The Rule Book…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Senin, 27 Agustus 2012

Pada Perang Dunia II, Amerika mempekerjakan seorang psikolog terkenal untuk menyusun system seleksi bagi para pilot tempur andalan yang akan ditugasi utuk menyerang Jerman – musuh utamanya saat itu. Namun diluar harapannya, hampir seluruh pilot pilihan sang psiokolog ini mati ditembak jatuh oleh pilot-pilot Jerman. Frustasi dengan hasil kerjanya, sang psikolog akhirnya berkonsultasi dengan veteran pilot – yang meskipun tanpa background psikologi, berhasil memilih dengan baik sejumlah pilot pembom andalan yang berhasil pulang dengan selamat.


Dengan penasaran sang psikolog ingin membandingkan poin demi poin dari system seleksinya dengan cara seleksi yang dilakukan oleh si veteran, sampailah mereka pada satu perbedaan yang nyata – antara pilot yang berhasil selamat dari tugas kritis pengeboman dengan pilot yang tidak selamat.

Perbedaan ini adalah pada jawaban atas pertanyaan standar bagi para pilot pembom sebelum mereka direkrut untuk mejalankan misinya. Untuk pertanyaan , “ Bagaimana Anda akan menyelamatkan diri setelah tugas pengeboman Anda lakukan…?”, sang psikolog memilih semua pilot yang menjawab “…saya akan kembali terbang setinggi mungkin…, dia menganggap jawaban ini yang betul karena itu memang ada di rule book-nya para pilot tersebut.

Sebaliknya sang veteran pilot yang berpengalaman di lapangan sehingga bisa hidup sampai usia pension – tidak pernah tertembak jatuh, justru memilih pilot-pilot yang tidak menjawab seperti petunjuk standar di rule book-nya. Dari pengalaman lapangannya dia tahu, bahwa mengikuti rule book justru bisa membahayakan nyawanya. Para pilot tempur Jerman yang juga tahu tentang rule book tersebut dengan mudah bisa mencegat para pembom Amerika yang tidak berpengalaman ini – dari atas awan dan menembakinya sampai habis.

Dalam hidup kitapun banyak sekali rule book-rule book yang justru sebagiannya membelenggu kita, dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, mengambil harta kita atau bahkan nyawa kita. Rule book ini bisa lahir melalui perundang-undangan  dari para legislator, kode etik dari para professional, standar ilmu para ilmuwan, peraturan daerah, peraturan menteri dlsb.dlsb.

Lalu apakah kita harus melanggar semua rule-book itu ?,  tidak demikian juga. Yang sejalan dengan hukumNya tentu kita harus patuhi. Karakter rule book yang sejalan dengan hukumNya adalah yang dapat menjaga iman, jiwa, harta, kehormatan, pemikiran dan keturunan - yang oleh para ulama disebut sebagai maqasid syariah. Bila ada yang dilanggar dari maqasid syariah itu – maka besar kemungkinan rule book itu menjadi aturan/hukum yang dhalim.

Bagi para pembuat hukum dan para pelaksananya di lapangan, hendaklah mereka takut dengan penilaian  Allah atas pekerjaan mereka ini sebagaimana  yang diingatkan oleh Allah – sampai berulang tiga kali untuk menyangatkan peringatanNya - dalam serangkaian ayat “ barang siapa yang berhukum tidak dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah orang-orang yang kafir…”(QS 5 :44); “ …barang siapa yang berhukum tidak dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah orang-orang yang dhalim…”(QS 5 :45); “ …barang siapa yang berhukum tidak dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah orang-orang yang fasik…”(QS 5 :47).

Bagi kita yang bukan pembuat hukum dan bukan pula menjadi pelaksananya di lapangan, apa yang bisa kita lakukan …?.

Seperti yang dilakukan oleh para pilot tempur yang selamat tersebut, jangan hiraukan aturan di rule book itu – bila dalam rule book tersebut ada yang justru membahayakan iman, jiwa, harta, kehormatan, pemikiran dan keturunan Anda. Hanya ada satu rule book yang tidak boleh Anda langgar yaitu yang diturunkan olehNya – Al-Qur’an dan Hadits beserta penjelasannya yang sudah sangat detail diformulasikan oleh para ulama.

Sudah bukan rahasia lagi, pasal demi pasal dalam undang-undang buatan manusia itu ada harganya – di seluruh dunia ini terjadi. Dia dibuat sesuai dengan kepentingan segelintir orang yang bisa ‘membiayai’-nya. Lantas setelah undang-undang ini lahir ratusan juta lebih penduduk negeri yang bersangkutan harus patuh‘rule book-rule book  padanya – kepentingan yang banyak kalah dengan kepentingan segelintir yang ‘membiayai’ undang-undang yang bersangkutan.  Adilkah ini ?.

Bukan rahasia pula bahwa sebagaian dari undang-undang itu bahkan dibuat atas ‘pesanan’ atau ‘tekanan’ dari kekuatan negeri atau institusi asing.  Apa kepentingan mereka  ?, bayangkan kalau yang menjadi alasan lahirnya ‘ tertentu dari suatu negeri adalah kekuatan asing , mereka akan tahu persis dimana mereka bisa ‘mencegat pesawat-pesawat tempur negeri tersebut’ dan menembakinya hingga habis pada waktunya.

Para pembuat rule book dari pusat sampai di daerah, dari DPR ke musyawarah RW, dari presiden hingga RT - hendaknya semua berhati-hati, jangan sampai mereka membuat rule book-rule book yang justru membahayakan rakyat mereka dalam berbagai urusan kehidupannya, dunia dan akhiratNya !.  Janganlah mereka menjadi penyebab ‘pilot-pilot tempur tangguh negerinya’, dihabisi dengan mudah  oleh ‘pilot pesawat tempur musuh ‘– justru ketika para ‘pilot tempur ini’ mengikuti rule book yang mereka buat. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar