Muhaimin Iqbal dalam "Dinar The Real Money")