Pesan Yang (Telat ) Sampai…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 7 Agustus 2012

Bangsa Jepang maju sampai seperti sekarang antara lain karena disiplin mereka yang tinggi sampai ke hal yang detil. Disiplin ini dibangun turun temurun antara lain melalui cerita-cerita klasik mereka. Salah satu cerita ini adalah tentang bagaimana suatu pasukan bisa kalah perang hanya karena salah satu prajurit tidak merawat sepatu kudanya.


Konon dalam cerita tersebut kuda yang sepatunya menipis ini hanyalah kuda yang biasa dikendarai pengantar surat – bahkan bukan kuda yang ditunggangi para ksatria perang. Gara-gara sepatu kuda yang menipis, ketika kuda tersebut menginjak paku – menembuslah paku ini sampai ke telapak kaki kuda.

Akibatnya sang kuda berjalan pincang karena kakinya sakit bila digunakan untuk berlari. Akibatnya lagi surat-surat yang seharusnya diantar tepat waktu menjadi terlambat. Padahal surat-surat yang diantar ini sebagiannya adalah surat-surat yang berisi informasi intelligence perang yang sangat penting. Ketika surat-surat ini terlambat diterima oleh panglima perang, semua strategynya menjadi kedaluwarsa dan kalahlah pasukan mereka.

Dalam sejarah Islam cerita-cerita yang mengandung pesan senada juga banyak, bagaimana misalnya seorang pemimpin perang hanya mau memimpin jihad setelah mendapati masjid-masjid penuh ketika shalat subuh. Pemimpin yang lain untuk suatu penaklukan adalah dipilih dari orang yang tidak pernah meninggalkan sholat malam. Bagaimana suatu pasukan bisa menang setelah semua prajuritnya bersiwak dlsb.

Hal yang nampaknya sepele atau sederhana tetapi dia merupakan mata rantai dari sesuatu yang sangat besar, maka bila hal ini diabaikan – hal yang sangat besar itu tidak terjadi.

Dalam tulisan saya tentang Jawa beberapa hari lalu misalnya, mengapa kemakmuran tidak muncul di pulau yang sangat subur ini ?, pulau yang diatasnya berdiri perguruan tinggi –perguruan tinggi terbaik di negeri ini ? lembaga-lembaga penelitian terbaik, kumpulan orang-orang paling pandai di bidangnya ? dlsb.

Salah satu mata rantai penting yang kita abaikan adalah ‘hukum Allah’. Prasyarat agar rezeki datang dari atas kepala dan dari bawah kaki kita tidak kita penuhi : Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (QS Al Maaidah : 66)

Ambil misalnya ‘hukum Allah’ tentang penggunaan lahan, tanah-tanah yang ditelantarkan pemiliknya lebih dari tiga tahun seharusnya ditarik oleh negara dan diserahkan kepada yang bisa memakmurkannya. Maka bila syariat ini diberlakukan tidak akan ada lagi tanah yang menanggur di negeri ini, semuanya menjadi produktif.

Bila riba yang sangat terlarang itu dijauhi, modal akan mengalir menggerakkan sektor-sektor riil, produksi maksimal atas barang-barang kebutuhan masyarakat akan terjadi, lapangan kerja akan tersedia dengan cukup, masyarakat akan makmur, negeri akan mampu berswasembada dst.

Segudang informasi super ‘intelligence’ itu sebenarnya sudah sampai ke kita, namun informasi tersebut kita abaikan – tidak kita lanjuti. Bila pasukan Jepang dalam cerita klasik tersebut kalah  karena informasi intelligence itu datang terlambat, kita kalah dalam sejumlah medan perang – ekonomi, politik, budaya, peradaban, pemikiran dlsb. ; bukan karena informasi itu datang terlambat – justru informasi yang sangat akurat tentang berbagai hal, informasi yang selalu valid untuk masa lampau, kini dan yang akan datang  itu telah datang tepat waktu ke kita. Hanya kita tidak berbuat apa-apa setelah itu !.

Melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits kita telah diberi tahu oleh Allah segala rahasia dan kelemahan musuh-musuh kita, baik dari golongan jin maupun manusia. Kita juga telah diberi tahu segala keunggulan yang harusnya ada di umat ini, segala jalan untuk bisa memenangkan peperangan. Maka yang kita perlukan sebenarnya adalah tinggal mengolah dan memahami informasi itu, kemudian meresponnya dengan langkah yang tepat pada waktu yang tepat.

Secara specifik Allah memberi kriteria orang-orang yang berakal adalah orang yang selalu memikirkan ciptaanNya karena tidak ada yang sia-sia dari ciptaanNya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS 3 : 190-191).

Bayangkan mindset unggul yang bisa terbangun dari cara pandang kita tentang segala sesuatu yang tiada sia-sia ini, maka dibidang apapun insyaallah kita akan bisa unggul – karena inilah yang dijanjikanNya bila kita mengimani semua yang datang dariNya.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3 : 139)

Informasi itu telah datang tepat waktu kepada kita, yang kita lakukan tinggallah mengolahnya, memahaminya dan bertindak secara tepat. Melalui serangkain informasi tersebutlah seharusnya wawasan kita menjadi luas, visi kita jauh kedepan melewati batas horizon, dan action kita sampai ke hal yang sangat detil – tidak boleh satu paku-pun melukai kaki kuda kita. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar