Oleh: Muhaimin Iqbal
Ada dua jenis inovasi yaitu yang pertama adalah yang menyempurnakan inovasi sebelumnya (sustaining innovation), dan yang kedua yang mengganggu atau bahkan menggantikan inovasi-inovasi sebelumnya (disruptive innovation). Bila kita jenuh dengan pekerjaan kita, jenuh dengan pasar kita, jenuh dengan situasi yang kita hadapi, dan kita ingin membuat perubahan besar dalam hidup kita – maka salah satu caranya adalah dengan ber-inovasi yang out of the box atau yang disebut disruptive innovation ini.
Telephone
genggam telah menggantikan telephone fix line selama hanya dalam waktu
dua dasawarsa terakhir. Kaset digantikan CD, CD digantikan USB dan
USB-pun akan segera tergantikan oleh cloud computing dimana orang bahkan tidak perlu menyimpan file di gadget-nya sendiri.
Lantas di mana peluang kita dibidang Disruptive Innovation – Inovasi Penganggu ini ? (saya lebih suka menggunakan istilah inovasi ketimbang teknologi karena maknanya lebih luas).
Inovasi Pengganggu dapat kita gunakan untuk memecahkan kejumudan, mencairkan status quo, men-challenge ketidak-adilan systemic, menggantikan kekuasaan yang korup, menghentikan monopoli dan kartel pasar dlsb.dlsb.
Ambil
contoh yang masih hangat sekarang yaitu mahalnya harga daging sapi di
kisaran Rp 90,000 s/d Rp 100,000. Harga ini akan cenderung terus
bertambah mahal karena pertumbuhan kebutuhan daging sapi yang melebihi pertumbuhan jumlah penduduk.
Di sisi lain peternak sapi lokal ngos-ngosan untuk sekedar survive
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya – peternak sapi bukanlah pihak yang
diuntungkan oleh mahalnya harga daging sapi tersebut. Harga sapi saat
ini hanya sekitar Rp 34,000/kg berat kotor di tingkat pedagang.
Lantas
inovasi apa yang bisa memecahkan masalah tersebut ? Terlepas dari
masalah impor daging yang saya tidak mau menyentuhnya, ada setidaknya
dua inovasi yang bisa kita lakukan di dalam per-sapi-an dalam negeri.
Inovasi itu adalah di bidang teknologi informasi khususnya social media dan yang kedua adalah inovasi pakan.
Teknologi social media memungkinkan kita memberi location based solution dimana masyarakat pengguna daging sapi disupply oleh meat shop
atau jagal terdekat, jagal memperoleh sapi terbaik dari supplier yg
efisien, peternak bisa memilih sapi bakalan dari sejumlah provider yang
kompetitif, peternak bisa memperoleh pakan berkwalitas dengan harga
terjangkau dari UKM pakan terdekat dst.
Teknologi
pakan ternak – seperti salah satunya menggunakan teknologi kami MA-11
(Microbachter Alfaafa – 11) – memungkinkan peternak sapi mampu menekan
biaya pakan dan pada saat bersamaan mempercepat pertumbuhan bobot hewan
ternaknya.
Dengan dua inovasi tersebut saja – social media
dan teknologi pakan, status quo berupa mahalnya harga daging sapi dan
rendahnya pendapatan peternak dapat digoyang, apalagi bila budaya
inovasi ini dilembagakan di masyarakat – sejumlah masalah-masalah lain
insyaallah akan teratasi.
Tinggal kita memilih, apakah kita bagian yang ingin mempertahankan status quo – atau menjadi bagian yang terus berinovasi men-challenge status quo dengan terobosan-terobosan think the unthinkable, untuk mampu berkinerja jauh melampaui kelanggengan system yang ada. InsyaAllah kita bisa.
Note : Bagi yang serius tertarik Disruptive Innovation
dibidang peternakan ini dapat menghubungi kami di menu kontak.
InsyaAllah Sabtu 23/2/12 bekerjasama dengan mitra kami akan ada training
khusus teknologi per-sapi-an di Malang, ada seat maksimal 10 orang kita
berikan ke yang berminat first come first.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar