Oleh: Muhaimin Iqbal
Bagi yang tinggal atau bekerja di Jakarta, hari-hari ini sebagian sudah bisa bernafas lega karena kehidupan mulai bisa berjalan normal setelah sekitar sepekan dikacaukan oleh banjir. Sayangnya problem semacam ini nampaknya masih bisa terus berulang, karena konon banjir besar Jakarta bersiklus sekitar 5-6 tahunan seperti yang dialami tahun 2002, 2007 dan 2013 ini. Dengan segudang ahli dari berbagai bidang yang tumpleg bleg di Jakarta, haruskah banjir seperti ini terus berulang ?
Dari
sisi keilmuan kok saya yakin sebenarnya semua tersedia di Jakarta,
mulai dari ahli tata kota, ahli lingkungan, ahli bendungan, ahli
meteorology, ahli pembiayaan dan sejumlah ahli-ahli lainnya yang
diperlukan untuk mengatasi satu masalah besar yaitu banjir !. Tetapi
mengapa kok tidak atau belum teratasi setelah sekian kali banjir besar
berulang ?
Dugaan
saya banjir musiman belum bisa diatasi karena pemerintah DKI Jakarta
khususnya belum mengeksplorasi seluruh potensi yang ada di masyarakat
untuk mengatasi masalah bersama ini. Pemerintah baru mengandalkan resources yang itu-itu saja, baik berupa intansi terkait maupun sumber pendanaannya yang mengandalkan APBD yang terbatas.
Bila
masalah tidak kunjung teratasi dan makin lama makin tambah serius,
artinya masalah itu berkembang melebihi kemampuan pihak terkait untuk
mengatasinya. Atau dengan kata lain masalah tersebut lebih cerdas dari
siapapun yang selama ini berusaha mengatasinya. Kita butuh solusi yang
lebih cerdas yang belum terpikirkan dan tentu belum ditempuh sebelumnya.
Lantas
bagaimana solusinya ? Di jaman teknologi ini sesungguhnya tidak terlalu
sulit bagi pemda DKI untuk mencari solusi-solusi yang out of the box dalam mengatasi banjir - solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Apa misalnya ?.
Salah
satu contoh yang bisa dilakukan adalah membuat semacam sayembara atau
bursa ide, semua ahli dari semua bidang diundang untuk menyampaikan ide
solusinya. Kemudian team kecil yang terpilih me-review ide-ide tersebut untuk diambil yang paling efektif dan doable untuk mengatasi problem yang ada.
Ahli yang ide-nya dipakai sebagai solusi dilibatkan dalam implementasinya dan diberi reward yang pantas untuk itu.
Solusi
semacam ini banyak kita jumpai dari cerita di negeri dongeng ketika
raja memiliki problem besar yang tidak kunjung teratasi. Misalnya ketika
raja atau keluarganya sakit dan tidak sembuh-sembuh, maka sayembaralah
solusinya. Ketika raja kesulitan mencarikan jodoh untuk puterinya,
sayembara pula solusinya. Dan berbagai sayembara lain yang dilakukan
oleh ‘negeri dongeng’ untuk segala macam problem yang tidak mudah
teratasi !.
Dari
banyaknya cerita sayembara-sayembara yang dilakukan oleh negeri dongeng
tersebut, ada pula sayembara yang dilakukan oleh raja di bukan negeri
dongeng. Dari negeri yang ada sesungguhnya dalam cerita yang dijamin
kebenarannya – yaitu cerita di Al-Quran.
Lihat misalnya cerita nabi Sulaiman yang men-‘sayembara’-kan siapa yang paling cepat bisa memindahkan istana ratu Balqis :
“Berkata
Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang
sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri"”. (QS 27:38)
“Berkata
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu
dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya".” (QS 27:39)
“Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia"”. (QS 27:40).
Pendekatan
‘sayembara’ oleh Nabi Sulaiman Alaihi Salam tersebut di atas adalah
contoh eksplorasi sumber daya yang ada di kalangan masyarakatnya –
meskipun dia sendiri sangat mampu mengatasi hal yang disayembarakan
tersebut. Bayangkan kalau pak Jokowi mau menggunakan solusi banjir
mengikuti petunjuk dalam kisah di Al-Qur’an ini, dampak yang di luar
kebiasaan atau solusi yang bener-bener out of the box – insyaallah akan muncul. Lebih dari itu :
· Masyarakat
Jakarta akan meningkat keimanannya karena solusi masalah yang selama
ini tidak terselesaikan, menjadi terselesaikan karena pemimpinnya mau
menggunakan petunjuk Ilahiah untuk mengatasi masalah yang ada.
· Para ahli yang ada di Jakarta mendapatkan kesempatan untuk mengamalkan ilmunya secara maksimal.
· Rakyat
terlibat langsung dalam memberi solusi, rakyat bukan lagi seperti
penonton sepak bola yang hanya bisa berkomentar tanpa bisa ikut main.
· Dlsb.
Kemudian
setelah solusi ‘sayembara’ yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an tersebut
berhasil diimplementasikan untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta,
maka negeri ini akan dipenuhi sayembara-sayembara yang memakmurkan
negeri.
· Ada sayembara untuk solusi swasembada pangan, energy dan air (FEW).
· Ada sayembara untuk memilih pemimpin yang adil.
· Ada sayembara untuk meng-efektifkan kurikulum pendidikan.
· Ada sayembara untuk menurunkan biaya kesehatan.
· Ada sayembara untuk memakmurkan rakyat melampaui negeri-negeri jiran.
· Dlsb. dlsb.
Maka
Maha Benarlah FirmanNya yang antara lain menyebutkan bahwa Al-Qur’an
itu adalah penjelasan atau jawaban atas segala sesuatu:
“…Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.” (QS 16:89)
Mudah-mudahan
tulisan ini sampai ke Pak Jokowi atau bapak-bapak yang terkait di sana,
sehingga tidak lama lagi kita bisa membaca pengumuman sayembara yang
kurang lebih berbunyi : “….Barang siapa yang bisa menyelesaikan masalah banjir di Jakarta…..maka…..”. InsyaAllah !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar