I’tikaf Membumikan Ayat…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Rabu, 8 Agustus 2012

Hari ini dan besuk akan merupakan awal kaum muslimin di seluruh dunia memasuki waktu-waktu i’tikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan.  Ini kesempatan terbaik untuk berinteraksi secara intensif dengan Al-Qur’an, tidak terbatas pada membacanya – tetapi sampai memahaminya dan bahkan juga mengamalkannya. Dalam konteks mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk solusi kehidupan inilah pada kesempatan ini kami ingin share – case study yang kami pilih sebagai tema  i’tikaf 1433 H di komplek Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin  - Jonggol, Bogor.


Salah satu yang ingin kami respon adalah kebutuhan dasar manusia dibidang pangan dan energi – dua isu besar yang terus menghantui umat di negeri ini.  Pangan sudah kami bahas dan mulai aplikasikan sejak i’tikaf 1432 H lalu, dengan mengimplementasikan QS 78 : 16 untuk alfaafa dan produk-produk turunannya – yang juga sudah saya munculkan dalam sejumlah tulisan setahun terakhir.

Untuk i’tikaf  kali ini yang kami jadikan contoh kasus aplikasi adalah solusi problema energi yang dihadapi masyarakat kebanyakan di Indonesia.  Ini sekedar contoh, masing-masing peserta tentu bisa memilih aplikasi kasusnya sendiri.

Dimana Al-Quran memberikan solusi untuk pemenuhan kebutuhan energi ini ?. Salah satunya yang kami temukan adalah di ayat-ayat berikut :

Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menumbuhkan tanaman itu atau Kami-kah yang menumbuhkannya? Kami menjadikannya peringatan dan bahan yang berguna bagi para musafir.” (QS 56 : 71-73)

Jadi salah satu sumber energi itu adalah tanaman, dan ini terbukti hingga kini. Bahan bakar minyak yang kita gunakan sampai saat ini-pun berasal dari tanaman, yaitu tanaman jutaan tahun lalu yang telah menjadi fosil.

Hanya saja energi yang berasal dari tanaman yang telah menjadi fosil ini lama kelamaan akan habis, lantas apa penggantinya ?. Salah satu yang saya pilih ya kembali ke tanaman yang disebut di ayat-ayat tadi, hanya sekarang tidak perlu menunggu pembentukan fosilnya yang memakan waktu jutaan tahun.

Tanaman-tanaman yang dihasilkan hari ini, insyaallah hampir keseluruhannya bisa langsung diproses menjadi energi yang kita pakai hari ini. Karena proses pembentukannya bisa dibangun sejalan dengan proses penggunaannya – maka inilah yang disebut sumber energi terbarukan itu.

Setidaknya ada tiga kelompok tanaman yang bisa diproses untuk menghasilkan energi secara langsung seperti bioethanol. Kelompok pertama adalah tanaman-tanaman yang berserat seperti jerami, kelompok kedua adalah tanaman yang berpati seperti singkong, dan yang ketiga adalah tanaman yang bergula seperti tebu.

Agar tidak berebut dengan kebutuhan pangan manusia dan pakan ternak, maka pendekatan yang kami anjurkan adalah menggunakan hasil samping atau limbahnya saja. Jadi seluruh tanaman seperti padi, singkong dan tebu diarahkan untuk pangan manusia ataupun pakan ternak – baru hasil sampingnya yang diolah untuk menjadi energi. Dengan demikian perdebatan wacana mana yang dipentingkan antara pangan dan pakan atau energi tidak lagi perlu dilanjutkan. Keduanya dipenuhi bersamaan dari jenis-jenis tanaman yang sama.

Hasil padi utamanya untuk manusia, baru jeraminya yang diproses menjadi energi. Singkong juga demikian, jangan menanam singkong beracun yang tidak bisa dimakan manusia atau ternak semata hanya mengejar energinya. Tanamlah singkong yang paling enak untuk manusia ataupun ternak, karena yang digunakan untuk energi cukup hasil sampingnya.  Tebu-pun demikian, hasil utamanya tetap untuk  gula – yang diproses menjadi energi hanyalah limbahnya.

Secara sederhana proses dari limbah padi, singkong dan tebu menjadi energi bioethanol dapat dilihat pada grafik di bawah. Di antara tiga bahan tersebut, bahan singkong (limbah pakan ternak) yang sudah kami siapkan untuk praktek dari awal sampai produk akhirnya di Komplek Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin – Jonggol.

Proses Bioethanol
Proses Bioethanol


Melalui praktek membumikan dari ayat sampai menjadi produk inilah yang ingin kami stimulir – agar para peserta i’tikaf familiar dengan proses membumikan ayat-ayatNya menjadi solusi nyata bagi permasalahan yang ada di masyarakat. Solusi energi kita pilih karena ini isu nyata di masyarakat yang sudah kehilangan minyak tanah dan keberatan untuk pindah ke gas.

Sudah ekonomiskah solusi ini ? Bisa jadi belum sempurna, tetapi justru disinilah tantangannya !. Ayat-ayatNya sangat jelas, para ilmuwan juga sudah sangat maju dalam memahami proses bioethanol ini. Bahkan tidak terbatas pada tiga kelompok tanaman tersebut di atas, ada sumber bioethanol lain yang sangat-sangat besar yaitu Alga yang tumbuh di perairan. Tetapi mengapa sampai sekarang belum menjadi solusi ?.

Tatarannya memang bukan pada tingkatan ilmu, tetapi pada amal. Dalam beberapa menit Anda akan dapat memahami seluruh konsep bioethanol ini dari sejumlah besar sumber di internet, tetapi tidak banyak yang kemudian mampu menjadikannya solusi nyata bagi problem yang ada di masyarakat. Demikian pula dengan ayat-ayatNya, berbagai tafsir ayat-ayat Al-Qur’an kini semakin mudah diperoleh dari para ahlinya baik yang berupa kitab maupun dari internet – tetapi lagi-lagi tataran pengamalannya yang masih membutuhkan effort yang luar biasa dari umat ini.

Untuk membumikan ayat-ayat di atas menjadi solusi energi yang nyata, beberapa poin berikut yang akan menjadi penekanan kami ;

ü  Bioethanol diproses dari hasil samping/limbah produk lain yang lebih utama seperti pakan dan pangan. Sehingga ongkos produksi utamanya juga dipikul untuk produk pangan/pakan.
ü  Bioethanol yang dihasilkan didahulukan untuk rakyat bawah – yaitu pengganti minyak tanah, prosesnya lebih mudah dan rendemen hasil jauh lebih tinggi.
ü  Teknologinya sederhana, kalau toh butuh mesin destilasi – diusahakan murah sehingga bisa dibeli atau dibuat sendiri oleh kelompok masyarakat seperti koperasi desa dslb.
ü  Solusi berbasis sistem, bukan hanya berbasis produk. Artinya pendekatan yang komprehensif menyangkut produk, pelatihan ketrampilan, sumber daya/referensi dan integrasi pasar.
ü  Bukan lagi tataran ilmu atau teori, jadi berikan contoh !.

Dalam konteks memberikan contoh konkrit tersebutlah para peserta i’tikaf Ramadhan 1433 H ini akan kami ajak melalui prosesnya tahap demi tahap, dari memahami ayat sampai aplikasinya.

Bagi yang karena kuota terbatas belum bisa mengikuti acara ini, juga bagi para pembaca situs ini – sharing case study ini mudah-mudahan bisa juga bermanfaat bagi masyarakat Anda, Anda bisa hadir kapan saja ke komplek pesantren ini bila ingin melakukan exercise serupa pasca Ramadhan nanti. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar