Berumpama Bukan Berandai…

Oleh: Muhaimin Iqbal
Selasa, 28 Agustus 2012

Dalam Al-Qur’an Allah banyak sekali menggunakan perumpamaan yang memudahkan kita untuk memahami maksud dari ayat-ayatNya. Untuk menggambarkan orang kafir misalnya Allah menggunakan perumpamaan istri Nabi Nuh dan istri Nabi Lut, untuk menggambarkan orang yang beriman digunakan istri Firaun, untuk menggambarkan surga digunakan taman-taman dengan air mengalir dibawahnya, untuk menggambarkan betapa lemahnya pelindung selain Allah digunakan sarang laba-laba dst.


Dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut sesuatu yang sifatnya imajiner bisa divisualisasikan dan dipahami dengan sangat jelas. Lihatlah misalnya perumpamaan dampak dari harta yang dinafkahkan di jalan Allah dalam ayat :Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2 :261)

Bukan hanya jelas dan mudah dipahami, bahkan juga bisa dihitung hasilnya. Itulah perumpamaan-perumpamaan yang diajarkan Allah untuk kita gunakan dalam berbagai urusan kehidupan kita sebagaimana firmanNya pula : Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS 18 : 54)

Dalam dunia usaha, perumpamaan juga banyak sekali digunakan dalam men-design product, logo, corporate identity dlsb. Perusahaan asuransi misalnya banyak menggunakan payung untuk konsep perlindungannya. Bank-bank banyak menggunakan celengan dalam berbagai bentuk, bahkan hanya dengan menggambar lubang celengan saja – bank sudah bisa menjelaskan konsep tabungannya.

Dalam dunia militer perumpamaan juga digunakan untuk mendesign senjata. Missile sidewinder yang terkenal untuk memburu pesawat, dirancang dengan perumpamaan ular padang pasir yang mampu mendeteksi mangsanya dari panas tubuh mangsa tersebut – nama ular ini dari dahulu dalam bahasa Inggris adalah sidewinder, jauh sebelum missile sidewinder ditemukan.

Bila Al-Qur’an mengajarkan kita dengan bermacam-macam perumpamaan, kemudian orang diluar Islam juga menggunakan berbagai perumpamaan untuk menyelesaikan masalahnya, mengapa kita tidak mulai juga belajar menggunakan perumpamaan untuk membangun kemajuan umat ini ?. Penggunaan perumpamaan memudahkan kita untuk memahami ide atau konsep yang njlimet menjadi lebih sederhana. Bila sebuah ide atau konsep lebih mudah dipahami, dia akan lebih mudah pula dijalankan.

Ambil contoh mengapa negeri seluas dan sekaya Indonesia begitu tergantung pada produk-produk impor ? antara lain karena kita terjebak dengan pola pikir globalisasi, perdagangan bebas, hubungan bilateral, multilateral, peran dalam G-20 dlsb.dlsb. Tidak ada masalah dengan ini semua, asal kita juga bisa mengoptimalkan manfaatnya – bukan hanya mereka yang berhasil meng-optimalkan manfaat kita untuk pasar mereka.

Sekali waktu kita perlu berfikir begini “…umpama negeri kepulauan ini terisolir dari dunia luar…”. Apa yang bisa kita lakukan kemudian ?

  • Kita harus mengganti semua bahan pangan impor seperti terigu, jagung, kedelai dan kadang juga beras dengan semua yang ada di dalam negeri. Dengan apa ?
  • Teknologi informasi seperti internet yang kita gunakan ini akan totally berubah, apa solusi lokalnya ?.
  • Mobil-mobil yang kita pakai, semua harus disiapkan spare-part lokalnya – siapa yang akan memproduksi ?.
  • Dlsb.dlsb.

Hanya dengan satu perumpamaan diatas, terbuka pikiran kita bahwa betapa banyak sebenarnya peluang yang bisa dieksplorasi di negeri ini.  Hanya peluang-peluang itu tidak nampak manakala tidak kita pancing dengan “…umpama negeri kepulauan ini terisolir…”.

Dalam skala mikro usaha Anda juga demikian, peluang-peluang yang semula tidak nampak, akan tiba-tiba muncul ketika Anda gunakan perumpamaan. Bahkan tanpa saya tuliskan peluangnya-pun Anda sudah bisa berimajinasi sendiri peluang-peluang yang tanpa batas itu :

·       Umpama saya berhenti bekerja hari ini, apa yang langsung bisa saya lakukan ?
·       Umpama modal tidak menjadi kendala, usaha apa yang bisa saya bangun ?
·       Umpama modal tidak ada, bagaimana saya bisa membangun usaha ?
·       Umpama pasar itu belum ada, bagaimana pasar bisa terbentuk ?
·       Umpama pasar itu sudah dikuasai orang lain, bagaimana bisa direbut ?
·       Umpama ribuan follower twitter saya dan friends di facebook saya adalah captive market saya, produk apa yang pas untuk  saya jual ke mereka ?.

Berumpama beda dengan berandai-andai, yang pertama dicontohkan di berbagai ayat sedangkan yang kedua dilarang. Mengapa ?.

Menggunakan perumpamaan membuat kita berfikir kreatif untuk bergerak kedepan, sedangkan berandai-andai adalah untuk hal yang telah lewat yang tidak ada gunanya selain juga merusak iman terhadap takdir. Tidak dibenarkan misalnya Anda berandai-andai seandainya dahulu saya mulai usaha usia 20 tahun…, atau juga misalnya  Seandainya saya sudah menabung Dinar sejak 4 tahun lalu ketika harga masih dibawah Rp 1 juta….

Insyaallah Anda akan mudah menemukan peluang demi peluang untuk maju kedepan, dengan mulai berfikir “umpama begini…, umpama begitu…”, bukan berfikir “seandainya dulu saya begini…dulu begitu…”. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar