Dan Biji Gandum-pun Bisa Sebesar Bawang...

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 17 April 2012

Pikiran-pikiran positif dan optimis itu mewarnai ajaran agama ini, sampai-sampai ketika membahas masalah akhir jaman-pun nuansa positif itu masih bisa dirasakan. Di antaranya adalah perintah untuk  menanam bila di tangan kita masih ada benih pohon ketika rangkaian peristiwa kiamat telah mulai. Juga tidak kalah pentingnya berita bahwa bumi akan dipenuhi dengan keadilan dan kemakmuran sekali lagi sebelum akhir jaman itu bener-bener terjadi.


Perhatikan misalnya berita dari hadits berikut : Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kedzaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kedzaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku (Muhammad bin Abdullah). Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana bumi telah dipenuhi sebelum itu oleh kedzaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun.” (HR. Thabrani).

Kedzaliman dan kesemena-menaan adalah karakter jaman ini, entah sampai kapan. Terjadinya tidak ujug-ujug tetapi bertahap atau gradual makin lama makin memburuk. Semoga saja yang dialami umat saat ini tidak terus bertambah buruk (lagi). Namun sebagaimana kedzaliman dan kesemena-menaan yang tidak terjadi ujug-ujug ini, demikian pula nantinya dengan datangnya keadilan dan kemakmuran.

Kemakmuran yang masih akan terjadi juga terungkap melalui hadits shahih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaih Wasallam bersabda : Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Yang pertama '...lelaki yang pergi kemana-mana membawa harta zakatnya tetapi tidak ada yang mau menerima...' bisa jadi itu sudah terjadi di jaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tetapi yang kedua '...tanah arab menjadi subur makmur kembali dengan padang rumput dan sungai-sungai...' memang belum terjadi selama 1400 tahun lebih ini, jadi masih akan terjadi...insyaAllah dengan ijinNya.

Atas kuasaNya semata bumi akan kembali dipenuhi dengan keadilan dan kemakmuran, dengan atau tanpa peran kita-pun itu akan terjadi. Tetapi  kita bisa berharap agar Allah menjadikan kita tentaraNya untuk ikut menjadi penyebab hadirnya keadilan dan kemakmuran itu.

Bila kini bumi telah dirusak oleh tangan-tangan yang dzalim yang dengan semena-mena menguasai bumi dan seisinya, mengeksploitasinya hingga terjadi kerusakan alam yang luar biasa. Bumi yang semula subur ijo royo-royo kini menjadi lautan beton, bangunan dan sampah, hutan lebat tempat tumbuhnya berbagai satwa kini menjadi lahan-lahan gundul nan gersang. Tanah-tanah pertanian yang dahulunya subur alami kini rusak oleh berbagai unsur kimia yang dipaksakan untuk menghasilkan ilusi kesuburan sesaat.

Maka itu semua bisa diakhiri dan mulai dibalik arahnya, asal kita mau menjalankan misi yang memang diembankan ke kita dimuka bumi – yaitu misi sebagai khalifah yang memakmurkan bumi “…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…." (QS 11 :61).

Ketika Allah berbicara …menjadikan kamu pemakmurnya…, tidakkah kita merasa bahwa Allah sedang berbicara ke kita ?. Iya betul, kitalah yang sedang diajak Allah bicara dan disuruhNya untuk memakmurkan bumi ini. Tidakkah kita tergerak untuk melaksanakan kehormatan perintah ini ?. Kalau Anda sempat baca laporan utama harian Kompas kemarin (16/04/12) tentang dasyatnya kerusakan hutan Sumatra, maka segera sadar kita bahwa kita nampaknya tidak atau belum mendengar bahwa Allah sudah berbicara dengan kita melalui ayatNya tersebut di atas.

Puncak keadilan dan kemakmuran itu sendiri mungkin memang tidak lama, hanya 7 – 9 tahun seperti yang diungkap dalam hadits di atas, dan itu akan terjadi setelah kedatangan lelaki yang diutus dari umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – yang namanya-pun bahkan sudah dikabarkan sampai nama bapaknya. Tetapi langkah panjang untuk setahap demi setahap menuju ke sana itulah yang menjadi peluang kita, peluang untuk ikut beramal positif mewujudkan keadilan dan kemakmuran yang dimaksud.

Mungkin tidak banyak pula yang bisa kita lakukan, tetapi dengan hal-hal kecil yang bisa merubah keadaan itulah kita mulai. Itulah yang disebut tipping points, ketika air berubah menjadi uap pada titik didihnya – ketika di puncak kedzaliman, kesemena-menaan dan kerusakan – ada sekelompok kecil orang yang mau dengan gigih berusaha membalikkan arah itu.

Kita semua bisa menjadi bagian dari tipping points ini, dimanapun kita berada dan dalam bidang apapun kita bekerja. Ada yang mendidik menyiapkan generasi unggulan kedepan, ada yang kembali menyuburkan lahan yang rusak dan gersang, ada yang kembali mengajak ke system hukum yang adil,  dlsb-dlsb. Dan bahkan sudah ada juga yang terus mengingatkan kita bahwa Boleh Jadi Kiamat Itu  Sudah Dekat !.

Semoga termasuk salah satu langkah-langkah kecil itu adalah 'kiasan'  yang saya ungkapkan sebagai 'buah ciplukan sebesar terong' dalam tulisan sebelumnya. Setelah tulisan tersebut saya muat, saya mendapatkan masukan dari ustadz saya, bahwa itu mestinya bukan hanya kiasan - itu bisa benar-benar terjadi bila syaratnya terpenuhi.

Lantas beliau mengungkapkan sebuah riwayat dari Auf bin Abi Quhdam, dia berkata : "Dijumpai di jaman Ziyad atau Ibnu Ziyad suatu lubang yang didalamnya ada biji gandum sebesar bawang. Padanya tertulis 'ini tumbuh di jaman yang adil'" (Musnad Ahmad no 7936 dan tafsir Ibnu Katsir 3/436).

Kalau  dilihat perkalian ukurannya dari biji gandum menjadi sebesar bawang, maka kurang lebih juga memang memungkinkan kalau saat itu buah ciplukannya menjadi sebesar terong !. Syaratnya adalah - dia ditanam di jaman di mana manusia dan khususnya para pemimpinnya mampu dan mau berbuat adil, bukan hanya adil terhadap rakyat dan sesamanya tetapi juga adil terhadap alam dan seisinya.

Ketika masanya tiba, bumi dipenuhi keadilan dan kemakmuran entah seberapa jauhnya dari jaman ini, ketika langit tidak menahan setetes-pun airnya, ketika bumi tidak lagi menahan sedikit-pun tanamannya – kita semua tentu ingin ikut dicatat olehNya sebagai tentaraNya yang mematuhi perintahNya - antara lain dengan memulai langkah awal untuk menghadirkan kembalinya keadilan dan kemakmuran di bumi itu. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar