The New Depression : Bagaimana Kita Bisa Menghindarinya…?

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 17 Juli 2012

Ada buku baru menarik yang terbit di Singapore beberapa waktu lalu, judulnya adalah The New Depression : The Breakdown of the Paper Money Economy (Jon Wiley & Son, Singapore 2012). Penulisnya adalah Richard Duncan – Chief Economist di Blackhorse Asset Management – Singapore. Penulis yang sama 9 tahun lalu juga telah mengingatkan dunia dengan bukunya The Dollar Crises : Causes, Consequences, Cures. Dengan pengalamannya yang lebih dari seperempat abad di bidang analisa keuangan modern, pandangannya yang nyleneh menurut saya merupakan representasi dari dunia kapitalisme ribawi yang mulai kehilangan harapan.


The New Depression
The New Depression
Apa inti dari isi buku terbaru dari Richard Duncan tersebut ?, intinya adalah dia menyalahkan dilepaskannya ikatan uang kertas dari emas sekitar 40 tahun lalu. Akibatnya kini dunia tenggelam dalam ekonomi yang dibangun dengan hutang (credit) yang tiada batas. Budaya ngutang dari masyarakat maupun pemerintah memang menjadi bahan bakar ekonomi selama empat decade ini, tetapi apa jadinya ketika akhirnya dunia tersentak bahwa para pengutang sebenarnya tidak mampu membayar hutangnya ?. Disitulah ekonomi dunia akan runtuh, bukan hanya mengalami resesi tetapi akan memasuki depresi yang lama dan dalam.

Lantas apa solusinya ?, dalam hal solusi ini saya tidak setuju dengan apa yang diajukan Duncan yang Ironis. Duncan menguraikan dengan sangat baik ketika memetakan masalah – bahwa hutanglah yang menyebabkan dunia terjebak dalam buah simalakama seperti sekarang ini. Tetapi ketika solusinya dengan hutang juga – pasti ini seperti memadamkan api dengan minyak.

Solusi yang diajukan Duncan adalah dunia yang masih bisa meminjam – dianjurkannya meminjam secara besar-besaran (massive) selagi tingkat bunga rendah seperti sekarang ini, kemudian menggunakan pinjaman ini untuk investasi di bidang genetic engineering dan renewable energy – dua industry yang dipandangnya akan menjadi industry masa depan.

Langkah ini menurut Duncan akan memperpanjang peradaban sekarang sampai sekitar sepuluh tahun lagi – sebelum akhirnya collapse juga. Ini bertentangan dengan pendapat umumnya para economist yang menganjurkan negara-negara untuk menurunkan tingkat hutangnya.

Itulah yang saya sebut buah simalakama dari kapitalisme ribawi itu. Berhenti ngutang bagi negara-negara penghutang efeknya mereka bisa mati berdiri (mati mendadak), sementara terus meminjam secara massive  seperti pendapat Duncan – matinya akan pelan-pelan dalam periode sepuluh tahun mendatang.

Lantas apakah Islam punya solusi untuk masalah ini ?, tentu punya – tinggal masalah keimanan kita yang akan membuatnya apakah kita demikian yakin dengan iman itu sehingga itulah yang akan kita lakukan, atau kita ragu-ragu dengan solusi Islam ini sehingga kita akan bilang “ya, itu teori – tetapi aplikasi di jaman ini sulit…”.

Solusi itu adalah menghentikan hutang – karena ini tercermin dari contoh agar kita berdoa berlindung dari hutang setiap pagi dan petang. Bersamaan dengan penghentian hutang ini, kita bangun budaya bersirkah secara massive – karena syirkah mendatangkan berkah.

Keberkahan syirkah ini seperti yang terungkap dalam hadits : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyirkah, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati yang lain. Jika salah seorang di antara keduanya mengkhianati yang lain, maka aku keluar dari persyirkahan tersebut’” (HR. Abu Dawud dan Hakim).

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuaili menjelaskan makna bahwa Allah adalah pihak ketiga yang terlibat dalam persyirkahan : Aku (Allah) akan menjaga dan melindungi keduanya. Aku akan menjaga harta keduanya dan memberkahi perdagangan keduanya. Jika salah satu di antara keduanya berkhianat, maka Aku akan menghilangkan berkah dan tidak memberikan pertolongan kepada keduanya.”

Syirkah akan membuat dana masyarakat tidak menumpuk di institusi-institusi keuangan yang tidak menggerakkan sector riil. Pemerintah bisa memfasilitasi dengan segala macam peraturan yang memudahkan terjadinya syirkah yang aman di masyarakat, kemudian lembaga-lembaga keuangan seperti bank , koperasi, BMT dlsb ; mengimplementasikannya dengan menjadi katalisator dan ‘juru tulis’ pada syirkah-syirkah tersebut.

Tidak akan mudah karena setiap perubahan besar pasti mengalami kesulitan di sana-sini, tetapi setidaknya bila ini kita lakukan secara serius mulai saat ini – insyaallah kita akan bisa selamat dari the new depression yang diprediksi oleh Richard Duncan dalam buku barunya tersebut di atas. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar