Ta’aawun : Solusi Dua Problem Terbesar Jakarta…

Jum'at, 28 Desember 2012
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Semua orang yang tinggal atau bekerja di Jakarta tahu dua problem terbesar Jakarta adalah kemacetan dan banjir. Tahun silih berganti dan gubernur-nya pun berganti, tetapi akankah dua problem besar tersebut bisa diatasi ? Kalau pertanyaan ini dijadikan pertanyaan survey, kita bisa menduga hasilnya – mayoritas orang Jakarta akan berpendapat tidak bisa diatasi – paling tidak dalam waktu dekat. Saya sendiri melihat problem itu mungkin bisa diatasi. Oleh siapa ?, bukan oleh pemerintah atau gubenurnya tetapi oleh penduduk Jakarta sendiri.


Gubernur hanya menjabat lima tahun atau kalau dipilih lagi menjadi sepuluh tahun, tetapi bila Anda bekerja atau tinggal di Jakarta – Anda berkepentingan dengan segala problem Jakarta selama puluhan tahun atau bahkan seumur hidup Anda. Jadi Anda harus menjadi bagian solusi dari problem Anda sendiri, bukan bagian dari masalahnya.

Lantas bagaimana Anda bisa menjadi bagian dari solusi itu ?

Terinspirasi oleh saking yakinnya ulama dahulu dengan Al-Qur’an sebagai jawaban atas segala masalah – tibyaanal likulli syai’ (QS 16:89)- sampai-sampai bila mereka kehilangan cemetipun mencarinya di Al-Qur’an, maka saya mencoba mencari jawaban dua masalah besar Jakarta tersebut di atas juga di Al-Qur’an.

Di antaranya saya mentadaburi ayat “…wa ta’aawanuu ‘alal birri wattaqwaa…” atau “…bertolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa…”(QS 5:2). Bagaimana aplikasi ayat ini dalam menjawab dua problem terbesar Jakarta tersebut ?. Berikut kurang lebih solusi berbasis Ta’aawun itu.

Untuk kemacetan Jakarta yang ditimbulkan oleh berlebihannya kendaraan bermotor, ide Jokowi untuk memangkas lalu lintas menjadi separuhnya dengan peraturan ganjil genap dapat menjadi langkah awal yang baik. Tetapi langkah ini saja tidak cukup.

Langkah ini harus diikuti oleh perubahan sikap masyarakat Jakarta sendiri untuk menjadikan dirinya bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah. Bila tidak ada perubahan sikap ini, segala peraturan akan dicari jalan untuk mengakalinya. Yang kaya akan membeli mobil/motor lagi dengan nomor yang berbeda , yang tidak terlalu kaya akan ngakali plat nomornya saja dlsb.

Peluangnya adalah bila peraturan tersebut dijadikan momentum untuk memperbaiki sikap masyarakat Jakarta sendiri dari sikap mementingkan diri sendiri menjadi peduli pada kepentingan bersama.

Peraturan ganjil genap bisa menjadi Tipping Point – titik didih perubahan dari masyarakat yang egois menjadi masyarakat yang care and share, peduli dan berbagi. Masyarakat yang saling tolong menolong dalam kebajikan.

Ketika hari genap berlaku, yang mobilnya  bernomor genap mau berbagi dengan yang nomornya ganjil dan sebaliknya. Tetapi dimana kita bisa menemukan teman untuk berbagi ini ? teman yang aman, yang bisa diajak ber-ta’aawun ?. Ini jaman teknologi ! ayo berdayakan teknologi untuk solusi.

Dengan menulis status di jejaring Anda, “mobil saya genap, hari ini rute saya dari sini ke sini dst…, siapa mau berbagi ?”. Besar kemungkinan tawaran Anda ini sudah akan direspon oleh teman-teman Anda. Yang respon-pun mugkin bukan hanya satu teman, tetapi sejumlah teman sampai mobil Anda penuh !.

Bayangkan bila solusi ini mewabah, maka berkurangnya lalu lintas kendaraan di Jakarta bisa lebih dari yang dibayangkan Jokowi !. Empat lima orang yang selama ini naik mobil sendiri-sendiri, dengan cara ini mereka suka rela berbagi dengan teman-teman yang mereka pilih sendiri – dalam satu mobil.

Apa mau orang berbagi ? disitulah masalahnya. Yang ingin menjadikan dirinya bagian dari solusi, insyaallah mau bersusah payah berbagi. Yang tidak ingin menjadi solusi, yang beranggapan solusi harus datang dari pemerintah atau orang lain, maka dia akan mencari jalan untuk mengakali peraturan.

Untuk teknologi berbagi itu kini sudah sangat luas ada di masyarakat yaitu situs-situs jejaring sosial standard yang tinggal pakai. Selain yang standard inipun, proyek yang tiga bulan lalu saya kompetisikan di situs ini O-JEX kini juga sudah mulai pada tahapan pengerjaan – insyaAllah akan menambah satu lagi instrument untuk memfasilitasi saling berbagi, ber-ta’aawun memecahkan masalah kemacetan ini.

Untuk banjir apa solusinya ?, sama dengan Ta’aawun juga. Waktunya masyarakat disadarkan bahwa banjir hanya bisa diatasi bila masyarakat terlibat aktif dalam berpartisipasi mencegah banjir. Bukan hanya disiplin dalam menjaga agar tidak membuang sampah di tempat sembarangan dlsb. tetapi juga terlibat dalam pendanaan project-project pencegahan banjir.

Jakarta butuh waduk-waduk penampungan, saluran-saluran pemecah konsentrasi air. Saluran-saluran penyaluran air yang melebihi debit normalnya di kala hujan lebat dlsb. Para insinyur Jakarta insyaAllah mampu untuk memikirkan seluruh solusi tersebut, tetapi dari mana dananya ?

Disitulah dana Ta’aawun dapat berperan. Kemampuan pemerintah untuk membangun project-project pencegahan banjir ini bisa jadi terbatas, sehingga masalah banjir terakselerasi lebih cepat dari solusi yang dibangun pemerintah.

Maka pemerintah sangat bisa melibatkan seluruh masyarakat Jakarta untuk mendanai bareng project-project pencegahan banjir itu.

Caranya adalah dengan mengumpulkan dana masyarakat yang besar kecilnya disesuaikan dengan nilai asset dan lokasi atau tingkat resiko banjir yang dihadapi. Dana ini akan besar, tetapi dihitung sedemikian rupa sehingga tidak lebih besar dari kerugian masyarakat yang ditimbulkan oleh banjir – bila banjir tersebut tidak di cegah.

Cara pengumpulan dana ta’aawun bisa dilakukan dengan membuat peraturan daerah yang mewajibkan masyarakat untuk ikut program ta’aawun – semacam wajib asuransi bangunan, tetapi harus disesuaikan dengan ketentuan syariah.

Dengan konsep ta’aawun ini masyarakat Jakarta yang tinggal di daerah bebas banjir-pun ikut berkontribusi mencegah banjir – meskipun dengan dana ta’aawun yang lebih rendah dari mereka yang memang tinggal di daerah banjir. Meskipun daerah mereka tidak banjir, kalau wilayah lainnya dari Jakarta terendam banjir – aktivitas mereka toh terganggu – jadi relevan untuk melibatkan seluruh penduduk Jakarta berkontribusi dalam dana ta’aawun banjir ini.

Lantas apa benefit yang diperoleh masyarakat agar mereka mau berkontribusi mahal dalam mengatasi banjir ini ?. Pertama dengan project-project pencegahan banjir yang didanai secara masal oleh masyarakat ini, banjir insyaAllah bisa nantinya bener-bener dicegah.

Selama project-project ini belum efektif benar mencegah banjir sepenuhnya, masyarakat yang masih mengalami kerugian karena banjir – mendapatkan penggantian kerugian dari sebagian dana ta’aawun tersebut yang dikelola untuk men-cover resiko dengan proteksi takaful, re-takaful dlsb.

Dengan melibatkan jaringan takaful (asuransi syariah) dan re-akaful (re-asuransi syariah) yang bersifat global, maka mitigasi resiko banjir akan menyebar luas ke seluruh penjuru dunia sehingga secara tidak langsung terjadi ta’aawun yang bersifat global. Dengan system ini masalah yang berat menjadi ringan karena dipikul bersama oleh seluruh masyarakat baik yang berkepentingan langsung dengan Jakarta, maupun masyarakat dunia yang mau berta’aawun mengatasi masalah yang serupa.

Kami beserta development team kami insyaAllah siap dengan konsep detilnya, bila Ada pihak yang ingin merespon ide ini secara lebih jauh menuju tahap implementasinya di lapangan.

Dapatkah ide tersebut bener-bener diimplemantsikan di Jakarta ?, jawabannya tergantung kita masyarakat Jakarta sendiri. Apakah kita akan menjadi bagian dari solusi itu atau tetap puas menjadi bagian dari masalah, apakah kita menerima status quo bahwa Jakarta identik dengan kemacetan dan banjir atau kita yakin bisa merubahnya, apakah kita merasa bahwa kepentingan untuk mengatasi masalah itu kepentingan kita atau urusan pemerintah atau orang lain dst.

Intinya jawaban itu ada di kita, bila kita yakin itu bisa dan rela berbuat untuk mewujudkannya – maka insyaAllah kita-pun bisa ! Ingat ini bila Anda lagi terjebak di kemacetan Jakarta atau terjebak dalam banjir…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar