Kekhalifahan dan Ecosystem di Alam…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 12 Juni 2012

Dalam tingkah laku konsumsinya, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan mahluk lain di muka bumi adalah mahluk lain hanya mengkonsumsi produk bumi yang renewable. Sebaliknya manusia menkonsumsi yang renewable dan juga yang non-renewable, yang renewable-pun banyak dikonsumsi melebihi kecepatan pembentukannya. Itulah sebabnya, manusia menjadi makhluk yang paling merusak di muka bumi ini. Tetapi sebaliknyapun bisa juga terjadi, karena manusia-lah yang diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi – maka dia harus bisa memperbaikinya, bukan hanya merusaknya.


Seperti dua mobil yang melaju kencang berlawanan arah, maka kemungkinannya hanya dua yaitu keduanya sama-sama hancur bertabrakan atau keduanya bersimpangan dan saling menjauh satu sama lain. Itulah yang terjadi antara kebutuhan manusia dengan daya dukung kehidupan bumi dalam kondisi pengelolaannya yang sekarang.

Saat ini di seluruh dunia manusia bertambah antara 70 juta s/d 90 juta pertahunnya, sementara lahan pertanian berkurang sekitar 5 juta s/d 7 juta hektar per tahun. Bumi kehilangan sekitar 25 milyar ton top soil yang subur setiap tahunnya, dan air tanah-pun diambil jauh melebihi kecepatan pembentukannya. Satu hari konsumsi fossil energy dunia (minyak, gas, batubara) saat ini setara dengan 13,000 hari (35 tahun lebih) pembentukannya melalui proses yang terjadi jutaan tahun yang lalu.

Bila tidak ada perubahan perilaku yang sangat significant maka tabrakan dua mobil tersebut mungkin akan benar-benar terjadi atau dua mobil tersebut sudah bersimpangan dan kini berjalan saling menjauh. Terjadinya kelaparan 1 milyar orang di muka bumi, harga minyak yang terus melambung dalam beberapa dekade belakangan, air bersih yang semakin tidak tejangkau oleh penduduk miskin dunia dlsb. adalah indikator-indikator bahwa kemungkinan dua mobil tersebut sudah saling bersimpangan dan kini saling menjauh.

Tetapi saya melihat bahwa perjalanan ini bisa dihentikan dan dibalik arahnya. Mobil yang dikendarai manusia ini harus berhenti dan berbalik arah mengikuti perjalanan mobil yang dikendarai alam. Hanya bila keduanya bisa berjalan searah – maka seandainya toh tetap berjarak – jarak itu tidak semakin jauh. Secara bertahap bisa dikejar sampai akhirnya berjalan beriringan. Saat itulah terjadi kemakmuran dan bahkan padang pasir yang gersang-pun bisa hijau kembali sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berikut :

Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Lantas apa yang bisa kita lakukan agar perjalanan menuju kemakmuran dunia seperti yang dikabarkan melalui hadits tersebut di atas bisa kita mulai ?. Ya menghentikan mobil yang melaju cepat tetapi salah arah tersebut, dan memutarnya ke arah yang benar. Konkritnya bagaimana ?

Konsumsi sumber daya alam yang non-renewable harus segera dikurangi dan bersamaan dengan itu diganti dengan konsumsi sumber daya alam yang renewable. Sumber energy utama saat ini yang mengandalkan minyak , batubara dan gas alam, harus mulai dipikirkan menggantikannya dengan sinar matahari, angin, laut dan energy dari berbagai hasil tanaman.

Ecosystem alam yang sudah dirusak selama ini secara bertahap harus bisa dikembalikan sampai sempurna. Hanyaecosystem sempurnalah yang bisa menghasilkan biomass maksimal di alam, dan dari biomass inilah manusia akan dapat hidup makmur berkecukupan untuk kebutuhan makanan dan energynya – dengan tidak merusak alam lagi.

Kita dapat melihat sekarang hubungannya antara ecosystem ini dengan kekhalifahan. Perilaku manusia sekarang adalah merusak ecosystem dengan tingkat kerusakan yang tercermin dari data-data yang saya ungkapkan tersebut di atas. Perilaku ini hanya bisa dihentikan, bila manusia kembali kepada peran utamanya yaitu memakmurkan bumi dan bukan merusaknya. Yang memakmurkan bumi inilah khalifah itu, dan yang merusaknya tentu bukan khalifah.

Maka tidak heran bahwa kemakmuran seperti yang terungkap di hadits tersebut di atas hanya terjadi bila kekhalifahan telah kembali hadir di muka bumi ini seperti yang juga diperkuat dengan hadits lain berikut :

Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kedzaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kedzaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku (Muhammad bin Abdullah). Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana bumi telah dipenuhi sebelum itu oleh kedzaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun.” (HR. Thabrani).

Kapankah waktu itu akan terjadi ?, tidak penting bagi kita untuk mengetahuinya karena hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Tetapi yang penting adalah bagaimana kita menempatkan diri kita dalam golongan yang benar diantara dua golongan yang disebutkan di hadits tersebut di atas. Yaitu apakah kita termasuk yang berbuat kedhaliman dan kesewenang-wenangan, atau kita yang ikut mempersiapkan keadilan dan kemakmuran itu.

Worldview bahwa dunia akan mengalami keadilan dan kemakmuran sekali lagi sebelum kiamat benar-benar terjadi inilah yang membuat kita umat ini bisa optimis. Bahwa mobil yang melaju ke arah yang salah tersebut dapat kita hentikan dan dapat kita balik arahnya.

Optimisme ini akan mendorong peluang amal ibadah yang nyata, yaitu antara lain kita bisa bekerja merintis kembalinyaecosystem yang sempurna di alam.  InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar