Oleh:Muhaimin Iqbal
Dari sekitar 7 milyar penduduk bumi, saat ini diperkirakan ada 1 milyar yang tidak memiliki akses air bersih secara cukup dan sekitar 2 milyar tidak memiliki akses sanitasi. Di sisi lain air baru saja berkunjung secara melimpah ruah di ibu kota kita, sehingga berbagai pihak berusaha menghalaunya – sampai-sampai ada upaya untuk memindahkan hujan ke laut. Apa yang salah ?
Di satu sisi ada demand yang luar biasa besar dan di sisi lain supply-nya pun tidak kalah besar, mengapa tidak bisa dipertemukan ?. Bahkan menurut laporan McKinsey yang saya kutip dalam tulisan saya sebelumnya (25/01/13), di negeri inipun akan ada 25 juta orang yang tidak memiliki akses air bersih dalam 17 tahun mendatang (2030).
Bayangkan
25 juta orang yang kesulitan air di tahun 2030 tersebut kurang lebih
2.5 kali jumlah penduduk Jakarta sekarang. Maka tidak terpikirkah oleh
kita bahwa bersamaan kita berusaha menghalau air banjir, semestinya kita
juga berpikir bagaimana menyelamatkan air untuk kehidupan anak-anak
kita belasan tahun kedepan ?.
Saya
bukan pejabat publik dan tidak tertarik untuk meramaikan pemilihan
apapun di tahun 2014, tetapi sebagai rakyat yang peduli – merasa ikut
terpanggil untuk memikirkan dua hal tersebut sekaligus, yaitu mengatasi
banjir musiman dan mengamankan air untuk anak cucu. Maka tulisan ini
adalah tulisan ke tiga saya yang berusaha menawarkan solusi itu.
Solusi
kali ini adalah solusi yang rakyat bisa berbuat, tidak usah menunggu
pemerintah atau instansi terkait. Solusi ini adalah solusi yang sekali
merangkuh dayung, dua tiga pulau terlewati. Sambil mengatasi musibah
banjir, kita mengamankan kebutuhan air untuk anak cucu dan menyuburkan
lahan untuk ketersediaan pangan mereka.
Untuk
mengatasi banjir, kita coba obati sampai ke sumber penyakitnya – bukan
hanya gejalanya. Dam, banjir kanal dan lain sebagainya selain sangat
mahal juga baru mengobati gejalanya yaitu banjir – belum mengatasi
penyakit yang sesungguhnya.
Meskipun
pembuatan dam dan banjir kanal tetap perlu, tetapi tentu tidak cukup
bila tidak diikuti oleh pengatasan akar masalahnya. Apa itu akar masalah
banjir ? yatu air hujan yang turun dan tidak dapat diserap dengan cukup
oleh tanah. Ini sejalan dengan pernyataan Kepala Pusat Meteorologi
Publik – BMKG : "Banjir
tidak sepenuhnya disebabkan hujan yang turun, tapi juga karena
permukaan wilayah yang mampat atau tidak bisa menyerap air dengan baik.
Alhasil, air yang tertampung pun bukan terserap, melainkan mengalir".
Maka
inilah akar masalah itu, air hujan yang tidak terserap oleh tanah
secara cukup. Jadi pengobatannya adalah dengan memperbaiki kemampuan
tanah untuk menyerap air hujan. Pertanyaannya dengan apa ?, sudah banyak
yang mencobanya menggunakan biopori.
Biopori
dibuat dengan cara melubangi tanah kemudian diisi dengan bahan-bahan
organik seperti sampah organik rumah tangga, potongan rumput, limbah
pertanian dlsb. Bahan organik ini nantinya menjadi energi bagi tumbuhnya
mikro organisme dalam tanah, dan dari peningkatan aktifitas mikro organisme inilah biopori-biopori terbentuk.
Teknik
baru yang insyaAllah jauh lebih efektif dikembangkan oleh jaringan kami
dibawah pimpinan Dr. Nugroho. Teknik ini diberi nama Bioinfiltrosoil oleh beliau atau juga disebut Soil Storage. Intinya adalah peningkatan laju infiltrasi tanah dengan menggunakan rekayasa Microbachter Alfaafa (MA-11).
Lubang-lubang
berdiamater 15 cm dibuat berjarak antara 2-3 meter satu sama lain.
Kemudian lubang-lubang ini diisi dengan jerami yang sudah difermentasi
dengan MA-11. Lubang-lubang ini dibuat menjelang musim hujan utamanya di
daerah-daerah yang seharusnya menjadi daerah resapan air tanah.
Ketika
musim hujan tiba, jerami yang sudah difermentasi tersebut akan
meningkatkan aktifitas microba secara cepat dan bergerak radial ke
segala penjuru arah dari lubang yang disebutnya biohole tersebut.
Pergerakan radial ini akhirnya akan mempertemukan pori-pori baru dalam tanah dan akhirnya memperbesar base flow
sebagai cadangan air yang tersimpan di dalam tanah. Air yang tersimpan
dalam tanah inilah dengan proses yang cepat yang nantinya akan menahan
hujan dari menjadi banjir, sekaligus menyuburkan lahan-lahan yang telah
dipenuhi oleh biohole.
Proses
yang sama sekali tidak melibatkan bahan kimia ini, selain meningkatkan
air tanah juga menjaga air tanah agar tetap dalam kondisi baik untuk
minum manusia dan berbagai kebutuhan makhluk hidup lainnya.
Bila pembuatan soli storage
ini dilakukan secara masal setiap menjelang musim hujan setiap
tahunnya, maka insyaAllah banjir besar Jakarta tidak terulang lagi dalam
lima tahun kedepan.
Lebih
dari itu air insyaAllah juga akan tersedia cukup untuk anak cucu kita.
Air itu bisa dan harus kita jaga agar tetap menjadi sumber segala
kehidupan sebagaimana firmanNya “… Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS 21:30)
Kami siap berbagi knowledge & skills
untuk mengatasi masalah ini, Insyaallah sekaligus juga bisa menyediakan
segala yang dibutuhkan termasuk Microbachter Afaafa-nya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar