Things To Do Sebelum dan Semasa ‘Usia Pensiun’

Oleh: Muhaimin Iqbal (Presiden Gerai Dinar)

Istilah pensiun sebenarnya tidak ada dalam Islam karena umat ini diajari dan diberi contoh-contoh untuk berkarya maksimal sampai akhir hayatnya. Namun karena banyaknya umat yang hidup di jaman ini yang bekerja di perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi, maka kita-pun harus menghadapi dan menyikapi ‘masa pensiun’ ini dengan kearifan jaman. Untuk aspek yang terkait dengan ekonomi saja, saya ingin share apa-apa yang selama ini saya gunakan untuk training-training entrepreneurship – khususnya yang dipersiapkan untuk para calon pensiunan di berbagai perusahaan/ instansi.

Saya rangkum intisari pelatihan persiapan pensiun ini dalam bentuk things to do sebelum dan semasa pensiun sebagai berikut :
1. Merubah mindset dari pensiun sebagai akhir dari karir menjadi awal dari karya baru yang tidak kalah menantangnya. Perubahan sikap ini sangat penting untuk membangun semangat dan pikiran positif, bahkan tidak jarang bagi yang berhasil merubah mindset tersebut akan ingin mensegerakan memasuki dunia barunya.
2. Tidak terlalu mengandalkan bekal materi seperti dana pensiun, asuransi, tunjangan hari tua dlsb. Bekal materi yang ratusan juta atau bahkan milyaran tidak akan banyak berguna bila Anda berhenti berkarya. Momok inflasi saja sudah akan cukup untuk menghabiskan daya beli dana pensiun dan asuransi Anda.
3. Bekal berupa life skills untuk kehidupan yang berkelanjutan (sustainable living) setidaknya selama usia pensiun dan syukur-syukur bisa diwariskan ke generasi selanjutnya akan lebih bermanfaat dan memberi Anda gairah hidup sampai akhir hayat.
4. Karena life skills untuk sustainable living ini yang lebih penting ketimbang bekal materi, maka persiapan untuk membangun skills ini harus lebih menjadi penekanan semasa Anda masih aktif bekerja di perusahaan/intansi – ketimbang menabung dana pensiun atau membayar premi asuransi. Bila Anda rela mengumpulkan ratusan juta atau bahkan milyaran untuk bekal pensiun, mengapa tidak menggunakan sebagiannya untuk mengasah ketrampilan – apapun – yang akan lebih tinggi nilainya dan lebih Anda butuhkan di usia pensiun kelak ?.
5. Banyak sekali pilihan dari cabang-cabang life skills yang akan menunjang sustainable living Anda seperti berdagang, bertani, berternak, mengajar, menulis dlsb., pilih yang paling sesuai dengan minat Anda – agar Anda bisa menikmati bahkan dalam proses jerih payah mengasahnya.
6. Bisa jadi sudah banyak nara sumber dari praktisi di bidang-bidang yang Anda minati, yang bisa menjadi mentor Anda. Banyak pula yang bersedia melakukannya secara sukarela - jadi tidak harus mengurangi bekal Anda, cari mereka-mereka ini untuk mau berbagi dengan Anda.
7. Banyak-banyak membaca, ikut seminar, mengunjungi usaha-usaha sejenis dlsb. yang intinya adalah untuk memperluas wawasan Anda terhadap life skills (baru) yang sedang Anda bangun. Seandainya toh harus mengeluarkan biaya untuk membeli buku, membayar seminar, biaya perjalanan, biaya untuk mencoba dlsb. insyaAllah actual return-nya akan jauh lebih tinggi ketimbang simpanan Anda yang berupa uang.
8. Bangun jaringan dengan orang-orang lain yang seminat dengan Anda atau komplementer dengan bidang yang sedang Anda bangun. Dunia ini luas, cukup untuk semua orang – jadi tidak harus bersaing dengan orang lain dalam mencapai tujuan Anda.
9. Bangun teamwork dengan keluarga, teman-teman dan karyawan-karyawan Anda – merekalah yang akan menjadi tulang punggung karya Anda ketika hari demi hari fisik Anda mau tidak mau akan melemah.
10. Tularkan keberhasilan (ataupun kegagalan) Anda agar orang lain dapat mengambil manfaat dari pengalaman Anda, siapa tahu dengan demikian apa-apa yang Anda lakukan bisa bener-bener menjadi sustainable sepanjang masa. Jiwa raga akan mati, tetapi ide yang didokumentasikan dan diajarkan/ditularkan akan tetap hidup memperpanjang ‘usia’ Anda.

Poin-poin tersebut di atas dielaborasi dalam pelatihan-pelatihan yang kami adakan di perusahaan ataupun instansi, pada umumnya pelatihan ini gratis bila diadakan oleh karyawan atau pegawai dalam konteks kegiatan Masjid/Mushola, Kerohanian Islam dan sejenisnya. Pelatihan semacam ini hanya berbayar bila diadakan oleh perusahaan (karena mereka memang biasanya menganggarkannya), atau dalam seminar/workshop yang diselenggarakan secara komersial.

Selain aspek ekonomi ini, sebenarnya banyak aspek lain yang perlu dipersiapkan seperti aspek peribadatan/keagamaan, kesehatan, keturunan dlsb., tetapi untuk aspek-aspek yang lain ini saya merasa tidak cukup bekal untuk menulisnya, biarlah yang ahlinya yang menulis dan menularkannya. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar